Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dari meksiko pesta tequila

Kemenangan pertama meksiko 2-1 atas belgia pada piala dunia disongsong dengan pesta dan kerusuhan. puluhan orang cedera. prestasinya terangkat oleh pelatih bora milutinovic. bbrp pemain yang menonjol. (or)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

Dari meksiko pesta tequila
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SIRAMAN hujan dan suhu dingin malam hari tak mampu merintangi penduduk Meksiko untuk keluar rumah merayakan pesta kemenangan. Rabu malam pekan lalu, sehari setelah tim mereka mereguk kemenangan pertama 2-1 atas Belgia, di Stadion Ateca, jutaan rakyat negeri itu meletupkan kegembiraan mereka di pelbagai pelosok. Di Kota Meksiko, sekitar 50.000 warga tumplek ke kompleks Monumento Independencia (Monumen Kebebasan), yang terletak di tengah kota. Bergerombol mengelilingi tugu yang tingginya sekitar 25 meter, massa yang sedang larut dalam kegembiraan itu berteriak-teriak dan bernyanyi sekuat tenaga mereka. Tak ada yang memimpin. Tapi, inilah pesta spontan khas rakyat Amerika Tengah, diselingi bir dan tequila (tuak yang disuling dari cairan pohon kaktus buatan warga Meksiko). Pengaruh minuman membuat suasana makin tak menentu. Dan mudah ditebak setelah itu keadaan pun rusuh. Jalanan macet, mobil dirusakkan, toko dan rumah-rumah dilempari. Sekitar 1.000 polisi dengan mengerahkan sekitar + 100 mobil pada pukul 02.00 pagi terpaksa dikerahkan untuk mengatasi keadaan. Sebanyak 63 orang ditangkap, puluhan orang pingsan dan cedera serta tiga mobil patroli polisi dirusakkan massa. Tak sampai di situ saja. Perusakan ternyata tak cuma ditujukan pada benda dan harta penduduk. Tapi, menjalar hingga ke tempat-tempat terhormat. Patung Miguel Hidalgo, pahlawan kemerdekaan Meksiko, di kompleks Monumen Kebebasan, misalnya, ditemukan rusak: kedua tangannya hilang dan pmtu di sekitar monumen juga dicoret-coret. Pesta kemenangan para penduduk tadi memang tak terkendalikan. Ini agaknya karena didorong oleh kerinduan mereka yang begitu besar pada kemenangan. Maklumlah Meksiko sebenarnya sudah ikut Piala Dunia delapan dari 12 kali penyelenggaraan, sejak kejuaraan ini dimulai 1930 lalu. Bahkan di antara lebih dari 121 negeri pengikut kejuaraan itu saat ini, merekalah yang terbanyak - dua kali - menjadi tuan rumah. Pertama kali 1970, ketika mereka berhasil masuk perempat final, di antaranya dengan menumbangkan Belgia 1-0. Dan sekarang ini. Sudah sekitar 16 tahun, setelah merebut perempat final itu, prestasi sepak bola Meksiko melorot. Malah pada kejuaraan Piala Dunia 1982, mereka terpaksa absen karena tersingkir di babak kualifikasi: dikalahkan tim lemah Haiti. Kekalahan yang dinilai peminat bola di sana amat memalukan itu berekor dengan cercaan teramat keras atas pelatih waktu itu, Jose Antonio Roca. Begitu gencarnya lontaran kemarahan rakyat di sana, hingga akhirnya tak satu pun pelatih lokal berani menangani tim nasional. Untunglah, ada Velibor atau biasa dipanggil Bora Milutinovic, pelatih asal Yugoslavia, yang bermukim di Meksiko sejak 1975. Pernah main sebagai pemain sayap klub terkenal Yugoslavia Partizan Belgrade, Bora langsung bergabung dengan klub Universidad Autonoma de Mexico sesaat setelah resmi tinggal di Meksiko. Pada 1979, dia menjadi pelatih dan langsung mengorbitkan klub milik Universitas Meksiko itu sebagai juara Divisi Satu Meksiko, yang beranggotakan 16 klub. Dianggap sukses, Bora kemudian ditarik Persatuan Sepak Bola Meksiko jadi pelatih tim Piala Dunia, Maret 1983. Sejak itu, pelatih yang juga ikut memoles bintang Meksiko saat ini Hugo Sanchez (lihat Hugo, Hugo Tequerrmos . . .). Bora, 42, terus-terusan melatih timnya bertanding di daratan Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Eropa. Tak kurang 42 kali pertandingan internasional sudah dilakukan Meksiko selama diasuh Bora. Hasilnya: 21 kali menang, 15 kali seri, dan hanya 6 kali kalah. Yang menggembirakan rakyat Meksiko, tim mereka itu juga berhasil membuat rekor gol: memasukkan 61 kali dan kemasukan 33 kali. Malah belakangan ini, tim itu membangkitkan harapan rakyatnya ketika dalam uji coba terakhir - sebulan sebelum putaran final - bisa mengalahkan tim-tim kuat. Misalnya, menumbangkan Polandia 5-0 di suatu pertandingan di Los Angeles, menang 2-0 dari Hungaria, dan bermain seri dengan Jerman Barat, Italia, dan Uruguay (semuanya 1-1). Bisa jadi karena kemenangan inilah, kepercayaan rakyat di negeri berpenduduk 78 juta itu jadi begitu besar pada tim mereka. Bukan saja karena mereka tahu bagaimana seriusnya persiapan yang sudah dilakukan oleh pelatih Bora. Tapi, karena saat ini pula Meksiko memiliki hampir lengkap pemain yang bisa bermain kompak. Selain Hugo Sanchez, bisa disebut, beberapa pemain seperti Tomas Boy, 33, kapten yang merangkap jadi perancang permainan tim. Dia adalah wakil Bora di lapangan. Menguasai teknik bermain bola yang matang, Boy pemain paling tua di timnya. Dia dikenal amat akurat mengontrol dan memberikan umpan-umpan. Antara lain berkat umpannyalah 2 gol kemenangan Meksiko atas Belgia, yang masing-masing diciptakan dengan sundulan kepala oleh Fernando Quirarte, 29, dan Hugo Sanchez, 27, tercipta. Selain Boy, beberapa pemain tim ini juga menonjol. Misalnya Francisco Cruz, ujung tombak yang kini masih berumur 20. Di Meksiko, dialah salah satu bintang yang mendekati ketenaran Hugo Sanchez. Bersama Cruz kini juga populer Luis Flores, 24, ujung tombak yang pernah dijuluki Paolo Rossi-Meksiko, karena kegesitannya mencetak gol. Bermodal pemain-pemain inilah Bora dan juga pemerintah Meksiko mengadu nasib: mencoba menerobos ajang berat Piala Dunia. Target harus membuat hasil lebih baik dari hasil 1970 memang terlihat berat buat mereka. Tapi rakyat di negeri yang fanatik bola ini seperti tak peduli. Baru lolos dari rintangan pertama saja, mereka sudah tenggelam dalam kegembiraan demikian meluap, hingga tak terkendalikan. "Kalau menang saja rusuh begini, bagaimana kalau kalah?" kata para wartawan dan pengamat sepak bola dengan nada cemas setelah kerusuhan di Kota Meksiko reda. Padahal, setelah Belgia di putaran pertama saja, masih ada batu pengganjal lain: Paraguay dan Irak, yang mungkin saja menggulingkan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus