Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Diatur direktur muda

Pemain bola basket yg dipersiapkan menghadapi sea games, sebagian besar dari klub waringin. 5 orang pemain inti waringin, diantaranya henry pribadi,29, pemain termuda, direktur indocement cibinong. (or)

10 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM olahraga nasional bolabasket tidak menonjol, tapi juga tidak tenggelam. Bulan Juli yang lalu ke-58 anggota Perbasi (Persatuan Bolabasket Indonesia) sempat mengadakan Kongres ke-VII 1977. Induk organisasi yang pertama didirikan oleh almarhum Tony Wen dan Wim Latumenten pada tahun 1951 itu nampaknya tidak mau ketinggalan zaman. Pada Kongres itu mereka pun tak lupa memasang slogan: Mensukseskan PON IX sebagai PON Prestasi dan Pemerataan Pembinaan Bolabasket di seluruh Indonsia. Dalam PON IX pertandingan bolabasket terselenggara sesuai dengan persyaratan KONI Pusat. Di bagian pria muncul di babak final DKI Jaya, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Barat, Riau, Irian Jaya dan Timor Timur - menurut urutan pemenang PON IX 1977. Di bagian puteri: Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jaya dan Sulawesi Selatan. Kedudukan regu putera DKI Jaya sangat kontras dibanding regu puterinya. Putera juara, puteri hanya nomor 5 dari 6 peserta. "Ini bisa terjadi karena seluruh pemain pria terbaik di Indonesia terpusat di Jakarta," kata Sri Sudono Sumarto, Sekjen Perbasi, pada TEMPO. "Dan di Jakarta mereka ditampung dalam satu klub Waringin," Harsuki, Ketua Perbasi menimpali. Menurut kedua tokoh yang menjadi otak dan motor Perbasi, klub Waringin tok sudah cukup mewakilkan Indonesia di berbagai turnamen di Asia. Karena 5 pemain terbaik yang ada sekarang merupakan inti Waringin juga. "Tapi idealnya kalau Sonny Hendrawan dari Jawa Tengah bisa melengkapi tim nasional," kata Harsuki, yang sehari-harinya menjabat Wakil Sekjen KONI Pusat. Di bawah pelatih Mohamad King, tim DKI Jaya/Nasional terdiri 5 pemain inti Waringin: Ali Susanto, Ferry Chandra, Gatot Sugiarto, Henry Pribadi dan Indarto. Uniknya ke-5 pemain itu bukan berasal dari DKI Jaya. Ali dan Ferry dari Sumatera Utara, Gatot Henry dan Indarto dari Jawa Timur. Tapi sebagai satu regu mereka mengalahkan semua regu yang pemainslya muda-muda, seperti Rajawali dan Indonesia Muda. Pukul rata usia mereka 32 tahun. Tinggi badan 1,83 meter. Yang paling muda dan pendek adalah Henry Pribadi: 29 tahun, 1,80 meter. Namun demikian praktis dialah yang membentuk Waringin. Dia kapten regu. Dia juga menampung rekan-rekannya untuk diberi pekerjaan. Karena Henry sendiri tidak lain adalah Direktur perusahaan Indocement Cibinong. Menonton Waringin bermain ibaratnya menyaksikan kebolehan seorang direktur muda yang bercucuran keringat mengatur anak-buahnya memenangkan pertandingan. Saat ini tak syak lagi Henry adalah satu-satunya olahragawan nasional yang berpangkat direktur. Hal ini pula yang sesungguhnya meringankan KONI dalam mempersiapkan regu basket pria ke SEA Games nanti. "Kita harap regu pria dapat masuk tiga besar, bahkan mungkin meraih perak," kata Harsuki yang menilai Pilipina dan Malaysia merupakan saingan berat buat Indonesia. Tapi agaknya pimpinan Perbasi tidak dapat terlalu lama "menitipkan" regu nasional pria di tangan Waringin. Maklum paling lama mereka dapat bertahan dua tahun lagi. "Setelah itu kita harapkan pemain junior yang banyak terhimpun di Rajawali dan Indonesia Muda," ujar Sudono. Rajawali hingga saat ini dianggap saingan besar Waringin. Apabila keduanya bertanding, Lokasari pasti ramai. "Tapi untuk sekarang Waringin masih top," kata Effendi Ciu, tim manejer Rajawali. Seperti pula Waringin, para pemain Rajawali dipusatkan pada perusahaan Super Steel Indah yang berkantor di Gedung Putera, Gunungsari. Direkturnya, Santoso Atmijoyo, terbilang pecandu bolabasket. Setiap latihan dia turun ke lapangan ikut main. Mereka mempunyai tempat latihan sendiri di Kebon Jeruk, Pasar Bulan. Akan halnya regu puteri nasional, pimpinan Perbasi memperkirakan prestasinya akan lebih baik daripada regu pria di SEA Games. Kedudukan DKI Jaya yang nyaris di buntut dalam kejuaraan PON IX, justru menunjukkan perataan prestasi lebih meluas di daerah-daerah. "Kalau nasib baik," kata Harsuki, "bisa emas. Kalau jelek rasanya perak tidak terlepas."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus