Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dicari Atlet Loncat Indah

Kejuaraan loncat indah terbuka & kelompok umur internasional di Jakarta. Eko Setiawan berhasil meraih 2 medali emas. Susah mencari atlet loncat indah pengganti Billy. (or)

5 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELEPAS Asian Games VI di Bangkok, hampir 10 tahun sudah, atlet loncat indah putra Indonesia tak menonjol di gelanggang internasional. Terakhir yang menaikkan derajat Indonesia adalah Billy Gumulya. Ia meraih medali perak Asian Games VI, 1970. Mengapa? Mochtar Yassin, pelatih nasional pernah mengatakan loncat indah memang cabang yang menjemukan. Hampir 10 tahun mencari pengganti Billy, Mochtar akhirnya menemukan sejumlah bakat. Antara lain Eko Setiawan (lahir di Jakarta 15 Oktober 1964) yang menyabet 2 medali emas dari Kejuaraan Loncat Indah Terbuka dan Kelompok Umur Internasional di Jakarta, minggu lampau. Eko menyebut prestasi itu dicapainya berkat latihan keras di sekolah untuk olahragawan di Ragunan, Jakarta. Tiap pagi, kecuali hari libur, Eko dan kawan-kawan digiring ke kolam renang Senayan. Sesudah berlatih sekitar 1 sampai 2 jam, ia berurusan dengan pelajaran umum di dalam kelas. Sorenya kembali lagi ia ke kolam dan menghabiskdn tempo sampai 4 jam. Istirahat 1 jam. Lalu ia masuk kelas lagi mulai jam 20.00 sampai 22.00. Latihan yang ketat itu telah menghasilkan lo medali emas, 2 perak dan 6 perunggu dari kejuaraan lokal maupun internasional bagi Eko. Teman sekolahnya yang juga menonjol adalah Mohamad Taufan. Pelatih Mochtar tampak menaruh harapan besar pada Eko, anak kedua dalam tiga bersaudara dari keluarga biduan keroncong Loeloes Soedianto. Tapi "untuk gaya sekrup saya masih lemah," ujar Tapi yang baru saja menamatkan pelajaran di SMP. "Soalnya, kita tak punya pelatihnya." Gaya ini adalah loncatan dengan tubuh berputar seperti sekrup. Eko, mulai berlatih pada usia 11 tahun, baru mengenal gaya sekrup ini seusai turnamen internasional di Jakarta, tahun lalu. Waktu itu para pelatih Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk saling menurunkan ilmu pada atlet kedua negara. Dari pelatih Indonesia para atlet Korea Selatan mendapatkan ilmu mengenai gaya salto. Sedang olahragawan Indonesia memperoleh latihan gaya sekrup. Karena waktunya cuma tersedia seminggu, Eko merasa belum mantap. "Kalau dibina selama tiga bulan yakin saya bisa," ucapnya. Dalam kejuaraan kemarin Eko mendapat nilai lebih untuk gaya saltonya. Scbaliknya untuk nomor sekrup. Dua medali emas yang dimenangkannya adalah dari nomor loncat menara 10 m. Dan hanya itu medali emas yang diboyong Indonesia. Tiga belas anggota tim putra Indonesia lainnya merebut 6 medali perak dan 7 perunggu. Tercecer Peloncat putri Indonesia tak begitu menonjol dibandingkan putra. Mereka jauh tercecer, terutama dalam melawan atlet Australia, Jane Bogmar, yang memenangkan tiga medali emas. "Soalnya kesempatan bertanding di sini kurang," komentar atlet nasional Lie Fu Ing. Dalam kejuaraan kemarin tim putri Indonesia hanya meraih 3 medali perak dan 4 perunggu. Lic Fu Ing ada benarnya. Jane, 18 tahun, mempersiapkan diri untuk ke Jakarta dalam tempo tiga minggu. Ia pernah mengikuti Kejuaraan Loncat Indah Terbuka 1974 di California, dan memenangkan dua medali emas. Kemudian di Texas, 1977, dan sejumlah turnamen lainnya. Dalam kejuaraan yang diselengarakan Federasi Renang Internasional (FINA) di Stuttgart, Jerman Barat, ia termasuk kelompok 10 peloncat indah terbaik. Jane menempati urutan ke-9. Atlet loncat indah Australia dibina oleh pelatih profesional seperti Clive Morton. Ia mengaku dibayar oleh berbagai klub yang diasuhnya. Ia menolak menyebut pendapatannya. Tapi seorang atlet, menurut Morton, harus membayar pada klub sebesar Rp 15.000 per rahun. Dan gaji untuk pelatih dipungut dari sana. Di Indonesia? Sekiranya tidak ada sekolah untuk olahragawan di Ragunan-setelah nama top seperti Lanny Gumulva, Myrna Hardjolukito dan Billy Gumulya mengundurkan diri -- mungkin rak ada lagi atlet loncat indah pengganti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus