DUA dasawarsa lalu Indonesia masih disegani di gelanggang bola
volley Asia. Dalam Asian Games 1962, misalnya tim Indonesia
menduduki urutan ke-4. Kini tim Indonesia, menurut Drs. Hindarto
dari bidang penelitian dan pengembangan bola volley, jauh
ketinggalan. Apa sebabnya? Pemain Indonesia kalah tinggi, tidak
kekar, dibanding lawan.
Tinggi badan merupakan faktor penunjang mutlak dalam permainan
bola volley. "Permainan bisa berimbang kalau tinggi badan lawan
dan kita sama," kata Ketua Pembinaan PBVSI Tjuk Sugiarto.
Tinggi rata-rata pemain nasional kini: 185 cm untuk putra dan
165 cm untuk putri. Itu pun terbatas. Angka rata-rata ini masih
kurang 8 cm jika dibandingkan dengan pemain Jepang. Tim Jepang
memegang medali perak Kejuaraan DuniaBola Volley 1980.
Maka Hindarto membuka "bursa" pemain. Lewat iklan, ia mencari
putra dan putri, berusia 15 tahun, yang berminat jadi pemain
bola volley. Tinggi badan yang dikehendakinya untuk putra 175 cm
dan untuk putri 165 cm. Mereka ini--dibutuhkan sekitar 60
orang--akan dibina secara khusus di Jakarta dan ditangani
langsung oleh pelatih nasional.
Peminat yang memenuhi panggilan Litbang PBVSI ternyata banyak.
Tak sampai dua pekan, menurut Hindarto, sudah lebih 300 calon,
putra-dan putri yang mendafur. "Saya sampai kewalahan," katanya.
Tjuk Sugiarto berpendapat persyaratan Litbang itu terlalu
rendah. Seharusnya tinggi badan untuk putra itu mulai 185 cm dan
buat putri 170 cm, katanya.
Walau iklan mencari pemain itu dilansir oleh Ketua Litbang
Hindarto, Pengurus Besar (PB) PBVSI--induk organisasi bola
volley nasional--ternyata tidak tahu-menahu. Tjuk Sugiarto
mengatakan ia menghargai bila usaha ini digunakan untuk
mendirikan klub.
Hindarto menyebut usaha ini suatu proyek percontohan--pola
pembinaan yang ingin ditirunya dari Korea Selatan -- untuk
wilayah Jakarta saja. Penanggungjawabnya Hindarto sendiri.
Sedang tim pembinanya dipimpin oleh pelatih nasional Jopie
Hehanusa. Jangka waktu programnya empat tahun. "Pemain tak bisa
langsung dikarbit," kau Hindarto. "Perlu waktu lama untuk
membina."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini