PENGURUS dan anggota Perbakin (Persatuan Menembak Indonesia)
seperti melafal lagu kebangsaan Korea Selatan pekan lalu. Tiga
belas kali lagu itu didengungkan di Hotel Kartika Plaza,
Jakarta.
Ini pertama kalinya Perbakin menjadi tuan rumah Kejuaraan
Menembak Wanita & Junior Asia. Suatu kebanggaan. "Tapi apa tidak
sakit kalau Merah Putih kita kibarkan di bawah bendera negara
lain?" kata Ketua-Perbakin, Mohammad Anwar.
Dalam Kejuaraan Asia III itu (18-20 Oktober) atlet-atlet yang
diturunkan Perbakin cuma berhasil merebut 8 medali perak,
menduduki urutan ke-3 di bawah Kor-Sel 13 Medali emas, 1 perak)
dan Jepang (1 emas, 1 perak, 1 perunggu). "Semangat
patriotisme," demik ian Anwar mengagumi regu Kor-Sel.
September lalu, Kor-Sel mengungguli Jepang di Kongres IOC
(Komite Olympiade Internasional) sehingga ditetapkan menjadi
tuan rumah Olympiade 1988. Pekan lalu ia mengungguli Jepang pula
dalam pengumpulan medali.
Kim Ki Hwan, ofisial Kor-Sel, mengatakan bantuan pemerintahnya
dalam membina olahraga cukup besar, termasuk perlengkapan bagi
penembak yang menonjol.
Senjata dan perlengkapan adet Perbakin sebenarnya tidak kalah
standarnya, tapi "kelemahan kita ialah dalam latihan," kata Lely
Sampoerno, penembak Indonesia berpengalaman 21 tahun. Sri
Suharti, misalnya, cuma berlatih 4 jam (Jumat) seminggu. "Kami
latihan 5 kali serhinggu, tiap kali 4 jam," kata adet Kor-Sel,
Park Dae Wun. Park, seorang mahasiswa, merasa latihannya tidak
mengganggu kuliahnya. "Bila istirahat kuliah, ada mobil
menjemput saya ke tempat latihan," tuturnya.
"Perbakin tak punya mobil untuk menjemput adet," kata Ny.
Sampoerno. Istri perwira TNI AU (almarhum Sampoerno) itu punya
kendaraan pribadi, tapi atlet seperti Sersan (AU) Sri Suharti
atau atlet junior biasa datang berlatih dengan naik bis kota.
Mereka juga tidak mempunyai pelatih tetap. Latihan fisik tak
teratur, "dipercayakan pada masing-masing," kata Suharti yang
cuma sekali-sekali lari 3 km atau berenang. "Perbakin pernah
mengatur jadwal latihan fisik bersama, tapi tak jalan karena
tidak semua atlet bisa hadir serempak," kata ketua Perbakin.
Para atlet negara juara juga memerlukan banyak latihan menembak
kering (75%). Atlet Perbakin? "Kebanyakan belum tahu makna
menembak kering," jawab Ny. Sampoerno. Karena mata penembak
biasanya tertutup sebelum peluru meletus, maka "melenceng atau
jitunya laras senjata hanya bisa dikontro dengan latihan tanpa
peluru," tuturnya.
Lely Sampoerno (46 tahun) sendiri merebut medali emas di
Kejuaraan Asia 1977 (Seoul). Di Senayan pekan lalu ia hanya
merebut medali perak pada nomor pistol angin. Ia dikalahkan Kim
Hye Young (20 tahun) yang baru belajar menembak 2 tahun lalu.
Bertindak scbagai ibu, sekaligus ayah, untuk 3 putrinya, dan
juga ketua Konfederasi Menembak Wanita Se-Asia, terkadang jadi
pelatih junior (putrinya Lolo juga), Ny. Sampoerno merasa kurang
waktu untuk latihan.
Kor-Sel unggul kebetulan karena 2 negara tangguh, RRC dan Korea
Utara tidak mendapatkan visa. Kim Hye Young yang merebut 4
medali pun tidak merasa puas. Walaupun sempat uji-coba ke
Republik Dominika dan Meksiko, spesialis pistol angin itu sedih
melihat score-nya di Jakarta 10 angka di bawah rekor
nasionalnya, 386.
Thailand, saingan Indonesia di SEA Games 1979, kali ini
menempatkan urutan ke-4 dalam pengumpulan medali (3 perak, 5
perunggu). "Persiapan kami tak sampai sebulan," kata Thiranun
Jinda (24 tahun), gadis Thai yang sering dikerubuti cowok-cowok
Jakarta sampai ia dilepas di Pelabuhan Udara Halin. Spesialis
senapan angin ini merebut 2 perak (1 nomor perorangan, 1 beregu)
dan 1 perunggu (beregu).
Pistol Angin
Dalam nomor senapan angin, penembak wanita Indonesia di SEA
Games '79 masih (merebut emas), unggul atas regu Jinda dkk. Kali
ini Sri Suharti dkk. tak merebut medali apa pun. "Seharusnya Sri
ditopang Yetty Syah dan Lia," kata Ny. Sampoerno. Tapi Yetty
sedang cuti hamil, sedangkan Lia dalam pingitan menjelang
pernikahan (November).
Iran menampilkan beberapa penembak berbakat. Mereka tak mau
melepaskan cadar dan tidak pula mengenakan jaket menembak. Toh
Iran merebut 2 medali perunggu, masih lebih baik dari Malaysia
dan Bangladesh yang pulang kosong.
Sebenarnya Perbakin tidak terlalu kecewa Ada rekornas baru pekan
lalu. Dengan pistol angin, Ny. Indriati Kristanto menembak lebih
jitu (93, 95, 94, 93) sehingga mengumpulkan angka 375, suatu
rekor baru. Dan Hengky Ade Wibowo menciptakan rekornas junior
baru di nomor senapan angin.
Tapi cuma penembak wanita Kor-Sel, Kim Yang Ya, pang berhasil
membuat rekor baru Asia. Pistol anginnya mengumpulkan angka 382,
4 angka di atas rekor lama Gao Jiamin, penembak RRC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini