Pemain putri Minarti Timur kabarnya sudah dijatuhi hukuman oleh IBF. PBSI naik banding. IA datang ke Kopenhagen, tapi ia tidak turun ke lapangan di kejuaraan dunia bulu tangkis bergengsi ini. Minarti Timur, 23 tahun, kerjanya bagaikan pelatih pribadi Susi Susanti. Di Broendby Hall Kopenhagen, arek Suroboyo itu menemani Susi latihan stroke, dan selebihnya duduk mengobrol. Sesekali, Minarti keluar hall membelikan hot dog. Kendati tak turun bertanding, pemain asal klub Suryanaga Surabaya yang kini bergabung dengan klub Djarum ini tak kalah berat perjuangannya. Ia harus menghadapi sidang Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) dengan dakwaan melakukan doping. Januari lalu, di turnamen Jepang Terbuka, hasil tes doping pada urinenya menunjukkan positif. Rabu pekan lalu, IBF dikabarkan sudah menjatuhkan sanksi. Berapa tahun Minarti dihukum? Tak satu pun pengurus PBSI yang berada di Kopenhagen mau berterus terang. Ada yang bilang, Minarti kena 2 tahun, ada yang mengatakan hanya 6 bulan sampai 1 tahun. Tapi, yang jelas, ia dihukum tak boleh bermain dalam jangka waktu tertentu. PBSI telah mengajukan banding atas putusan memberatkan ini. Di Jepang Terbuka, karena udara dingin, juara Belanda Terbuka 1990 ini terserang flu. "Susahnya, ketika itu dokter tim tak ada," cerita sebuah sumber TEMPO. Jadi, Minarti memberi tahu pelatihnya soal pemakaian obat flu itu. Dan, sesuai dengan prosedur, pemakaian obat flu Minarti sudah pula dilaporkan ke panitia pertandingan dan IBF. "Justru Minarti yang kena tunjuk menjalani tes doping yang dilakukan secara acak," ujar sumber TEMPO ini lagi. Obat yang dipakai Minarti mengandung reaktifan. Hasil tes positif. Minarti sendiri berkali-kali menegaskan ia tak berniat buruk. "Lha, kan saya sakit," ujarnya memberi alasan memakai obat itu. Selain kena flu, ia mengidap penyakit asma, alergi, dan maag. Dan yang jelas, ia minum obat karena kekurangtahuan soal kemungkinan doping. Dalam surat banding ke IBF hal ini diajukan. Karena kasus ini, Minarti tak bisa mengikuti beberapa pertandingan besar seperti All England, Piala Sudirman, dan Kejuaraan Dunia Kopenhagen. Akan lebih buruk lagi jika upaya banding PBSI tidak mendapat tanggapan dari IBF.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini