LIGA sepakbola non-amatir (Galatama) yang memutar roda kompetisi
sejak pertengahan Maret pernah diharapkan membantu memperbaiki
mutu tim nasional. Ternyata kedua tim PSSI, baik Pratama maupun
Utama, masih begitu-begitu saja.
PSSI Pratama diturunkan mengikuti turnamen Piala Asia Grup III
di Bangkok (1-14 Mei). Sudarno, Novrizal Chai dan Purwono --
ketiga kiper ini terpilih. Mereka sudah terhitung baik, tapi
masih satu kelas di bawah Ronny Pasla.
Di lini pertahanannya, ada Henky Rumere, Marsely Tambayong,
Encas Tonip, Ismail Ruslan, Simson Rumahpasal, Jafeth Sibi, dan
Purwanto. Kekompakan mereka dalam tim masih timpang. Buktinya, 2
kebobolan PSSI Pratama dari kes. Arseto menjelang keberangkatan
ke Bangkok. Kelemahannya menonjol di rusuk pertahanan kiri --
tempat ini diisi oleh Jafeth Sibi dan Purwanto.
Orang mau tak mau kembali berpaling pada Johannes Auri, pemain
belakang yang bisa menopang serangan sampai ke daerah
pertahanan musuh. Ia tak terpilih, mungkin karena kondisinya
agak menurun. Pertahanan PSSI Pratama juga rapuh tanpa Suaeb
Rizal. Perannya belum bisa diambil alih oleh Encas Tonip atau
lainnya. Kwartet yang terbaik di lini muka gawang masih di
tangan Johannes Auri, Suaeb Rizal, Marsely Tambayong, dan Simson
Rumahpasal. Pemain penyisip bisa Henky Rumere atau Oyong Liza.
Kapten PSSI Pratama, Iswadi Idris juga mengakui garis pertahanan
merupakan sektor lemah dari timnya. Setelah dicukur oleh tim
Muangthai 3-1 dalam pemilihan pool di Bangkok (1 Mei), ia
meminta pelatih Basri untuk memberikan perhatian khusus di lini
ini. Pelatih Jerman Karl Heinz Weigang yang mendampingi tim
Malaysia rupanya memperhatikan. Tak heran, bila Malaysia dalam
pertandingan di pool A melawan PSSI Pratama -- 4 hari kemudian
-- berhasil mengobrak-abrik sektor belakan ini. PSSI Pratama
kalah 4-1.
Di lini penghubung? Cederanya lutut kanan Anjas Asmara cukup
merepotkan PSSI Pratama untuk membangun serangan. Penggantinya,
Timo Kapisa belum bisa diharapkan banyak.
Di garis penyerang? "PSSI Pratama tak punya striker yang baik,"
kata Weigang. Trio penyerang PSSI Pratama adalah Andi Lala, Timo
Kapisa, dan Robby Binur. Tapi menghadapi benteng Malaysia -- Soh
Chin Aun dan Santokh Sing, permainan mereka hampir tak jalan.
Sebenarnya, di sinilah peran Iswadi Idris dibutuhkan, tapi ia
selalu terpaksa turun ke belakang.
Kekalahan pertama di pool A itu membuat harapan PSSI Pratama
untuk maju ke pertandingan selanjutnya di Kuwait nanti hilang
sudah. Dari grup III ini cuma dipilih juara dan runner up saja
ke sana. Diperkirakan Korea Utara, satu pool dengan PSSI
Pratama, akan maju ke ronde selanjutnya. Tim Korea Utara adalah
pemegang medali emas Asian Games 1978 di Bangkok, PSSI Pratama
melawan Korea Utara pekan ini.
PSSI Utama? Tim ini diasuh oleh Marek Jonata, pelatih
asal-Polandia yang mengantar Persija ke tangga juara dalam
turnamen 5 Besar PSSI lalu. Di sini tak banyak pemain nasional
yang menonjol. Mereka yang bisa diandalkan, barangkali cuma
Ronny Pasla, Endang Tirtana, Harry Muryanto, Dede Sulaiman,
Dullah Rahim, Jusuf Malle, Riono Asnan, serta diharapkan
kehadiran Hadi Ismanto dan ohny Fahamsyah. Tapi kemampuan
mereka sebagai tim masih diragukan, seperti terbukti dari 3 kali
pertandingan percobaan mereka pekan lalu.
PSSI Utama yang dipersiapkan untuk turnamen Piala Jepang akhir
Mei ini hanya mencatat kemenangan atas klub Galatama, Tidar
Sakti 3-0. Dua pertandingan lainnya -- melawan PSIM, Yogyakarta
dan PSIS, Semarang -- tak menggembirakan. Melawan PSIM, PSSI
Utama kalah 1-0, dan yang kedua berakhir seri 0-0.
Di Tokyo nanti, mereka akan berhadapan dengan tim nasional
Jepang, klub Tottenham Hotspur, dan Fiorentina -- ketiganya
tangguh. Di Tottenham Hotspur, misalnya, bermain Osvaldo
Ardilles, seorang anggota tim Argentina pada Piala Dunia 1978.
Pokoknya, kondisi PSSI Pratama dan PSSI Utama serba tanggung.
Pengurus PSSI agaknya terlalu berani dengan eksperimen untuk
melahirkan 2 tim nasional ini. Mungkin pula mereka nanti
menggabung keduanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini