TAK jarang keputusan mereka mengundang protes pemain atau cemooh
penonton, bahkan di antaranya ada yang berekor dengan
pengeroyokan. Apa yang salah dengan wasit sepakbola?
Di stadion 10 Nopember, Surabaya, wasit R. Hatta mengeluarkan
kartu merah untuk pemain Indonesia Muda, Hadi Ismanto.
Akibatnya, ia dikeroyok hingga mukanya lebam dan gigi palsunya
copot. Ketika pembantu TEMPO Ibrahim Husni, mewawancarainya
pekan lalu ia masih dalam keadaan ompong.
Mengapa? Hari itu (25 Maret) Indodesia Muda melawan Angkasa.
Suatu ketika penyerang IM, Joko Irianto, dihadang oleh salah
seorang pemain belakang Angkasa. Tapi, ia masih sempat
mengoperkan/bola pada kapten Hadi Ismanto. Wasit Hatta meniup
peluit untuk pelanggaran itu. Irianto tampak tak dapat menerima
mengingat rekannya yang menguasai bola berada dalam posisi
menguntungkan. Ia menggumam. "Lho, wasit voordeel (menguntungkan
orang lain)," katanya.
Hatta tersinggung, lalu mengeluarkan kartu kuning untuk Irianto.
Kapten Ismanto memprotes. Kartu kuning sekali lagi keluar dari
kantong Hatta. Keduanya berdebat. Akhirnya, "awas, kamu saya
kasih kartu merah," kata Hatta. Jawab Ismanto: "Silakan Ismanto
memang mendapatkannya.
Persoalan ternyata tak selesai begitu saja. Ekornya, apalagi
kalau bukan kerusuhan. "Saya tidak tahu pasti siapa yang
melakukan pemukulan, tahu-tahu saya sudah rebah," kata Hatta.
Kalau Dihina
Siapakah yang salah? Orang, apalagi pemain dan ofisial,
cenderung menuding wasit sebagai biang keladi peristiwa.
Padahal, bukan tidak mungkin pemain yang berlaku keliru. Dalam
peraturan perwasitan, misalnya, pengeluaran kata-kata penghinaan
atau kotor terhadap wasit adalah suatu pelanggaran. Mengenai
Hatta sendiri, "setahu saya, orangnya jujur dan objektif," kata
Soeharso Sya'ban, Ketua Komisi Perwasitan Persebaya.
Wasit Oo Suwardi punya pengalaman lain sewaktu pertandingan
final Piala Bang Ali (1977) di stadion utama Senayan, Jakarta.
Persija melawan Persebaya. Suatu ketika penyerang Persija, Andi
Lala menerima operan bola dari kawannya di daerah lawan. Pemain
belakang Persebaya bergerak maju sambil memasang perangkap off
side. Menurut penglihatan wasit maupun penjaga garis, belum off
side. Tapi Slamet Pramono dari Persebaya memprotes. Segera
keluar kartu kuning untuk Pramono.
Wasit diprotes lagi, malah dengan sikap yang lebih kasar. Dan
Suwardi mengeluatkan kartu merah. Pada saat itulah lehernya
dipiting oleh Rudy Kelces (ini menurut pengakuannya) dan
kepalanya dipukul oleh Pramono. "Pengalaman yang paling pahit
dalam sejarah hidup saya sebagai wasit," kata Suwardi. Final
Piala Bang Ali itu akhirnya dihentikan meski pertandingan baru
berjalan 2 menit, dengan kekalahan buat Persebaya.
Sikap pemain yang sedikit ugal-ugalan itu, menurut wasit Syahril
Gani, bukan tak berdasar. "Mereka sering ngetest wasit," kata
Gani. Misalnya, mereka mengetahui keputusan itu benar, namun
tetap diprotes, supaya wasitnya jadi grogi.
Pemain nasional PSSI Abdul Kadir pernah membenarkan adanya
taktik demikian. "Mereka (maksudnya, wasit) 'kan tidak harus
terpancing oleh cara-cara itu, bila mereka betul-betul menguasai
peraturan," katanya.
Ir. Marzuli Warganegara, Ketua PS Jaka Utama cenderung melihat
wasit Indonesia umumnya memang belum memenuhi harapan. "PSSI
dalam menatar wasit masih berorientasi pada kwantitas, bukan
kwalitas," katanya. Artinya, wasit jelek pun bisa dapat
sertifikat PSSI.
Ketua Komisi Wasit PSSI, Sudarsono SH, yang mengundurkan diri
bulan lalu mengatakan banyak pemain yang "tak dibekali peraturan
permainan oleh pengasuhnya secara baik." Pelatih Sinyo Aliandu
pernah menolak tuduhan itu. "Secara mendetail memang tidak,"
katanya. "Buat apa?"
Soenarso Sya'ban membenarkan penilaian Sudarsono itu. Tapi ia
juga mengeritik koleganya, "yang sering ragu-ragu dalam
mengambil keputusan, mungkin disebabkan kurang berani mengambil
risiko atau masih kurang pengalaman." Sya'ban memberi nilai
rata-rata wasit dengan angka 6.
Ada yang sedikit over acting dalam memimpin pertandingan. "Sikap
demikian disebabkan oleh keinginan agar keputusan mereka
dipatuhi pemain," kata Ketua Lembaga Sepakbola PSSI, Syarnubi
Said. "Kadangkala untuk menegakkan wibawanya mereka membuat
keputusan yang berlebihan.
Wasit harus dibekali 5 hal, yaitu keberanian, jujur, fit,
menguasai peraturan, dan kuat iman. Dari 5 hal itu, menurut
Sya'ban, kekurangan utama wasit kita adalah dalam soal kesehatan
fisik.
Bagaimana dengan mutu? "Bohong, kalau ada yang mengatakan wasit
makin turun mutunya," kata Sudarsono. "Malah wasit Indonesia
memimpin pertandingan internasional di Muangthai, Malaysia,
Singapura, dan lain-lain."
Adakalanya wasit berlaku salah. "Kalau mereka salah, ada
hukumannya," kata Ketua Komisi Wasit PSSI yang baru, Bawono.
"Bisa berupa penurunan tingkat, dan sebagainya." Mereka salah
atau tidak, Komisi Wasit menilainya. Cuma selama ini belum
terdengar Komisi itu menyalahkan wasit bila terjadi kericuhan
dalam suatu pertandingan.
Namun pengurus Persebaya -- dalam kasus Hatta -- telah
menjatuhkan hukuman terhadap 13 pemain Indonesia Muda. Hadi
Ismanto terkena pemecatan sementara 2 tahun dengan masa
percobaan 5 tahun. Johny Fahamsyah dijatuhi skors lebih ringan,
pemecatan sementara 1 tahun dengan masa percobaan 3 tahun. Pekan
lalu, keduanya dipanggil untuk bergabung dengan tim PSSI Utama.
Lainnya berkisar 1 tahun hukuman dengan masa percobaan 6 bulan.
Hukuman paling berat dijatuhkan pada Harry Purnomo, Sunarto,
din Makmur -- mereka tidak diperkenankan main selama 1 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini