MINAT orangtua untuk memasukkan anaknya ke Taman Kanak-Kanak
sebelum anak itu masuk Sekolah Dasar, makin besar. Ini bisa
dilihat, bagaimana para orangtua berebut antri mendaftar di
TK-TK di DKI Jakarta ini -- yang berjumlah lebih 200 buah -- 1-3
Mei yang lalu. Seorang ibu yang sedang antri untuk memperoleh
formulir pendaftaran di TK IKIP Rawamangun, Jakarta, mengatakan,
dengan melewati TK dia berharap anaknya tak akan canggung lagi
masuk SD nantinya.
Benarkah perkembangan anak itu yang membuat para orangtua
bersusah-susah antri berjam-jam menunggu giliran memperoleh
formulir? Di TK IKIP Rawamangun misalnya, sekolah ini
menjanjikan bahwa proses pendidikan selanjutnya bagi si anak
akan beres. Uang pangkal untuk TK IKIP tersebut -- menurut salah
seorang ibu yang sedang antri -- yang besarnya antara Rp 60
ribu-Rp 90 ribu, sekaligus merupakan uang masuk untuk SD, SMP
dan SMA IKIP. Juga di TK Al-Azhar, Jakarta, nantinya anak-anak
itu mendapat prioritas pertama untuk masuk SD yang sama Seorang
guru di sebuah TK di bilangan Cempaka Putih mengatakan, ada
ketentuan dari Dep. P&K setiap anak yang akan masuk SD harus
melewati TK terlebih dahulu. Padahal, menurut Tarwotjo, Direktur
Pendidikan Dasar, "itu tidak benar."
Tapi dalam berbagai kesempatan Menteri P&K Daoed Joesoef selalu
mengutip pendapat ahli psikologi tentang pentingnya pembentukan
kecerdasan anak pada usia tiga sampal enam tahun. Mengapa
pemerintah tak turun tangan mengadakan TK-TK Negeri lebih
banyak? Lihatlah TK-TK kini mulai dikomersialkan. Ada beberapa
TK, uang pangkalnya sekitar Rp 20 ribu. Tapi menurut seorang ibu
yang sedang antri di sebuah TK bilangan Kebayoran Baru, uang
pangkal di TK tersebut dilelang "bisa mencapai Rp 500 ribu,"
katanya. Dalam konperensi pers Jum'at minggu lalu, Irjen Dep.
P&K Supardi seraya bergurau sempat mengaakan bahwa cucunya
harus membayar Rp 250 ribu untuk masuk TK. Ini belum lagi cerita
tenlang calo-calo, yang menjual tempat antrian sampai Rp 10 ribu
satu tempat.
Dinihari
Apakah ada perbedaan antara siswa SD yang lewat TK dan tidak?
IKIP Rawamangun pernah mengadakan penelitian soal ini, tapi
karena dilakukan hanya setahun, mereka tak berani menarik
kesimpulan. Tapi perbedaan terlihat ada, terutama pada
bulan-bulan pertama. Misalnya, anak-anak dari TK lebih berani,
lebih disiplin, lebih bisa berkonsentrasi. Perkembangan
selanjutnya, tak terlihat perbedaannya.
Meski begitu, banyak juga orangtua yang antri sejak jam 03.00
dinihari untuk mendapatkan formulir TK. Itu pun belum tentu
anaknya dapat diterima. Sedang perhatian Pemerintah baru pada
anak-anak usia SD, 7-12 tahun.
Tapi dalam Repelita III ini pemerintah akan mendirikan TK-TK
pembina: 21 di tingkat propinsi, 3 tingkat kabupaten. Juga akan
disediakan 100 ribu buku kurikuum, 214 ribu buku pedoman bagi
guru TK, 580 ribu buletin. "Dengan adanya TK pembina nanti,
diharap swasta bisa mengusahakan sendiri sesuai dengan model
itu," kata Menteri P&K. Tapi bagaimana memberi contoh TK murah,
belum ada gambaran yang pasti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini