Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Naik Kelas Di Pyongyang

Tim putra Indonesia kembali ke divisi I. Tim putri tidak ada kemajuan sesudah kalkuta. Kejuaraan tenis meja dunia kali ini main politik. Korea Selatan dan Israel ditolaknya. (or)

12 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM putera Indonesia dalam Kejuaraan Tenismeja Dunia di Pyongyang pekan lalu tak mengecewakan. Prestasi mereka sekaligus menempatkan diri dalam grup 16 Besar kembali, setelah tak terkalahkan dalam Divisi II. Dalam kejuaraan Tenismeja Dunia 1977 di Birmingham, mereka yang semula menempati urutan ke-13 di antara 16 regu Divisi I terlempar ke Divisi II, karena hanya mampu menjadi juru kunci dalam kelompok semula. Motor kemenangan kali ini adalah Gunawan Suteja, Faisal Rachman, Empie Wuisan, Sinyo Supit, dan Tony Maringgi. Bagaimana dengan regu puteri? Mereka -- juga terkena degradasi ke Divisi II di Birmingham -- gagal untuk mengangkat harkat kembali. Di Pyongyang, mereka cuma mampu menempati urutan ke-6 di antara 16 tim yang tergabung dalam Divisi II. "Untuk mengulangi prestasi di Kalkuta agak berat buat mereka," ramal pelatih Sugeng Utomo menjelang keberangkatan tim. "Pemain inti masih yang itu-itu juga -- sudah mulai beranjak tua, dan jarang bertanding. Jelas tak banyak yang bisa diharapkan dari mereka." Waktu Kejuaraan Tenismeja Dunia 1975 di Kalkuta, tim puteri Indonesia menduduki tempat ke-15 dari 18 regu dalam Divisi I. Sepulang dari Birmingham, tim puteri Indonesia memang agak jarang turun gela'nggang ketimbang regu putera. Penampilan terakhir mereka di tingkat regional adalah dalam Kejuaraan Tenismeja Asia di Kuala Lumpur, Nopember 1978. Sedang regu putera masih menambah pengalaman pada Asian Games VIII di Bangkok. sebulan kemudian. Regu puteri terdiri dari Beatrix Pietersz, Liliana Wibisono, Karnelia Ailin dan Rostety -- 2 nama terakhir adalah muka baru. Kejuaraan Tenismeja Dunia ke-35 (26 April - 6 Mei) di Pyongyang tak hanya merubah urutan tim dalam Divisi. Juga masalah politik muncul ke permukaannya. Dua anggota Federasi Tenismeja Internasional (ITTF) -- Korea Selatan dan Israel, misalnya, tak berhasil ambil bagian. Tim Korea Selatan sekalipun terbang ke Jenewa untuk mendapatkan visa masuk lewat perwakilan Korea Utara di sana ternyata pulang dengan tangan hampa. "Kalau pihak Korea Selatan mau membentuk regu gabungan, soal visa ke Pyongyang pasti beres," kata seorang pejabat Korea Utara. Tetap Muncul Menjelang Kejuaraan itu memang muncul gagasan dari 2 Korea yang berbeda kiblat itu untuk menurunkan tim gabungan. Setelah 4 kali pertemuan di Panmunjom ternyata keduanya tak mencapai kata sepakat. Masing-masing pihak saling menyalahkan. "Mereka lagi-lagi mengulangi soal pembentuka regu gabungan," kata juru bicara tim Korea Selatan, Chung Choo Nyun se usai pertemuan dengan perwakilan Korea Utara di Jenewa. "Kami juga tak beruntung," kata seorang anggota rombongan Israel sekeluarnya dari gedung yang sama. Menurut siaran resmi ITTF, Israel tidak bisa ambil bagian karena Korea Utara menganggap keikut-sertaan mereka "dapat merintangi pengamanan secara keseluruhan." Amerika Serikat yang punya ikatan politis dengan Korea Selatan dan Israel tampak tak terpengaruh oleh penolakan Korea Utara terhadap kedua negeri itu. Mereka tetap muncul di Pyongyang, pertama kali sejak 1948. Rombongan dipimpin oleh George Kennedy, Wakil Ketua Federasi Tenismeja Amerika Serikat. Di Pyongyang itu juga terjadi pergeseran supremasi. Tim Hungaria -- pemegang II kali Piala Swaythling, lambang supremasi tenismeja beregu putera dalam periode 1927-1952 -- muncul kembali di tempat terhormat. Di final, Hungaria menundukkan juara bertahan, RRC 5-1. Yang masih dipertahankan RRC adalah juara dunia beregu puteri -- dilambangkan dengan Piala Corbillon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus