Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Program latihan tim nasional U-19 yang disiapkan untuk berlaga di Piala Dunia U-20 terganjal pandemi Covid-19.
Permintaan pelatih tim nasional Shin Tae-yong memboyong tim ke Korea Selatan ditolak PSSI.
Perseteruan personal Shin dengan Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri menambah panas konflik tim nasional.
SUDAH sekitar empat bulan terakhir pemain tim nasional U-19, Beckham Putra Nugraha, hanya menjalani latihan virtual. Pandemi Covid-19 membuat dia tak lagi bisa berlatih normal bersama para pelatih dan rekan setimnya di lapangan. Dipandu para pelatih lewat aplikasi video Zoom, pemain Persib Bandung itu lebih banyak melatih kekuatan otot dan aerobik. Latihan berlangsung setiap pagi sekitar satu jam, yang biasanya dimulai pada pukul sembilan. “Langsung dipimpin coach Shin Tae-yong,” kata Beckham pada Jumat, 17 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beckham mengatakan asisten Shin dan pelatih fisik tim, Lee Jae-hong, juga menjadi pemandu dalam latihan virtual tersebut. Jadwal pelatihan daring (online) ini berubah setelah Lebaran lalu. Selama Ramadan, latihan justru dimulai pukul delapan malam dan berlangsung sekitar satu jam. Beckham berharap bisa menembus tim utama Shin yang akan diboyong ke Piala Dunia U-20 tahun depan. Dia pun menambah porsi latihannya dengan bermain di lapangan rumput setiap pekan. “Tetap jaga kondisi juga,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemain tim U-19 asal Maluku Utara, Serdy Ephyfano Boky, juga menjalani latihan virtual tersebut di rumahnya. Dipandu Lee Jae-hong, Serdy menjalani latihan virtual itu lima hari dalam sepekan dengan durasi 40-60 menit. Latihan dilakukan tanpa menggunakan bola karena programnya adalah menjaga kebugaran fisik. Meski demikian, Serdy masih ikut bermain bola bersama rekan-rekannya di Pulau Jailolo, Maluku Utara. “Setiap sore main game di kampung,” katanya pada Kamis, 16 Juli lalu.
Untuk kedua kalinya Indonesia akan berlaga di Piala Dunia U-20 sejak 1979. Ini pun karena faktor keuntungan menyandang status tuan rumah sehingga langsung lolos kualifikasi. Di Piala Dunia U-20 pada 1979, Indonesia hanya bermain di babak penyisihan grup tanpa meraih poin. Prestasi terbaik tim U-19 lainnya adalah menjuarai Piala Asosiasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 1961. Setelah itu, Indonesia tak pernah lagi sukses di level Asia. Prestasi baru diraih saat timnas U-19 yang ditangani Indra Sjafri menjuarai turnamen Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) pada 2013.
Latihan tim berjulukan Garuda Muda yang disiapkan untuk berlaga di Piala Dunia U-20 terganjal aturan pembatasan sosial berskala besar demi menahan penyebaran penyakit menular akibat virus corona itu. Akhir Januari lalu, Shin dan tim nasional sempat menjalani pemusatan latihan di Thailand. Kondisi wabah yang memburuk membuat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya menghentikan seluruh aktivitas tim nasional. Pada awal April lalu, Shin dan timnya memutuskan pulang ke Korea Selatan.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan mengatakan sudah ada 44 nama pemain dalam daftar tim U-19 yang dibuat Shin. Namun jumlah itu masih harus diseleksi hingga terkumpul 23-30 pemain untuk disiapkan masuk tim utama Piala Dunia U-20. Iriawan memastikan semua urusan hingga keputusan penentuan pemain tim nasional dipegang oleh Shin. “Tidak boleh ada yang intervensi, ini kewajiban bagi seluruh pengurus PSSI, termasuk saya,” ucap Iriawan pada Jumat, 10 Juli lalu.
Maraknya kasus Covid-19 di Indonesia membuat Shin belum bisa kembali ke negara ini dan meneruskan program latihannya. Peningkatan penularan lebih dari seribu kasus per hari juga menjadi pertimbangan Shin mengajukan tawaran kepada PSSI untuk memindahkan lokasi latihan tim nasional ke Korea Selatan. Namun permintaannya ditolak. “PSSI meminta saya kembali ke Indonesia dan mulai melatih di sana,” kata Shin dalam wawancaranya dengan JoongAng Daily pada 18 Juni lalu.
Shin Tae-yong memantau latihan skuad asuhannya di Stadion Madya Senayan, Jakarta, 17 Februari 2020. Antara/Puspa Perwitasari
Belum bisa kembali ke Indonesia, Shin menggelar metode latihan alternatif menggunakan aplikasi telepon video untuk semua anggota tim nasional. Menurut dia, selama pandemi Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda mereda, sulit untuk menggelar latihan dan membentuk tim yang kuat.
Iriawan mengatakan permintaan Shin ditolak karena ada kendala mengirim 44 pemain muda ke Korea Selatan di tengah pandemi Covid-19. Kondisi di Korea Selatan yang juga terjangkit wabah penyakit itu dinilai berisiko bagi para pemain. Ditambah durasi karantina selama 14 hari di Korea Selatan jika para pemain jadi dikirim ke sana. “Lebih mudah mengurusi tim Shin yang cuma lima ke orang ke Indonesia, dan kita lebih paham kondisi di sini,” ujar Iriawan.
Pertimbangan lain, menurut Iriawan, Shin dikontrak hingga 2023 untuk menangani tim nasional senior, U-23, dan U-19. Program pelatihan ketiga tim itu bisa ditangani Shin lebih baik jika digelar secara simultan di Indonesia. Jika Shin memaksa tim U-19 diboyong ke Korea Selatan, persiapan tim senior yang masih menyisakan tiga pertandingan di prakualifikasi Piala Dunia 2022, meski sudah dipastikan gagal lolos, berpotensi terbengkalai. “Meski berat, saya inginnya menang semua untuk memperbaiki peringkat FIFA,” kata Iriawan. “Makanya saya minta Shin kembali.”
Persiapan tim nasional U-19 juga diwarnai perselisihan antara pelatih Shin Tae-yong dan Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri. Shin merasa kecewa terhadap keputusan PSSI menunjuk Indra sebagai direktur teknik. Pasalnya, Shin menilai Indra melakukan kesalahan dengan pergi tanpa izin dia ketika sampai di Indonesia setelah menjalani latihan di Thailand pada 1 Februari lalu. Kala itu, Indra adalah asisten Shin.
Polemik Shin sempat ditanggapi keras oleh Ketua Satuan Tugas Tim Nasional Indonesia Syarif Bastaman. Dia menyatakan Satgas Timnas akan memecat Shin kalau tidak memenuhi permintaan PSSI kembali ke Indonesia. Pernyataan Syarif itu menuai kritik publik sehingga Iriawan harus turun tangan mendamaikan Shin dan Indra. Iriawan pun menegur Syarif. “Dia bilang itu spontan saja dan sudah minta maaf. Enggak pernah bicara lagi kan sekarang?” tutur Iriawan.
Indra Sjafri, dalam pernyataan tertulis pada 20 Juni lalu, mengatakan kepergiannya kala itu untuk menghadiri pernikahan putri sulung Rahmad Darmawan, koleganya sesama pelatih nasional. Indra mengaku sempat pamit kepada dua anggota staf tim nasional, tapi tidak memberi tahu Shin, yang menurut dia masih menyelesaikan proses imigrasi. Eskalasi meningkat ketika Shin melarangnya mengikuti rapat evaluasi tim dua hari kemudian. Indra mengaku sudah meminta maaf kepada Shin.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali menilai masalah antara Shin dan Indra muncul akibat perbedaan kultur kerja dan miskomunikasi. Dia menilai Shin memiliki prinsip mengutamakan pekerjaan di atas urusan pribadi. Meski demikian, dia juga menilai Indra sebagai pelatih yang profesional. Zainuddin mengatakan perselisihan antarpelatih ini tidak akan terjadi kalau masalahnya dibereskan lebih awal oleh PSSI. “Tidak usah ramai-ramai di luar,” katanya.
Mantan kapten tim nasional Ferril Raymond Hattu mengatakan keributan di antara pengurus PSSI menunjukkan kelemahan mereka dalam berkomunikasi dengan pelatih yang pernah menangani Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu. Ferril mengatakan federasi sepak bola memang tak lepas dari perselisihan. Namun tak seharusnya urusan internal PSSI diumbar. “Kalau mau berantem boleh saja, tapi di dalam. Begitu keluar, tunjukkan satu suara,” ujar Ferril, yang memimpin tim nasional Indonesia meraih medali emas di SEA Games pada 1991.
Menurut Ferril, konflik pengurus PSSI dengan Shin berdampak serius pada persiapan dan moral tim nasional. Apalagi saat ini prestasi Indonesia juga sedang jeblok. Ranking tim nasional senior Indonesia berada di peringkat ke-173 dalam daftar Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sejak Juni lalu. Ini menjadi peringkat terburuk kedua setelah pernah melorot hingga ranking 191 sesudah PSSI dibekukan FIFA pada 2015.
PSSI berencana menggelar lagi kompetisi, yang juga bisa menjadi sarana pemanasan bagi para pemain tim nasional. Menurut Ferril, program pelatihan jangka panjang dan terpusat justru lebih efektif membangun kekuatan tim. Pasalnya, kompetisi digelar dalam durasi pendek yang berisiko membuat para pemain mengalami kelelahan. “Tidak apa-apa kompetisi dihentikan sementara karena pandemi ini tidak jelas kapan selesainya,” katanya. “Tapi harus berfokus di tim nasional karena bisa lebih terukur hasilnya.”
GABRIEL WAHYU TITIYOGA, IRSYAN HASYIM, DEVY ERNIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo