"PELUANG dalam tenis tidak bisa ditentukan. Faktor X-nya
banyak." Kalimat itu disampaikan oleh pelatih tim puteri, nyonya
Mien Gondowijoyo seusai pertandingan final sirkuit tenis Jawa
antara dua asuhannya, nyonya Yolanda Sumarno melawan nyonya Lita
Sugiarto di stadion tenis Senayan, Jakarta sore Minggu, 8
Oktober. "Permainan adakalanya bisa diselesaikan dengan cepat,
tapi adakalanya berlarutlarut sampai 3 jam."
Pertarungan yang dimenangkan oleh nyonya Sumarno dengan angka 5
-- 7, 6 -- 1, dan 6 -- 4 merupakan salah satu contoh aktuil dari
pengaruh faktor X yang disebutkan nyonya Gondowijoyo di atas.
Sebab secara teknis, antara kedua pemain terpaut tipis. Hanya
saja dalam angka-angka penentuan, nyonya Sumarno tampak lebih
tenang ketimbang lawan. "Begitu juga dalam Asian Games VIII di
Bangkok, nanti," tambah nyonya Gondowijoyo. "Ketrampilan seorang
pemain tenis tidak hanya ditentukan oleh masalah tenis semata."
Meski faktor X termasuk dalam perhitungan nyonya Gondowijoyo, ia
tidak menyebut prosentase pengaruh unsur tersebut. Namun
menghadapi Asian Games VHI kehadiran pelatih Brian Connors, 28
tahun, dari Australia untuk mempermatang ketrampilan teknis
pemain asuhannya tampak sangat diharapkannya. "Untuk mencapai
hasil yang lebih baik, maka persiapannya pun harus lebih baik
pula," alasan nyonya Gondowijoyo.
Dalam Asian Games VII di Teheran, tahun 1974 tim puteri
Indonesia meraih 1 medali emas dan 1 medali perunggu partai
perorangan, masing-masing atas nama nyonya Sugiarto dan nyonya
Lany Kaligis. Waktu itu tim putera Indonesia tidak ikut serta.
"Maunya saya di Bangkok nanti, ya lebih baiklah dari Teheran,"
ujar nyonya Gondowijoyo.
Sekalipun nyonya Gondowijoyo akan mempersiapkan anak asuhannya
bersama Connors, tapi ia tak kurang diliputi keresahan melihat
permainan tim wanita Korea Selatan, Jepang dan RRC. Sebab secara
teknis, mereka tampak lebih matang. Juga dalam soal stamina
maupun semangat bertanding. Yang menggembirakan hatinya adalah
dalam Kejuaraan Tenis Terbuka di Hongkong, Mei lalu nyonya
Sugiarto sempat mengalahkan juara tenis puteri RRC (nyonya
Gondowijoyo lupa akan nama pemain RRC tersebut).
Tim tenis puteri Indonesia, sekalipun belum diumumkan secara
resmi oleh PELTI, akan terdiri dari nyonya Sumarno, nyonya
Sugiarto, nyonya Elfia Tarik, dan Ayi Sutarno.
Di bagian putera, prestasi yang bisa dijadikan ukuran adalah SEA
Games IX. Bersama tim puteri mereka menambah 6 medali emas untuk
kontingen Indonesia. Tapi dari rangkaian pertandingan sirkuit
Jawa kemarin kekuatiran bukan tak ada. Sekalipun turnamen yang
diselenggarakan di 3 kota, Surabaya, Semarang, dan Jakarta
secara keseluruhan keunggulan tetap diperlihatkan oleh Yustejo
Tarik, Atet Wiyono, Gondowijoyo, dan Hadiman, namun Gondowijoyo
sempat dipecundangi 2 kali oleh pemain tamu dari Pilipina, Romeo
Rafon di perempat final -- masing-masing di Semarang dan
Jakarta.
Tapi di Asian Games VIII hadangan mungkin tidak akan datang tim
Pilipina semata. Yang lebih berbahaya adalah regu Jepang, India
(kalau datang dengan tim yang diperkuat oleh bintang pro
Amriraj) dan Iran. Sementara RRC pun tak bisa dianggap enteng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini