Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Persija Baru, Lho

Kesebelasan Persija, Jakarta, yang diperkuat oleh pemain-pemain junior, kalah atas kesebelasan Sao Paolo selection dari Brasilia di stadion utama senayan. (or)

14 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI Persija baru, tapi mungkin belum bisa dikatakan ini baru Persija. Muncul di stadion utama Senayan, Jakarta hari Jumat, 6 Oktober malam dengan hampir separuh pemain junior, tim Persija gagal menang terhadap kesebelasan Sao Paolo Selection dari Brazilia. A.A. Rake adalah kiper. Sekalipun ia telah berusaha keras meyakinkan penonton bahwa dia cukup mampu untuk mengimbangi Ronny Pasla maupun Sudarno, namun ketrampilannya kurang ditopang oleh kecermatan mengambil posisi maupun dalam menangkap bola Pertandingan baru berjalan 15 menit ia nyaris harus digotong ke luar akibat bertabrakan dengan pemain lawan. Ia cuma turun setengah main. Rake kemudian digantikan oleh Sudarno. Sudarno juga bermain tak mantap. Di mana Ronny Pasla? Kasus suap di Merdeka Games agaknya tak memungkinkan dia tampil di depan umum. Kwartet Baru Pemasangan pemain baru tidak hanya dilakukan pelatih dari Polandia, Jonata, untuk pertahanan terakhir saja. Kwartet Simson Rumahpasal-Johannes Auri-Oyong Lisa-Suaeb Rizal yang selama ini merupakan pemain yang sukar dilewati penyerang lawan, diganti oleh Harry Muryanto-Aun Harhara-lshak Lisa-Berthy Tutuarima. Tapi kwartet baru ini tampak belum sepenuhnya mampu mengorganisir pertahanan seperti yang dikerjakan kwartet pertama. Harry Muryanto dan Aun Harhara bermain rutin. Sering meniru Simson Rumahpasal maupun Johannes Auri dalam melakukan over lapping, tapi keduanya tak dapat berlaku sesigap yang ditiru, dalam menutupi lobang pertahanan yang ditinggalkan. Sementara poros halang Ishak Lisa dan gelandang kiri Berthy Tutuarima pun tak dapat diharapkan banyak dalam menjalin kerjasama dengan kedua rekannya. Di lapangan tengah, tugas penghubung dan pengatur serangan yang dibebankan kepada tokoh-tokoh lama Sofyan Hadi, Anjas Asmara, dan Iswadi Idris. Mereka tampak terpengaruh pula oleh permainan barisan pertahanan yang rapuh. Kecermatan operan yang selama ini merupakan merek mereka, malam itu hampir tak berbekas. Gerak mereka dengan mudah ditebak lawan. Makin ke depan, kerjasama di barisan Yersija tampak kian lemah. Terutama terletak pada diri kiri luar, Syamsul. Kalau Taufik Saleh yang berperan sebagai ujung tombak silih berganti dijaga ketat oleh poros halang Sao Paolo Selection, Espanhol, maupun gelandang kanan Joas Carlos, maka titik lemah pada diri back kanan Mario tak mampu dibaca oleh Syamsul. Berkali-kali Syamsul lolos dari penjagaan, tapi berulang kali pula membikin kesalahan dalam memberikan umpan kepada Taufik Saleh atau Anjas Asmara yang berada di depan mulut gawang. Seyogianya setelah pertandingan berjalan 20 menit, Marek Jonata sudah harus menarik Syamsul, bukan Wahyu Tanoto. Dan yang dimasukkan sebagai pengganti bukan Danan Jaya, melainkan Dede Sulaiman. Bukankah dalam posisi ketinggalan 1-0, yang dibutuhkan adalah penyerang seperti Dede Sulaiman, tidak Danan Jaya yang cuma berperan baik di barisan belakang? Kelemahan yang merongrong Persija di segala lini diakui jujur oleh Bob Hippy yang mendampingi Marek Jonata dalam melatih. "Kita memang membutuhkan orang seperti Robby Binur untuk di depan dan seperti Simson Rumahpasal serta Johannes Auri di belakang," kata Bob Hippy. Untuk yang lain, ia sudah seperti setuju. Seandainya pertandingan Sao Paolo Selection merupakan ujian bagi Persija dalam mempersiapkan diri untuk turnamen besar mereka boleh berfikir panjang untuk merombak barisan. Tim tamu yang nyaris sama sekali tidak memperlihatkan mutu sepakbola gaya Amerika Latin, kecuali dalam bermain kasar dan memprotes wasit, ketrampilan mereka tak, lebih dari kesebelasan dalam negeri. Kebobolannya gawang Persija 2-0 di kaki pemain Sao Paolo Selection telah memperlihat betapa lemahnya tim ibukota kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus