Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari lapangan tengah, Salvador Cabanas meliuk-liuk. Pemain bernomor punggung 10 ini melewati tiga pemain Argentina. Ia menyodorkan bola ke Nelson Valdez. Gol semata wayang Valdez membuat Stadion Centenario gemuruh. Valdez, Cabanas, dan pemain lain membentuk lingkaran, lalu selebrasi gol dengan menari dan berdansa polka. Inilah Danza Paraguaya.
Paraguay berpesta. Pertandingan menjamu Argentina pada 9 September lalu itu memastikan Paraguay lolos ke Piala Dunia Afrika Selatan. Suporter tumpah di jalan Asuncion sambil menari polka—musik tari yang dibawa imigran Eropa Timur. Ini untuk kedelapan kalinya negara yang diapit Brasil dan Argentina itu mengikuti Piala Dunia. ”La Albirroja Al Mundial,” teriak pendukung Paraguay. Inilah Tim Merah Putih—julukan Paraguay—di Piala Dunia.
Semalaman jalan-jalan di Asuncion merayakan kemenangan Valdez dan kawan-kawan. Tarian dan musik bergema di semua sudut kota. Danza Paraguaya yang merupakan ekspresi artistik campuran Eropa Timur dan pribumi Guarani seperti mewabah di mana-mana. Seperti kegembiraan petani dan buruh seusai kerja.
Ekspresi artistik dan kegembiraan itu pula yang diperlihatkan Valdez dan kawan-kawan di lapangan bola. Paraguay memperlihatkan permainan cantik seperti layaknya tim Amerika Latin. Mereka juga memperlihatkan semangat serta kekuatan stamina seperti tim Eropa Timur.
Sayang, Cabanas yang menjadi bintang pertandingan itu mungkin absen dalam Piala Dunia. Pemain terbaik Paraguay dan Amerika Latin 2007 ini ditembak kepalanya di Klub ”Bar-Bar”, Meksiko, 25 Januari lalu. Cabanas selamat meski sebagian ingatan jangka pendeknya hilang.
Cabanas merupakan top scorer tim nasional Paraguay selama kualifikasi Piala Dunia dengan 24 gol. Dia bermain di Club America, Meksiko. Tak mengherankan bila semua warga sangat berharap keajaiban hinggap di Paraguay. Kata dokter pribadinya, kondisi Cabanas sudah stabil. ”Saya tahu semua orang ingin Cabanas bermain di Piala Dunia, tapi kami tak bisa memprediksinya,” ujar Fretes, sang dokter.
Semangat Cabanas berlaga di Piala Dunia masih menyala. Ayahnya, Dionisio, getol mendukungnya. Ia bercerita, warga Paraguay berdoa untuk kesembuhan Cabanas. Dengan suara pelan, Cabanas pun berkata dalam bahasa Guarani: Papa, ahugata la Mundial. ”Papa, saya ingin main di Piala Dunia.”
Kehilangan penyerang seperti Cabanas memang pukulan telak bagi Paraguay. Tapi Paraguay masih memiliki segudang peluru yang bisa mengejutkan di Afrika. Tim ini memiliki Roque Santa Cruz dari Manchester City dan pemain muda Oscar Cardozo dari Benfica.
Paraguay juga memiliki pertahanan tangguh dengan penjaga gawang Justo Villar yang bermain di klub Valladolid, Spanyol. Sedangkan di jangkar belakang bercokol Paulo Da Silva yang bermain di Liga Inggris, Sunderland. Ada juga Claudio Morel yang memperkuat Boca Juniors, Argentina, dan Miguel Samudio dari Libertad. Tim ini hanya kebobolan 16 dari 18 kali pertandingan penyisihan Piala Dunia.
Adalah pelatih asal Argentina, Gerardo ”Tata” Martin,o yang memoles Paraguay menjadi tim menakutkan di Amerika Latin. Ia melatih Paraguay sejak 2007, menggantikan Anibal Ruis, dari Uruguay. Ia sebelumnya membawa klub Libertad menjadi tim papan atas di Paraguay.
Awalnya prestasi Paraguay diperkirakan akan melorot ketika kiper Jose Luis Chilavert dan kawan-kawan pensiun. Paraguay memang pernah memiliki generasi emas era Chilavert—penjaga gawang—yang mencetak 62 gol sepanjang kariernya. Pemain kunci seperti Carlos Gamara, Francisco Arce, serta Celso Ayala juga sudah pensiun.
Generasi emas Paraguay itu mampu membawa timnya ke Piala Dunia tiga kali berturut-turut pada 1998, 2002, dan 2006. Meski Chilavert pensiun, Paraguay masih bisa mencetak prestasi dengan meraih medali perak pada Olimpiade Athena, Yunani, 2004. Prestasi terbaik dalam sejarah Piala Dunia dan Olimpiade.
Sebelum Chilavert dan kawan-kawan muncul, Paraguay mengalami paceklik prestasi. Mereka absen di Piala Dunia Italia dan Amerika. Setelah Piala Dunia Meksiko 1986, Paraguay selalu menjadi penonton Piala Dunia.
Dalam sepak bola, Paraguay memang selalu kalah kelas ketimbang Brasil, Argentina, bahkan Uruguay. Hanya sedikit pemain Paraguay yang memiliki pamor internasional dan bermain di Eropa. Tapi Paraguay menghadapi kualifikasi Piala Dunia kali ini penuh percaya diri. Strategi serang balik yang diterapkan pelatih Tata cukup ampuh.
Pada awal pertandingan zona Amerika Latin (Conmebol), Paraguay tak tertahankan dalam lima pertandingan pertama. Mereka mengalahkan Brasil 2-0 dan menahan Argentina 1-1 di Buenos Aires. Puncak pesta Paraguay ketika mengalahkan Argentina. Mereka sekarang dianggap lebih bagus dari generasi Chilavert karena kualitas pemainnya merata.
Di Piala Dunia nanti, Valdez dan kawan-kawan sangat berambisi melewati garis yang tak pernah ditembus Paraguay: lolos paling tidak sampai perempat final. Paraguay berada di Grup F bersama Italia, Selandia Baru, dan Slovenia. Di atas kertas, Paraguay setidaknya bisa menjadi runner-up grup dan lolos ke babak 16 besar.
Paraguay memang masih berharap ada keajaiban sehingga Salvador Cabanas bisa pulih dan memperkuat tim. Tapi Paraguay juga tetap perkasa meski tanpa Cabanas. Mereka menang pada pertandingan pemanasan melawan klub Athletic Bilbao, Spanyol. ”Kami hanya berdoa untuk kesembuhan Cabanas,” kata Valdez.
Dorongan buat kesembuhan Cabanas juga diekspresikan melalui musik. Grup band papan atas Paraguay, La Secreta, mempersembahkan lagu buat Salvador Cabanas. Dengan bahasa Guarani, mereka membuat lagu ceria dan bersemangat. Cabanas telah memberikan banyak kemenangan buat Paraguay. Saatnya warga Paraguay membantu Cabanas yang berjuang sembuh dari luka tembaknya. No Estas Solo Campeon—”kamu tak sendirian, sang juara”.
Yandi M.R. (Goal, Soccernet)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo