Alih pemain dari galatama ke perserikatan diributkan. Persebaya mengancam mogok main karena PSSI pilih kasih. Nugraha Besoes tidak heran. BOLEH jadi, ini hanya gertak sambal. Pimpinan Persebaya mengancam PSSI. Mereka tidak akan bertanding melawan Persib di Senayan, Jakarta, jika dua tim ini bertemu di final. "Ini ekspresi kejengkelan kami terhadap sikap PSSI yang tidak konsisten," kata Manajer Persebaya Dahlan Iskan. Memang, baik Persib maupun Persebaya belum tentu sampai di final. Artinya perang otot masih terlalu pagi. "Tapi, untuk mengekspresikan kejengkelan pada PSSI, saya kira tak ada katakata lain kecuali bersikap demikian," kata Dahlan. Mengapa Persib? Itu tak lain karena alih status bekas pemain Petrokimia Gresik Kekey Zakaria dan Roy Darwis, ke Persib disetujui PSSI. Padahal, Putut Widjanarko, pemain Persebaya yang dipinjam Assyabab, ketika diminta kembali oleh Persebaya tak dibolehkan PSSI. Singkat kata, menurut kubu Persebaya, PSSI pilih kasih. Itulah yang membuat Persebaya jengkel. Kini kejengkelan Persebaya ditesnya lagi lewat pengajuan permohonan menambah empat pemain, Mustaqim, Hanafing, Hafid Djamado, dan Marzuki, yang semuanya dari Mitra Surabaya. Dahlan tak takut akan sanksi PSSI. "Kami tak salah. Yang harus diberi sanksi bukan kami, tapi PSSI," katanya kepada Heddy Lugito dari TEMPO. Sikap tegasnya untuk mogok main jika ketemu Persib ini, menurut Dahlan, pasti akan didukung suporternya. Barisan sakit hati ternyata bukan hanya Dahlan. Persegres (Gresik) dan PSDS (Deli Serdang) juga mengajukan protes. "Aturan dibuat untuk ditaati. Kalau aturan itu hanya direkayasa dan hanya ditujukan untuk satu golongan, itu salah," kata Manajer Tim Persegres, dr. Sugeng Suparlan, kepada Bina Bektiati dari TEMPO. Ia menyayangkan sikap PSSI. Suara PSDS tak kalah keras. "Tindakan PSSI yang mengizinkan Kekey dan Roy itu tidak mendidik. Kalau di tingkat pimpinan saja sudah berbuat begitu, tak dapat dibayangkan bagaimana di daerah," kata Wakil Ketua PSDS, Bagindo Siregar. Ia akan membawa kasus ini ke Kongres PSSI Desember mendatang. PSDS memang tak mengotot, misalnya sampai mogok main. Hanya saja, dalam waktu dekat ini PSDS akan mendaftarkan tiga orang pemain galatama Medan Jaya, yaitu Syahril, Subono A.T., dan Syahril Nasution. "Mereka itu pemain PSDS yang dititipkan di Medan Jaya," kata Ketua Umum PSDS, Sudjono Giatmo, kepada Munawar Chalil dari TEMPO. Sudjono sadar bahwa PSSI adalah pembuat aturan. "Meski begitu, mbok ya, jangan sewenang-wenang," katanya. Jika permohonan penambahan pemain tak dikabulkan, PSDS tak akan keder. "Kami ini kan buldoser. Mana ada istilah takut," katanya. Penampilan PSDS memang tak boleh dianggap remeh. Dua kali bertanding ia menundukkan "kakaknya" PSMS (Medan) dengan 1-0 dan main imbang 0-0 melawan Persija Pusat. Bagi Persib, itu angin lalu. "Itu urusan PSSI, bukan urusan kami," kata Manajer Tim Persib, Ateng Wahyudi. Ia tak merasa terganggu, apalagi tersudutkan. Dengan bekal SK PSSI, ia merasa di pihak yang tak bersalah. "Jadi, biarlah PSSI yang menyelesaikannya," katanya. Lagi pula, "Perjalanan masih jauh," kata Ateng. Persebaya belum tentu masuk final. Langkah Persib pun belum mulus. Menghadapi Persita (Tangerang), Persija Timur, dan Persija Pusat di wilayah barat, Persib berbagi angka 0-0. Baik Roy Darwis maupun Kekey tak ambil peduli. "Protes itu kan pada PSSI," kata Roy. Pengurus PSSI membantah pihaknya pilih kasih. Semuanya diproses sesuai dengan aturan yang ada. Aturan ini mengacu pada SK PSSI No. 04/1988 dan mengacu pada SPP I 1989/1990 dan SPP II 1991. "Jadi, perpindahan dari amatir ke non-amatir itu sepenuhnya wewenang PSSI," ujar Ketua II PSSI, Wahab Abdi. Menurut Sekretaris Umum PSSI Nugraha Besoes, Kekey maupun Roy sudah menyatakan keluar dari Petrokimia dan disetujui Administratur Galatama. "Kalau Administratur Galatama sudah mengizinkan, kami baru bisa menerimanya," katanya. Dari data pun jelas. Izin Petrokimia keluar pada 14 Juni 1991. Jadi, sudah cukup buat PSSI untuk mengambil keputusan. Selain itu, PSSI membolehkan Kekey dan Roy bergabung dengan Persib demi pertimbangan kemanusiaan. Mereka berdua minta pindah agar bisa meneruskan kuliah di Bandung. Kekey ke IKIP Bandung, sedang Roy melanjutkan ke sebuah PTS di Bandung. "Kami nggak bisa menahan-nahan, dong," kata Nugraha. Mengenai Putut Widjanarko, kata Nugraha, karena Administratur Galatama tak mengizinkannya. "Jadi, sudah ada relnya. Kami nggak bakal main by pass begitu saja," katanya. Nugraha tak merasa heran bahwa Persebaya dan perserikatan lain tak mengetahui aturan transfer. Sebab, "di Indonesia ini banyak yang ngerti bola, tapi nggak ngerti aturan lainnya," katanya. Mengenai ancaman Persebaya, Nugraha menyebut hanya main-main. "Saya yakin mereka berjiwa sportif. Apalagi mereka mewakili Kota Pahlawan, mewakili semangat heroik," katanya. Wahab Abdi pun tak percaya Persebaya bisa bersikap begitu. "Persebaya itu sportif, kok," kata Wahab. Tentang tudingan bahwa PSSI sengaja "menjual" Persib sampai final hingga menyedot pengunjung besar juga dibantah Wahab. "Pikiran kami tak sampai ke sana. Yang penting bagi kami adalah urusan pembinaan," kata Wahab Abdi sungguh-sungguh. Widi Yarmanto, Ahmad Taufik, Reza Rohadian, dan Riza Sofyat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini