MES Summa FC (football club) di Jalan Abelio Montoro, Dili, bagai disambar petir siang bolong. Ke-22 pemain klub itu tertunduk lesu. Soalnya, klub di bawah Bank Summa yang sudah berdiri 16 bulan itu dibubarkan. Padahal, harapan pemain adalah klub itu akan dipersiapkan menjadi anggota Galatama. "Petir" itu disampaikan Gunarso atas nama Direksi Bank Summa, pertengahan bulan lalu. Semua pemain diberi pesangon tiga kali gaji Rp 300.000. Tujuh orang pelatihnya asal Brasil -dikomandoi Profesor Manuel E. Netto -yang dibayar US$ 500.000 setahun, sudah dipulangkan Agustus lalu. Kontrak kerja mereka sudah dibatalkan. Menurut sumber TEMPO, pembubaran ini karena keuangan Bank Summa sedang berat. Untuk makan 22 pemain saja, Rp 375.000 per orang sebulan. Benarkah karena masalah keuangan? Asisten Pelatih I, Andy Teguh, hanya mengatakan bahwa sasaran akhir klub ini tak tercapai. Tak ada mitra tanding di sana. Klub yang diperkuat 17 putra daerah ini hanya menjadi jago kandang. Giliran keluar daerah, selalu keok. Bermain dengan klub tak ternama dari Sleman, Yogya, saja menyerah 2-1. Itu alasan mengapa Summa FC dibubarkan. Setelah Summa FC bubar, terserah kepada para pemain untuk menentukan nasibnya sendiri. Jadi, pembubaran ini, kata Andy lagi, juga tak ada hubungannya dengan pembelotan empat orang pemainnya ke Australia, Mei lalu. Pemain itu membelot saat mengikuti festival Arafura di Darwin. Dua orang menetap di Australia, dan dua lagi ke Portugal. Apa kata pemain? "Semangat saya bermain bola seakan berhenti mendengar klub ini bubar," kata striker Summa FC, Manuel Da C. Pinto, kepada Ruba'i Kadir dari TEMPO. "Kalau ada klub yang menampung saya, sekalipun di luar Tim-Tim, saya siap," ujarnya pasrah. Bubarnya Summa FC jelas membuat warga Timor Timur sedih. Bupati Dili, Armindo Soares, sangat menyesal. Itu tak lain karena Armindo juga Ketua Komda PSSI Timor Timur. "Bukan hanya saya yang menyesal, tetapi masyarakat penggemar bola kaki di provinsi ini juga menyesal," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini