HARI naas Liem Swie King sirna. Di Royal Albert Hall, London, ia
kembali memperlihatkan ketrampilan seorang juara. Ia mengalahkan
Rudy Hartono, juara dunia 1980, dalam final Friend's Provident
Masters Tournament dengan gebrakan telak. Skornya 15-11 dan 15-3
dalam tempo 29 menit. "Cuaca dan suasana penonton di sini
membuat saya yakin pada diri sendiri," kata King.
Friend's Provident Masters Tournament (23 - 27 September) memang
berlangsung tertib. Penonton bagaikan menghadiri konser besar.
Selagi shuttlecock masih di udara hampir tak ada orang yang buka
mulut. Suatu hal yang tak mungkin ditemui di Jakarta. Dan
temperatur London, selama minggu lampau, sekitar 12 - 13 derajat
Celcius -- 18 derajat lebih rendah dari Jakarta.
Ini merupakan kemenangan King yang pertama di gelanggang
internasional selama delapan bulan terakhir. Kekalahan selama
ini dideritanya dari Han Jian (dwilomba Indonesia-RRC), Prakash
Padukone (All England), dan Rudy (Kejuaraan Bulutangkis Dunia
II). Kali ini King menundukkan Prakash dan Rudy -- keduanva
selang sehari. Bahkan Herbert Scheele, tokoh Federasi
Bulutangkis Internasional, terpesona setelah melihat enam kali
penampilan King tiga kali di antaranya dalam pool D. "King
sudah berangsur seperti dulu lagi," katanya.
Dari kejuaraan ini tersedia hadiah $ 23.000 (Rp 35 juta) yang
dibagi untuk 40 pemain terpilih. Sekalipun kalah terus, pemain
tetap dapat duit. Tim Indonesia yang terdiri dari tujuh pemain
memenangkan tiga dari lima gelar yang dipertandingkan. Selain
gelar juara partai tunggal yang diraih King, kemenangan
dilengkapi oleh pasangan ganda Christian/Ade Chandra serta
pasangan campuran Christian/lmelda. Ketujuh pemain Indonesia
mengantungi Rp 14 juta.
Menurut Drs. Sudirman, Ketua Umum PBSI, hadiah itu akan
diserahkan seluruhnya kepada pemain "Uang itu seratus persen hak
mereka," kata Sudirman. Namun ia menambahkan secara formal uang
itu akan dipegang dulu oleh PBSI, karena semua pemain yang
dikirim Indonesia ke turnamen itu tetap amatir.
Mengapa tidak memilih jadi pemain bayaran (licensed player)
saja? "PBSI tidak berkeberatan jika mereka mau menanggalkan
status amatir" kata Sudirman. Tapi "KONI dan pemerintah tidak
setuju." Seorang pemain bayaran di lingkungan IBF tidak
diperkenankan mengikuti Asian Games, SEA Games atau Olympiade.
Namun diizinkan memperkuat regu Piala Thomas atau Piala Uber
maupun All England.
Tahun depan turnamen bulutangkis bayaran mungkin menelurkan
sirkuit master yang lebih luas. Rencananya meliputi Jakarta,
Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok. "Idealnya memang begitu,"
ujar manajer tim Titus Kurniadi kepada wartawan TEMPO Lukman
Setiawan. "Saya yakin banyak sponsor yang berminat."
Dari Friend's Provident Master Tournament King meraih
hadiah $ 3.000 (sekitar Rp 4,5 juta). Uang itu, menurut King,
akan ditabungkannya. Pemain lain, seperti Rudy, mengantungi $
1.500 sama dengan yang digaet pasangan juara Christian/Ade
Chandra dan Christian/ Imelda.
Tahun 1979, sebagian besar pesertanya adalah pemain Eropa. Dari
Asia cuma Prakash yang tampil. Waktu itu partai yang
dipertandingkan hanya empat -- partai ganda campuran belum masuk
hitungan. Dan peserta pun belum terang-terangan menyebut
dirinya prof. Kampiun tunggal wanita Lene Koppen dari Denmark,
misalnya, masih menyerahkan hadiah $ 3.000 yang diterimanya
tahun lalu kepada organisasi. Pekan lalu ia menang lagi, dan
hadiah yang diterimanya buat diri sendiri. Karena ia memilih
menjadi pemain bayaran.
Koppen menyebut Friend's Provident Masters Tournament sebagai
kejuaraan yang bermutu. "Salah satu di antara kejuaraan yang
ingin saya ikuti lagi," katanya.
Apakah kehebatan King di Royal Albert Hall juga disebabkan
turnamen menghasilkan uang? Siapa tahu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini