Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Dengan Bibitnya, Malaysia Juara

Malaysia berhasil merebut juara, prestasi Indonesia merosot (widiastuti satu-satunya atlet indonesia yang menjadi juara). kejuaraan ini menjadi persiapan filipina untuk sea games 1981.

4 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GINTONG Alay (persembahan emas) adalah proyek Filipina untuk meningkatkan prestasi olahraga. Direkturnya, Michael Marcos Keon, kemanakan Presiden Marcos, mengatakan Philipina benar-benar serius untuk merebut medali emas sebanyak mungkin dalam SEA Games Xl di Manila, Desember 1981. Dalam Kejuaraan Atletik ASEAN (27 -28 September) di Senayan, Jakarta, Malaysia masih memboyong Piala Presiden Suharto. Namun tim manajer Malaysia, Syed Mohammad, berkata: "Filipina harus diperhitungkan di SEA Games." Datang dengan 24 atlet, Filipina menjuarai 6 nomor dan 7 runner-up dari 21 nomor yang dipertandingkan. Proyek Gintong Alay baru berjalan enam bulan. Biaya diperolehnya dari pemerintahan Marcos sebesar 10 juta peso (Rp 850 juta) per bulan. "Biaya itu bukan hanya untuk atletik, tapi juga sport lain seperti tinju, tennis meja dan senam," kata Keon, 28 tahun, yang pernah jadi pelari 800 m dan 1.500 m sewaktu masih kuliah di 'IKIP' Manila, 6-8 tahun silam. Dalam Kejuaraan ASEAN I lewat pengumpulan angka (lima untuk juara, selanjutnya berturut-turut empat, tiga, dua, dan satu untuk runner-up), Filipina unggul di lari gawang putri 400 m, lempar cakram putri, lari 200 m putri, 400 m putri dan 400 m gawang putra. Atletnya yang paling menyolok ialah Lydia de Vega (16 tahun), juara lari 400 m dan 200 m putri. Namun keunggulan Filipina belum dapat dipastikan dalam SEA Games, karena jago-jago dari Birma seperti Than Than tidak turut dalam Kejuaraan ASEAN. Sedangkan Malaysia baru mencoba atlet muda. Malaysia tidak menampilkan Marina Chin, Gladys Chai, Saik Ok Cum -- para atlet putrinya yang hebat, tapi mengumpulkan angka 8o. Sstu-satunya putri Malaysia yang berpengalaman ialah V. Angamah, juara 800 m dan runner-up 400 m. Atlet-atlet putranya, M. Raju (1500 m, 800 m) dan Rabuan Pit (400 m, 200 m) belum terkalahkan. Bibit-bibit mudanya menolong dalam pengumpulan angka 4 atau 3. "Kami sengaja menampilkan bibit muda untuk persiapan mengganti yang akan pensiun," kata Syed Mohammad. Merosot Prestasi Malaysia sesungguhnya tidak maju banyak. Juara lari 5.000 m, Govindan Krishnan, memang meninggalkan Yan Imang (Indonesia) dan Jagtar Singh (Singapura) hampir satu lap ke finish. Tapi juara sebenarnya untuk nomor ini di SEA Games adalah Ko Ko dan Aung Soe Khaing dari Birma. Paling tidak prestasi Krishnan (14:52.11 detik) kali ini mendekati prestasi para pelari Birma itu (14:46,41 dan 14:49,72 detik). Para atlet Indonesia yang berprestasi dalam Kejuaraan Nasional -- satu minggu sebelumnya -- malah merosot. Suwignyo yang baru menciptakan rekor lompat tinggi 199 cm di Kejurnas, misalnya kalah bersaing dengan pelompat Phlipina di ketinggian 198 cm. Starlet berlari lebih lambat 1,10 detik. Sprinter Jeffrey Matahelemual yang baru saja berprestasi 10.54 detik untuk lari l00 m memang bertekad mengalahkan Suchart Jaesuraparp. Justru dia lebih mundur di sini dengan hasil 10.70 detik, mengulangi prestasiya di SEA Games 1979. Satu-satunya atlet Indonesia yang jadi juara ialah Widiastuti untuk nomor lompat jauh, walaupun prestasinya 5,48 m, dibanding 5,55 m yang dicapainya dalam Kejurnas. Nasib tuan rumah Indonesia toh tidak terlalu buruk dengan mengumpulkan angka 73, kalah satu angka dari Philipina dan unggul satu angka dari Thailand. Thailand sudah mengirimkan atlet-atletnya berlatih tiga bulan di Jerman Barat, namun regunya mencapai urutan ke-4. Beberapa jam sebelum kejuaraan ini berlangsung, manajer tim Siroj Piansakul yakin sekali regunya akan merebut Piala Suharto. "Paling sedikit beberapa rekor ASEAN akan kami pecahkan," katanya semula. Nyatanya Suchart cuma mengulang prestasinya tahun lalu, 10.50 detik untuk lari 100 m. Pelompat tinggi putri, Vanipa Sangsawang, kali ini jadi juara 168 cm karena juara SEA Games, Gladys Chai dari Malaysia sudah pensiun. Prapant Srisathorn jadi juara lompat jauh (7,39 m) karena juara dari Birma, Thant Zin (7,51 m) tidak ada. Purch Jeoddee memang berhasil melempar cakram 4 m lebih jauh dari prestasinya di SEA Games lalu (61,78 m) tapi belum menyamai hasil juara SEA Games dari Malaysia, Ballang Lasung (70,96 m) yang kali ini diwakili atlet muda George Seluku. Cuma pelari putrinya, Usanee Loupinkarn, berhasil memecahkan rekor baru di lari 100 m. Waktunya 11.84 detik, lebih tajam 0.06 detik dari rekornya sendiri di SEA Games 1979. Tapi sehari sebelumnya, Usanee menangis tersedu-sedu karena dikalahkan pelari Philipina, Lydia de Vega pada nomor 200 m. Prestasinya (25,18 detik) lebih cepat 0.26 detik tapi Lydia unggul, dengan hasil 24.53 detik. Kontingen Singapura nampaknya masih adem-ayem. Andalannya masih pada pelari l.500 m putri, K. Jayamani. Negara dagang ini menduduki urutan ke-5 dengan mengumpulkan angka 43, hampir separuh di bawah hasil Malaysla. Walaupun dalam kejuaraan ini belum banyak prestasi ditingkatkan, masing-masing negara sudah bisa membaca bagaimana persiapan lawan, khususnya tuan rumah SEA Games 1981 di Manila. Setidaknya, menurut Ketua PASI, Bob Hasan, kejuaraan ini yang diadakan dua tahun sekali bertujuan membantu meningkatkan mutu atletik kawasan Asia Tenggara. "Kita sudah sangat ketinggalan dibandingkan prestasi internasional," katanya. Tahun 1982 Malaysia akan menjadi tuan rumah kejuaraan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus