SEJAK semula ia sudah memper hatikan Joseph Baja, petinju
Filipina itu. Ditopang kecepatan, kekuatan dan teknik yang
sempurna, namun Baja punya kelemahan double covernya agak turun.
Ini membuka kesempatan Herry Maitimu mendobrak pertahanan
petinju bergaya fighter itu. Maka yang dilakukan Herry adalah:
melangkah ke kanan sambil membuang upper-cut, diteruskan
straight kanan, disusul hook kiri, kemudian mundur ke belakang
sambil melontarkan jab.
Ia berhasil. Joseph Baja yang bertarung bagai badak bisa ia
bendung. Joseph akhirnya kalah angka melawan andalan Indonesia
di kelas layang ini. Herry pun meloncat kegirangan. Ia memboyong
medali emas sekaligus meraih predikat petinju terbaik turnamen
Piala Presiden ke-5.
Turun dari ring, Herry yang bermandikan peluh kembali mendapat
hadiah kecupan sang pacar. Lengkaplah sudah.
Mengawali penampilan di ring tahun 1976 pada Kejuaraan Sarung
Tinju Emas di Ambon, Herry, 25 tahun (tinggi 156 cm, berat 48
kg) adalah cetakan pelatih tinju Teddy van Room (alm. Pada 1977
ia jadi juara ke-2 Kejuaraan Asia tahun berikutnya, 1978, ia
mendapat perunggu pada Kejuaraan ASEAN. Pada turnamen Piala
Presiden 1979 ia meraih perak--dan setahun kemudian pada
turnamen yang sama ia merenggut emas.
Tinju pada mulanya bukan olahraga yang disenanginya. Ia suka
bermain sepakbola dan hanya sesekali secara iseng mengenakan
sarung tinju. Tapi kemudian sarung itu tak ingin dilepaskannya.
Alur bulu mata kirinya ada bekas luka. Tersobek sarung tinju
lawan pa(la Piala Presiden 1979. T api ia tak kapok. Ia bahkan
tak mau luka itu dijahit. Ia khawatir justru jahitan itu membuat
alisnya gampang robek.
Buat Herry, putra ke4 dari 8 bersaudara keluarga Letkol. Pol
(Pur) Cak Maitimu, tinju prof lebih membahayakan ketimbang
amatir. "Kalau prof itu sudah kayak ayam sabungan. Sadis,"
katanya.
Di samping tinju, ia punya hobi berburu burung. Hampir separuh
waktu luangnya di Ambon digunakan untuk berburu. Jarak 5 km
untuk mencapai hutan tempat buruannya, buat Herry adalah juga
melatih otot kaki dan sendi lutut. Dengan hobinya ini ia punya
rencana pindah jadi atlet menembak. "Saya akan latihan terus,"
katanya. Dari jarak tembak sekitar 7 m ia mampu mengenai kepala
burung dengan tepat. Sebab, kalau hanya kena dada atau sayap,
burung hutan itu 'tertawa' saja. Setiap hari paling tidak ia
:nampu menewaskan empat ekor burung.
Tapi latihan tinju ia lakukan terus: setiap hari 1 jam pagi, 1
jam lagi sore hari. Ia berlari, loncat tali, angkat berat atau
melatih kecepatan tangan. "Saya harus berusaha supaya keringat
tetap keluar," katanya.
Pemuda lulusan SMP itu kini belum bekerja. Tapi banyak disebut
tak lama lagi dia akan menyunting Hotmauly Hutauruk, gadis yang
memberinya kecupan kemenangan. Mereka menjalin cinta sejak 1979,
ketika Herry masuk Pelatn'as SEA Games di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini