Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Herry, Si Pemburu Burung

Herry Maitimu berhasil meraih medali emas dalam piala presiden ke-v, mengalahkan petinju dari Filipina, Joseph Baja. terpilih sebagai petinju terbaik dalam turnamen ini. (or)

13 Februari 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK semula ia sudah memper hatikan Joseph Baja, petinju Filipina itu. Ditopang kecepatan, kekuatan dan teknik yang sempurna, namun Baja punya kelemahan double covernya agak turun. Ini membuka kesempatan Herry Maitimu mendobrak pertahanan petinju bergaya fighter itu. Maka yang dilakukan Herry adalah: melangkah ke kanan sambil membuang upper-cut, diteruskan straight kanan, disusul hook kiri, kemudian mundur ke belakang sambil melontarkan jab. Ia berhasil. Joseph Baja yang bertarung bagai badak bisa ia bendung. Joseph akhirnya kalah angka melawan andalan Indonesia di kelas layang ini. Herry pun meloncat kegirangan. Ia memboyong medali emas sekaligus meraih predikat petinju terbaik turnamen Piala Presiden ke-5. Turun dari ring, Herry yang bermandikan peluh kembali mendapat hadiah kecupan sang pacar. Lengkaplah sudah. Mengawali penampilan di ring tahun 1976 pada Kejuaraan Sarung Tinju Emas di Ambon, Herry, 25 tahun (tinggi 156 cm, berat 48 kg) adalah cetakan pelatih tinju Teddy van Room (alm. Pada 1977 ia jadi juara ke-2 Kejuaraan Asia tahun berikutnya, 1978, ia mendapat perunggu pada Kejuaraan ASEAN. Pada turnamen Piala Presiden 1979 ia meraih perak--dan setahun kemudian pada turnamen yang sama ia merenggut emas. Tinju pada mulanya bukan olahraga yang disenanginya. Ia suka bermain sepakbola dan hanya sesekali secara iseng mengenakan sarung tinju. Tapi kemudian sarung itu tak ingin dilepaskannya. Alur bulu mata kirinya ada bekas luka. Tersobek sarung tinju lawan pa(la Piala Presiden 1979. T api ia tak kapok. Ia bahkan tak mau luka itu dijahit. Ia khawatir justru jahitan itu membuat alisnya gampang robek. Buat Herry, putra ke4 dari 8 bersaudara keluarga Letkol. Pol (Pur) Cak Maitimu, tinju prof lebih membahayakan ketimbang amatir. "Kalau prof itu sudah kayak ayam sabungan. Sadis," katanya. Di samping tinju, ia punya hobi berburu burung. Hampir separuh waktu luangnya di Ambon digunakan untuk berburu. Jarak 5 km untuk mencapai hutan tempat buruannya, buat Herry adalah juga melatih otot kaki dan sendi lutut. Dengan hobinya ini ia punya rencana pindah jadi atlet menembak. "Saya akan latihan terus," katanya. Dari jarak tembak sekitar 7 m ia mampu mengenai kepala burung dengan tepat. Sebab, kalau hanya kena dada atau sayap, burung hutan itu 'tertawa' saja. Setiap hari paling tidak ia :nampu menewaskan empat ekor burung. Tapi latihan tinju ia lakukan terus: setiap hari 1 jam pagi, 1 jam lagi sore hari. Ia berlari, loncat tali, angkat berat atau melatih kecepatan tangan. "Saya harus berusaha supaya keringat tetap keluar," katanya. Pemuda lulusan SMP itu kini belum bekerja. Tapi banyak disebut tak lama lagi dia akan menyunting Hotmauly Hutauruk, gadis yang memberinya kecupan kemenangan. Mereka menjalin cinta sejak 1979, ketika Herry masuk Pelatn'as SEA Games di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus