Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bosan menumpang di rumah Joshua, kakaknya yang tengah mengikuti studi kedokteran di New York University, Jeremy Lin kini berburu tempat tinggal permanen. Kontrak US$ 800 ribu atau sekitar Rp 7 miliar untuk satu musim dari New York Knicks sudah pasti ada di tangan. Uang bukan soal lagi baginya. "Sebelumnya, masa depan saya tak pasti," kata point guard alias pengatur serangan berusia 23 tahun ini.
Dari seorang pecundang—lebih banyak duduk di bangku cadangan Golden State Warriors dalam 29 pertandingan musim lalu, lantas hanya dicoba Houston Rockets selama tiga pekan pada pramusim, Desember lalu—Lin menjelma menjadi bintang cemerlang. Andai Knicks memutus kontraknya di tengah jalan, 29 tim Liga Bola Basket Amerika Serikat (NBA) yang lain pasti berebut mendapatkannya.
Dibekap kendala cedera pemain, Knicks menggaet Lin pada akhir Desember lalu, tapi lantas mengirimkannya ke D-League (kompetisi untuk pemain kelas dua) pertengahan Januari. Awal Februari, atlet keturunan Taiwan kelahiran Los Angeles, 23 Agustus 1988, itu dimainkan ketika Knicks menundukkan New Jersey Nets—dan langsung menyumbangkan 5 poin, 5 rebound, serta 7 assist.
Cerita selanjutnya adalah "keajaiban". Lin menyumbangkan 109 poin pada empat pertandingan Knicks berikutnya dalam statusnya sebagai starter. Torehan master ekonomi Harvard ini menjadi rekor baru NBA. Lima kali Lin tampil, lima kali pula Knicks menang, padahal sebelumnya kalah 15 kali dan cuma menang delapan kali.
Penahbisan kebintangannya terjadi di Madison Square Garden saat Knicks menjamu Los Angeles Lakers. Ini laga ketiganya sebagai starter. Ribuan penonton mengelu-elukan point guard bertinggi badan 191 sentimeter itu. Banyak yang mengenakan topeng berbentuk wajahnya.
Sehari sebelumnya, bintang Lakers, Kobe Bryant, pemain dengan kontrak termahal—US$ 25 juta (sekitar Rp 226 miliar)—mengaku tak begitu mengenal Jeremy Lin. Tapi hari itu ia dipaksa lebih mengenalnya. Lin mencetak 38 poin—angka tertinggi dalam kariernya—dan Bryant hanya 34 poin.
Hari itu pula Knicks memastikan kontrak permanen Lin. Perusahaan-perusahaan besar berebut ingin menjadikan dia sebagai ikon.
Menurut data NBA, kostum Lin, jersey Knicks bernomor 17, menjadi yang paling laris sebulan ini, 12 persen dari seluruh penjualan jersey NBA. Knicks juga kecipratan rezeki: penjualan kostumnya meningkat 30 kali lipat dari bulan sebelumnya. Dan harga saham perusahaan induk klub itu, Madison ÂSquare Garden Inc, meningkat 6,2 persen pada tiga pekan lalu.
Pers menyebutnya Lin-sanity, kegilaan terhadap Lin. Beragam sebutan lain muncul untuk menyebut fenomena ini: Linderella, Lincredible, atau Super Lintendo. Lin menjadi trending topic di Twitter, juga Weibo (Twitter versi Cina).
"Ini seperti mimpi saja," kata ayah Lin, Gie Ming, soal prestasinya. Pria paruh baya ini lahir di Taiwan dan lantas memutuskan menjadi warga negara Amerika pada pertengahan 1970-an karena dua hal: ingin menyelesaikan gelar philosophiae doctor bidang informatika dan menjadi pemain NBA!
Meski tak bisa bermain bola basket, sang ayah disebut Lin sebagai "orang yang benar-benar tergila-gila kepada NBA". Gie Ming memiliki banyak footage aksi bintang masa lalu: lompatan ala Lary Bird, dunk gaya Michael Jordan, dribble cara Magic Johnson, atau keeping milik Kareem Abdul-Jabbar.
Tiga kali dalam sepekan Gie Ming membawa bocah lelakinya ke lapangan gereja untuk mempraktekkan footage yang mereka lihat. "Tapi harus mengerjakan PR lebih dulu." Nilai studi yang bagus ditambah prestasi bola basket mengantar Lin ke Universitas Harvard pada 2005 dan lulus dengan indeks prestasi 3,1
Kini Lin menjadi lulusan Harvard pertama di NBA sejak Ed Smith pada 58 tahun silam. Ia juga bintang basket Amerika keturunan Cina pertama di NBA. Lin-sanity? "Ha-ha-ha… orang-orang itu pintar mengutak-atik nama saya."
Andy Marhaendra (AP, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo