TARGET empat medali emas untuk atletik belum tercapai. Hanya
tiga emas yang diboyong kontingen Indonesia dari SEA Games di
Manila, sama dengan dua tahun sebelumnya di Jakarta. Toh emas
yang diperoleh Hoo Yong Chong (untuk lompat jangkit) dan Suhadi
(untuk lempar cakram) bukan sasaran PB PASI. Kedua emas ini
semula diharapkan dari Mochtar. Pada bagian putri, Henny
Maspaitella semula diharapkan menggulung lawannya pada lari 100
m, ternyata Mumtaz Jaffar dari Malaysia mendapat emas. Cuma Ir.
Budi Dharma (lempar martil) yang meraih emas sesuai dengan
harapan PASI.
Pelompat jangkit Mochtar gagal melompat dari papan tumpuan.
Ternyata dari Hoo Yong Chong, 23 tahun, rekor baru SEA Games
tercipta. Ia melompat sejauh 15,26 m dan menumbangkan rekor lama
(15,19 m) yang dibuat Kamaruddin Mydin, atlet Malaysia, di Kuala
Lumpur tahun 1965. Lagu Indonesia Raya pun didengungkan di
Stadion Rizal Memorial, Manila. Ia tampak terharu. "Baru sekali
ini saya sumbangkan Indonesia Raya di negeri orang," kaa Hoo
Yong Chong.
Jadi Ampang
Anak kelahiran Muntilan ini terjun ke gelanggang atletik bukan
langsung pada nomor lompat jangkit. Tahun 1974, ketika ia masih
di SMP kelas II, nomor lompat jauhnya menonjol--6,6 meter.
Selesai seleksi POPSI Jawa Tengah, lompatannya tak menonjol
lagi. Maklum ia berlatih tanpa disiplin. Pelatih Paulus Ley dari
Sala kemudian memintanya pindah pada nomor lompat jangkit, untuk
persiapan PON 1977.
Pada PON itu ia melompat jangkit sejauh 14,14 m dan mendapat
perunggu. Kemudian lompatannya, hingga akhir 1980, menanjak ke
14,36 m. Memasuki TC SEA Games 1981, dan berlatih di Jerman
Barat, Hoo menjadi lebih baik, lompatannya 14,83 m. Namun rekor
nasional tetap dipegang Mochtar (15,53 m) dalam PON 1981.
Hoo bukan dari keluarga atlet. Tapi putra ke-4 dari enam
bersaudara ini menyenangi atletik. Menyelesaikan SMA tahun 1978,
ia kini menganggur. Belum mempunyai rencana bagaimana
selanjutnya dan cita-citanya.
Di SEA Games (Manila) itu, Felicito Discutido Jr (Filipina),
Petrus Kalip (Malaysia) dan atlet lain digilasnya. "Hoo memang
selalu besar kemauannya untuk maju," kata pelatih Pieter Noya.
Hoo sendiri menganggap bahwa Mochtar lebih unggul. Sebelumnya
ada kekhawatiran padanya. Pemuda ini--tinggi 172, 5 cm--menerima
masakan yang tak cocok dan nasi yang keras, hingga berat
badannya menjadi 67 kg, turun 2 kg. "Saya khawatir turun terus.
Akibatnya badan (saya jadi ampang," katanya dengan logat Jawa.
Emas untuk Suhadi ialah dari lemparan cakramnya sejauh 44,93 m.
Hasil ahli masih di bawah rekor Games itu yang dibuat Zam Weik
(Burma) tahun 1969 dengan lemparan 47,78 m.
Tapi Ir. Budi Dharma, 26 tahun, plempar martil, telah
memecahkan rekor SEA Games dengan lemparan sejauh 49, 85 m
(rekor lama atas nama Eknath Mane dari Singapura dibuat tahun
1969 sejauh 47,02 m). Apa yang dicapai stat pengajar departemen
Arsitektur ITB itu sekaligus memperbaiki rekor nasional atas
namanya sendiri (44,34 m).
Dari nomor lari 3.000 m terjadi kegembiraan pula. Si pelari
cakar ayam Welmintje Sonbay 12 tahun, telah memperbaiki rekor
SEA Games 1977 yang dibuat Jayamani (Singapura) di Kuala Lumpur
(10 menit 18,7 detik) dengan catatan 10:01.16. Welmintje bisa
mengikuti kecepatan pelari Than Than Lwin(Burma ) dan Khawja
(Burma) meski akhirnya ia dapat medali perunggu. Sedang emas
untuk Khawja (9 57.29) dan perak dipegang Than Than (10:00.42).
Prestasi Welmintje sudah melampaui rekor nasional atas nama
Starlet (10:11,3) yang dibuat pada PON X. Pelari cakar ayam
lainnya, Katherina Nasimnasi, menduduki urutan terbawah dengan
catatan 10 59.22 dari tujuh peseru. Ia mencapai finis dengan
kepayahan sekali.
Mengapa Henny Maspaitella, yang diharapkan meraih emas untuk 100
m, gagal? Pada 10 m menjelang finis, Henny tampak kepayahan.
Akhirnya perak yang diraihnya (11,9 detik). Mumtaz masih lebih
unggul dengan catatan 11.84 detik. Henny yang menjuarai Singha
Beer di Bangkok November lalu diduga akan mencapai puncaknya di
SEA Games ini. Awang Papilaya begitu yakin bahwa Henny bakal
mendapat emas karena waktu yang 11,7 telah dicatatnya. Kalaupun
lebih lambat sedikit 11,8 seperti waklu yang pernah dicatat di
Jerman Barat, tempat Henny digembleng selama tiga bulan, emas
masih di tangan.
Perhitungan itu meleset. Henny mengalami kram ketika sedang
pemanasan. Otot-otot pada pangkal pahanya tak bisa berfungsi
baik untuk lari. Akibatnya, Henny lari seperti "melayang" saja.
Itu alasannya. Tapi pelatih Pieter Noya melihat kekalahan Henny
dari sudut lain. "Henny salah dibina," katanya. Pelatihnya,
Paulus Parsuney, berpegang pada jadwal latihan dari Jerman.
Padahal pola itu bertujuan membuat Henny mencapai puncak pada
bulan anuari, bukan pada SEA Games.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini