BEGITU naik ring di Caesar Palace. Las Vegas, Muhammad Ali
mengacungkan empat jari tangannya -- pertanda bahwa ia akan
merenggut mahkota dunia tinju kelas berat untuk keempat kalinya
pekan lalu. Para pemujanya bersorak.
"Ali, rubuhkan dia," seru mereka sewaktu Larry Holmes, juara
bertahan versi World Boxing Council (WBC), menyusul masuk
gelanggang.
Jika ditilik dari luar, Ali ketihatan cukup berpeluang untuk
mengalahkan Holmes. Lihatlah. Ia, setelah berlatih keras selama
tiga bulan, berada dalam timbangan idealnya -- 98,63 kg. Kerat
ini hampir sama dengan bobot tubuhnya waktu mengalahkan pemegang
mahkota, ketika itu, George Foreman di Kinshasai Zaire, 1974.
Ali juga telah cukup mengenal gaya bertinju Holmes. Sebab Holmes
adalah kawan berlatihnya, dengan bayaran US$ 125 (Rp 85.000) per
minggu antara 1972-1976.
Tapi naluri Veronica, istri ketiga Ali, lain. Ia berfirasat
acungan jari Aii merupakan pertanda kekalahan keempat dari
suaminya.
Tak Ada Perlawanan
Rekor Ali (sebelum naik ring melawan Holmes) adalah 56 kali
menang dan 3 kali kalah dari 59 kali pertandingannya sejak 29
Oktober 1960. Veronica termasuk orang yang menyarankan Ali untuk
menggantungkan sarung tinju sesudah pertandingan melawan Leon
Spinks di New Orleans, dua tahun lalu. "Tiga kali juara dunia
'kan cukup," ujar Veronica. Tapi sang suami tak peduli.
Pengagumnya juga tak peduli.
Para pengagum itu, begitu gong ronde pertama berdentang dan
wasit Richad Green memberi aba-aba pertarungan dimulai, semula
tampak seperti mendapat angin. Ali berhasil mendaratkan pukulan
telak di muka Holmes. Tapi setelah itu, sampai ronde kesepuluh
berakhir, Ali ternyata lebih banyak melihdungi diri ketimbang
melancarkan serangan. Melihat situasi yang tak menguntungkan itu
Angelo Dundee, pelatih Ali, segera meminta Green untuk
menghentikan pertandingan begitu ronde kesebelas akan
dilanjutkan. "Ali tak memberikan perlawanan sama sekali," alasan
Dundee.
Holmes, selepas dinyatakan menang tehnical knock out (TKO) di
ronde kesebelas, menyatakan bahwa ia tidak terlalu gembira
dengan kemenangannya. "Jika anda naik ring melawan seorang
sahabat, dan harus bertarung sungguh-sungguh, anda tidak akan
merasa senang," kata Holmes. "Begitu juga saya." Ia
menambahkan selain sahabat juga petinju pujaannya.
Tapi sang sahabat dan pujaan tampak merasa senak saja. Ali
dalam acara Good Morning America dari stasium teve American
Broadcasting Corporation (ABC), setelah pertandingan, mengatakan
bahwa yang dilihat penonton malam sebelumnya bukanlah dirinya
yang sebenarnya. Sebab ia tidak memberikan perlawanan sama
sekali. Alasan: tubuhnya lemah. "Barangkali kamu tidak
menurunkan berat badan terlalu banyak dan terlalu cepat, mungkin
saya lebih bertenaga," kata Ali yang waktu mulai berlatih
berbobot 114,7 :kg - hampir mirip Djalal si pelawak.
Apa selanjutnya setelah gagal memenuhi ambisi menjadi kampiun
dunia empat kali? Ali nampaknya belum mau menyerah. Ia merasa
cuma tidak berhasil meraih gelar versi WBC. "Itu baru stengah
dari gelar," ujarnya. "Setengah lainnya, versi World Boxing
Association WBA), ada pada Mike Weaver. Saya akan merebutnya
dari dia."
Banyak orang senyum. Ali, waktu pemunculan di depan kamera teve
ABC, mengenakan kacamata hitam guna menutupi wajahnya yang
memar akibat pukulan Holmes. Ia tak menyebut kapan ia akan
bertarung dengan Weaver. Hanya, katanya gagah, "saya akan
kembali seperti Mac Arthur" -- mengingatkan orang akan jenderal
AS di Pasifik dalam Perang Dunia II yang waktu kalah oleh
Jepang di Filipina bersumpah menebus kekalahannya -- dan
berhasil.
Mengapa Ali, 38 tahun, masih ingin terus bertarung. Menurut
Veronica kepada Michael Katz dari koran The New York Times
sebelum-pertarungan melawan Holmes, suaminya seperti kehilangan
sesuatu. "Ia membutuhkan tantangan untuk melawan
kesendiriannya," ujar Veronica.
Tapi mungkin ada alasan yang lebih sederhana. Seperti kata
Holmes "Ali sudah bangkrut." Biaya hidup Ali diperkirakan US$
10.000 per hari. Ali, selain membiayai keluarga sendiri, juga
harus mengeluarkan uang untuk dua bekas istrinya (Sonji Roi
dan Belinda Boyd) serta anak dari perkawinan ini.
Toh sang jagoan membantah bahwa ia telah jatuh miskin sejak tak
naik ring. Ia tak menyebut sumber pemasukannya. Diduga berasal
dari uang yang ditanamnya di sebuah bisnis usaha tanah dan
hangunan. Bahwa ia masih mau balik di ring, karena bayarannya
melawan Holmes sebesar US$ 8 jura. "Siapa yang tidak tergiur
oleh jumlah sebesar itu?" Hanya Ali yang pasti mendapatkan uang
itu walaupun ia cuma maju-mundur beherapa puluh menit. "Jadi,
saya bertanding bukan lantaran bangkrut."
Bagi Holmes yang hanya memperoleh $ 3,5 juta, kemenangan atas
Ali mengukuhkannya jadi pemegang rekor: mempertahankan gelar
delapan kali berturut-turut dengan kemenangan KO. Rekor
sebelumnya, tujuh kali berurutan, dipegang oleh petinju
legendaris Joe Louis. Prestasi Holmes keseluruhan adalah 36 kali
menang, 27 di antaranya dengan KO, dari 36 pertandingan.
Walaupun begitu, "Ali tetap yang terbesar," pujinya terhadap
bekas 'boss'nya itu.
Holmes, pemenang gelar versi WBC ini memang memulai karirnya
dari sasana Ali. Itu terjadi delapan tahun lalu. Setelah Holmes
gagal meraih tiket ke Olymiade (1972). Tanpa Ali, saya tidak
akan menjadi Holmes seperti sekarang ini," katanya.
Holmes, dengan tinggi 190 cm (sama dengan Ali) dan berat 5,91
kg memulai debut di ring bayaran, 1973. Holmes dapat nama
hebat, 9 Juni 1978, setelah memukul rubuh pemegang gelar
versi WBC, Ken Norton.
"Tidak seperti yang disangka orang saya sebenarnya tak
menyenangi olahraga tinju. Terlalu kejam," kata Holmes yang
dijuluki pers "Pembunuh dari Easton" itu. Ia, menurut
pengakuannya, terpaksa berlatih tinju untuk membela diri dari
gangguan penganggur sebayanya.
Masa lampau Holmes memang pahit. Ia, putra dari John dan
Flossie, bersaudar 12 orang. Tahun 1964 orangtuanya bercerai.
Ia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan menjadi pencuci
mobil dengan bayaran U$ 1 per hari. Kini, rencana
pertandingannya melawan Ali, ia telah mengantungi pendapatan
tak kurang dari US$ 15.500.000 pendapatannya dari arena tinju
ini, sebagaimana, ditanamnya dalam bentuk saham berbagai
perusahaan.
Holmes 31 tahun, menetap di Easton, Philadelphia, bersama
istrinya Dian dan putrinya Kandi. Ia mengatakan mengundurkan
diri setelah mempertahankan gelar tiga kali lagi. Di antara
lawan yang disebutnya adalah Gerrie Coetze, petinju dari Afrika
Selatan, serta pemegang gelar versi WBA. Weaver "Saya ingin
dunia mengakui hanya seorang juara saja," kata Holmes. "Orang
itu adalah saya."
Ada saatnya memang, seperti dikatakan Holmes sendiri, orang
datang dan kemudian harus pergi. Kini ia datang, sementara Ali,
dalam pertandingan yang disebut "Hurah penghabisan Muhamad Ali"
pekan lalu gagal mengulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini