Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Hurah Penghabisan Yang Belum Hilang

Muhammad Ali kalah dengan TKO melawan Holmes, dalam memperebuntukan gelar juara dunia di Las Vegas, Ali mendapat bayaran us$ 8 juta.

11 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU naik ring di Caesar Palace. Las Vegas, Muhammad Ali mengacungkan empat jari tangannya -- pertanda bahwa ia akan merenggut mahkota dunia tinju kelas berat untuk keempat kalinya pekan lalu. Para pemujanya bersorak. "Ali, rubuhkan dia," seru mereka sewaktu Larry Holmes, juara bertahan versi World Boxing Council (WBC), menyusul masuk gelanggang. Jika ditilik dari luar, Ali ketihatan cukup berpeluang untuk mengalahkan Holmes. Lihatlah. Ia, setelah berlatih keras selama tiga bulan, berada dalam timbangan idealnya -- 98,63 kg. Kerat ini hampir sama dengan bobot tubuhnya waktu mengalahkan pemegang mahkota, ketika itu, George Foreman di Kinshasai Zaire, 1974. Ali juga telah cukup mengenal gaya bertinju Holmes. Sebab Holmes adalah kawan berlatihnya, dengan bayaran US$ 125 (Rp 85.000) per minggu antara 1972-1976. Tapi naluri Veronica, istri ketiga Ali, lain. Ia berfirasat acungan jari Aii merupakan pertanda kekalahan keempat dari suaminya. Tak Ada Perlawanan Rekor Ali (sebelum naik ring melawan Holmes) adalah 56 kali menang dan 3 kali kalah dari 59 kali pertandingannya sejak 29 Oktober 1960. Veronica termasuk orang yang menyarankan Ali untuk menggantungkan sarung tinju sesudah pertandingan melawan Leon Spinks di New Orleans, dua tahun lalu. "Tiga kali juara dunia 'kan cukup," ujar Veronica. Tapi sang suami tak peduli. Pengagumnya juga tak peduli. Para pengagum itu, begitu gong ronde pertama berdentang dan wasit Richad Green memberi aba-aba pertarungan dimulai, semula tampak seperti mendapat angin. Ali berhasil mendaratkan pukulan telak di muka Holmes. Tapi setelah itu, sampai ronde kesepuluh berakhir, Ali ternyata lebih banyak melihdungi diri ketimbang melancarkan serangan. Melihat situasi yang tak menguntungkan itu Angelo Dundee, pelatih Ali, segera meminta Green untuk menghentikan pertandingan begitu ronde kesebelas akan dilanjutkan. "Ali tak memberikan perlawanan sama sekali," alasan Dundee. Holmes, selepas dinyatakan menang tehnical knock out (TKO) di ronde kesebelas, menyatakan bahwa ia tidak terlalu gembira dengan kemenangannya. "Jika anda naik ring melawan seorang sahabat, dan harus bertarung sungguh-sungguh, anda tidak akan merasa senang," kata Holmes. "Begitu juga saya." Ia menambahkan selain sahabat juga petinju pujaannya. Tapi sang sahabat dan pujaan tampak merasa senak saja. Ali dalam acara Good Morning America dari stasium teve American Broadcasting Corporation (ABC), setelah pertandingan, mengatakan bahwa yang dilihat penonton malam sebelumnya bukanlah dirinya yang sebenarnya. Sebab ia tidak memberikan perlawanan sama sekali. Alasan: tubuhnya lemah. "Barangkali kamu tidak menurunkan berat badan terlalu banyak dan terlalu cepat, mungkin saya lebih bertenaga," kata Ali yang waktu mulai berlatih berbobot 114,7 :kg - hampir mirip Djalal si pelawak. Apa selanjutnya setelah gagal memenuhi ambisi menjadi kampiun dunia empat kali? Ali nampaknya belum mau menyerah. Ia merasa cuma tidak berhasil meraih gelar versi WBC. "Itu baru stengah dari gelar," ujarnya. "Setengah lainnya, versi World Boxing Association WBA), ada pada Mike Weaver. Saya akan merebutnya dari dia." Banyak orang senyum. Ali, waktu pemunculan di depan kamera teve ABC, mengenakan kacamata hitam guna menutupi wajahnya yang memar akibat pukulan Holmes. Ia tak menyebut kapan ia akan bertarung dengan Weaver. Hanya, katanya gagah, "saya akan kembali seperti Mac Arthur" -- mengingatkan orang akan jenderal AS di Pasifik dalam Perang Dunia II yang waktu kalah oleh Jepang di Filipina bersumpah menebus kekalahannya -- dan berhasil. Mengapa Ali, 38 tahun, masih ingin terus bertarung. Menurut Veronica kepada Michael Katz dari koran The New York Times sebelum-pertarungan melawan Holmes, suaminya seperti kehilangan sesuatu. "Ia membutuhkan tantangan untuk melawan kesendiriannya," ujar Veronica. Tapi mungkin ada alasan yang lebih sederhana. Seperti kata Holmes "Ali sudah bangkrut." Biaya hidup Ali diperkirakan US$ 10.000 per hari. Ali, selain membiayai keluarga sendiri, juga harus mengeluarkan uang untuk dua bekas istrinya (Sonji Roi dan Belinda Boyd) serta anak dari perkawinan ini. Toh sang jagoan membantah bahwa ia telah jatuh miskin sejak tak naik ring. Ia tak menyebut sumber pemasukannya. Diduga berasal dari uang yang ditanamnya di sebuah bisnis usaha tanah dan hangunan. Bahwa ia masih mau balik di ring, karena bayarannya melawan Holmes sebesar US$ 8 jura. "Siapa yang tidak tergiur oleh jumlah sebesar itu?" Hanya Ali yang pasti mendapatkan uang itu walaupun ia cuma maju-mundur beherapa puluh menit. "Jadi, saya bertanding bukan lantaran bangkrut." Bagi Holmes yang hanya memperoleh $ 3,5 juta, kemenangan atas Ali mengukuhkannya jadi pemegang rekor: mempertahankan gelar delapan kali berturut-turut dengan kemenangan KO. Rekor sebelumnya, tujuh kali berurutan, dipegang oleh petinju legendaris Joe Louis. Prestasi Holmes keseluruhan adalah 36 kali menang, 27 di antaranya dengan KO, dari 36 pertandingan. Walaupun begitu, "Ali tetap yang terbesar," pujinya terhadap bekas 'boss'nya itu. Holmes, pemenang gelar versi WBC ini memang memulai karirnya dari sasana Ali. Itu terjadi delapan tahun lalu. Setelah Holmes gagal meraih tiket ke Olymiade (1972). Tanpa Ali, saya tidak akan menjadi Holmes seperti sekarang ini," katanya. Holmes, dengan tinggi 190 cm (sama dengan Ali) dan berat 5,91 kg memulai debut di ring bayaran, 1973. Holmes dapat nama hebat, 9 Juni 1978, setelah memukul rubuh pemegang gelar versi WBC, Ken Norton. "Tidak seperti yang disangka orang saya sebenarnya tak menyenangi olahraga tinju. Terlalu kejam," kata Holmes yang dijuluki pers "Pembunuh dari Easton" itu. Ia, menurut pengakuannya, terpaksa berlatih tinju untuk membela diri dari gangguan penganggur sebayanya. Masa lampau Holmes memang pahit. Ia, putra dari John dan Flossie, bersaudar 12 orang. Tahun 1964 orangtuanya bercerai. Ia terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan menjadi pencuci mobil dengan bayaran U$ 1 per hari. Kini, rencana pertandingannya melawan Ali, ia telah mengantungi pendapatan tak kurang dari US$ 15.500.000 pendapatannya dari arena tinju ini, sebagaimana, ditanamnya dalam bentuk saham berbagai perusahaan. Holmes 31 tahun, menetap di Easton, Philadelphia, bersama istrinya Dian dan putrinya Kandi. Ia mengatakan mengundurkan diri setelah mempertahankan gelar tiga kali lagi. Di antara lawan yang disebutnya adalah Gerrie Coetze, petinju dari Afrika Selatan, serta pemegang gelar versi WBA. Weaver "Saya ingin dunia mengakui hanya seorang juara saja," kata Holmes. "Orang itu adalah saya." Ada saatnya memang, seperti dikatakan Holmes sendiri, orang datang dan kemudian harus pergi. Kini ia datang, sementara Ali, dalam pertandingan yang disebut "Hurah penghabisan Muhamad Ali" pekan lalu gagal mengulang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus