Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Irfan Batal ke Qatar

20 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi Irfan Bachdim, tawaran bermain untuk negeri leluhur ayahnya itu sungguh tak disangka-sangka. Seorang utusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia menelepon pemain tim yunior FC Utrecht A berusia 18 tahun itu, enam bulan silam, menanyakan paspornya. ”Saya bilang, saya punya paspor hijau, paspor Indonesia,” kata putra pasangan Nouval Bachdim dan Hester Van Dijk itu.

Singkat cerita, Irfan dipertemukan dengan Foppe de Haan, pelatih tim nasional Belanda U-21 yang juga menjadi supervisor tim nasional Indonesia U23. ”Foppe bilang, kalau kamu main bagus, kamu boleh main di tim ini,” kata Irfan saat berbincang dengan Tempo di halaman belakang rumahnya di Hoofddorp, Rabu pekan lalu.

Ia diberi waktu magang bermain dengan tim selama seminggu. Sejak Mei lalu, tim memang sudah mulai berlatih di Belanda. Bermain bersama tim Indonesia bukan hal baru baginya. ”Musim panas dua tahun lalu ketika liburan ke Indonesia, saya bermain dengan tim di Depok.” katanya. Penampilan Irfan tidak mengecewakan Foppe. Tawaran memperkuat tim nasional yang dipersiapkan ke Asian Games Qatar 2006 terulur.

Pemain dengan tinggi 172 sentimeter ini tidak kesulitan beradaptasi dengan tim nasional. Ia kebetulan tinggal sekamar dengan Bobby Satria, pemain Persita Tangerang yang mahir berbahasa Inggris. Bobby menjadi penerjemah bagi Irfan, yang tak bisa berbahasa Indonesia, untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan satu tim.

Sayangnya, ketika tim nasional bertolak ke Qatar awal bulan ini, Irfan tertinggal di Belanda. Penyebabnya, pada pertandingan uji coba Oktober lalu, ia termakan ganjalan keras sehingga pergelangan kakinya bengkak. Dokter memvonisnya tidak bisa bermain bola selama empat sampai enam bulan.

Irfan berusaha sembuh lebih cepat. Ia akhirnya kembali ke lapangan tiga setengah minggu kemudian. Namun, daftar nama pemain sudah dikirim ke Qatar. Ia hanya masuk sebagai cadangan di nomor 23. Padahal di Asian Games, satu tim hanya boleh membawa 21 pemain. ”Saya kecewa, tapi mau bilang apa. Mungkin belum saatnya,” Irfan mencoba berbesar hati.

Bermain bola sejak umur lima tahun, darah bola di tubuh Irfan mengalir dari ayahnya. Nouval pernah bermain untuk Persema Malang pada era 1970-an. Di usia dini pula ia bergabung dengan Argon, sebuah klub kecil. Empat tahun di Argon, tim pencari bakat dari Ajax menawarkan beasiswa di akademi klub itu.

Kondisi panggul miring sejak lahir, yang menyebabkan punggungnya juga miring, menjadi ganjalan. Semakin bertambah usianya, kondisi ini semakin mengganggu. Keseimbangannya kurang sehingga sering terjatuh. ”Waktu kecil, kondisi ini tidak terlalu terasa. Tapi ketika umur saya beranjak dewasa, punggung ini jadinya menyulitkan,” katanya.

Ia akhirnya menjalani operasi hingga punggungnya lurus. Tapi, butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan punggung baru, sedangkan Ajax tidak bisa menunggu lebih lama. Irfan pun terdepak dan kembali ke Argon.

Empat tahun kemudian, giliran pencari bakat FC Utrecht menemuinya. Ia kembali meretas mimpi menjadi pesepak bola profesional. Irfan tidak main-main dengan keputusannya, bahkan bersedia mengorbankan sekolahnya. Kini hari-harinya dihabiskan di lapangan hijau, sedangkan hari libur dimanfaatkan untuk bekerja di tempat penitipan anak. Itu artinya ia patut diberi kesempatan menjajal lagi tim nasional Indonesia.

AMR, Asmayani Kusrini (Hoofddorp)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus