Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Tugas Saya Mengelola Ego

Erick Thohir, Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin:

18 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Erick Thohir. TEMPO/Ijar Karim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ERICK Thohir seperti tidak bisa mengambil napas. Kurang dari sepekan setelah penutupan Asian Games XVIII, awal September 2018, ketua panitia penyelenggara pesta olahraga se-Asia itu ditunjuk menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin dalam pemilihan presiden 2019.

Erick, 48 tahun, menilai jabatan baru ini lebih berat. Ia sampai harus melepas kursi presiden klub sepak bola elite Italia, Inter Milan, Oktober tahun lalu. “Di Inasgoc (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee), masih ada libur Minggu. Di TKN, masuk terus,” ujarnya saat berkunjung ke kantor Tempo di Jakarta, Jumat petang pekan lalu.

Kunjungan itu berlangsung kurang dari 24 jam setelah debat calon presiden. Dalam acara yang disiarkan secara nasional itu, publik menyoroti Kiai Ma’ruf yang lebih banyak diam. Jokowi seperti bertarung sendirian melawan Prabowo Subianto yang didampingi Sandiaga Salahuddin Uno. “Ini sesuai dengan skenario,” kata Erick. Menurut dia, warga Indonesia sedang mencari presiden, bukan wakil presiden. Ia yakin Ma’ruf akan tampil trengginas dalam sesi debat calon wakil presiden pada 17 Maret mendatang.

Dalam perbincangan sekitar satu setengah jam yang diselingi gelak tawa itu, Erick juga menceritakan penunjukannya oleh Presiden Jokowi, ketidaktertarikannya pada dunia politik, sampai pertemanannya dengan Sandiaga Uno. Pengusaha media tersebut datang didampingi Muhammad Lutfi, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal 2005-2009 dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang 2010-2013 yang sekarang menjadi anggota tim ahli TKN Jokowi-Ma’ruf.

Bagaimana Anda menilai jalannya debat?

Sesuai dengan skenario kami. Indonesia sedang mencari presiden, bukan wakil presiden. Presiden yang menjadi inti. Commander of chief adalah presiden. Karena itu, figur inilah yang kami tonjolkan tadi malam (Kamis, 17 Januari 2019). Jangan sampai banyak pihak terkamuflase oleh figur calon wakil presiden. Alhamdulillah, Pak Ma’ruf mengikuti skenario itu.

Menurut skenario, kapan seharusnya Kiai Ma’ruf mulai bicara?

Saat sesi debat mengenai terorisme.

Isu terorisme baru dibahas pada sesi ketiga. Jadi dia tidak diminta bicara pada sesi pertama dan kedua?

Ya, memang tidak bicara. Kalau Pak Ma’ruf ditanya soal penegakan hukum dan korupsi, tidak ada kebijakan yang bisa beliau lakukan saat menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Sedangkan soal terorisme bisa berhubungan dengan deradikalisasi.

Banyak yang menilai porsi Ma’ruf dalam debat itu terlalu sedikit….

Ketika banyak orang melihat Pak Ma’ruf sedikit bicara, realitas di media sosial menunjukkan jumlah percakapan tentang beliau tadi malam sama dengan Sandi, yaitu 5 persen. Sedangkan Pak Jokowi di angka 53 persen dan Pak Prabowo 30-an persen. Berarti yang penting bukan banyak bicaranya, tapi apresiasi poin-poin pembicaraannya, kena atau tidak ke masyarakat. Ini hasil analisis internal kami dengan melihat 560 ribu pembicaraan di media sosial malam itu.

Sepertinya skenario sedikit bicara itu hanya pembenaran?

Saya sebelumnya tidak kenal dengan Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf. Baru kenal belakangan. Tapi, dengan berkembangnya isu identitas dan mayoritas penduduk Indonesia muslim, beliau adalah pilihan terbaik di antara figur-figur yang ada. Meskipun begitu, ketika debat tetap harus proporsional. Kalau Pak Ma’ruf harus bicara mengenai penegakan hukum, sulit. Sedangkan Pak Jokowi bisa menjawab dengan apa yang sudah beliau lakukan.

Bagaimana tim mempersiapkan Kiai Ma’ruf menghadapi debat?

Beliau berlatih tiga kali. Bukan berarti tidak kapabel. Cuma perlu dibiasakan. Saat Rapat Kerja Nasional TKN di Surabaya, Oktober tahun lalu, beliau berbicara sampai satu jam lebih. Selama ini saat pengajian atau salat Jumat kan tidak dibatasi waktu. Paling singkat kultum, tujuh menit, he-he-he…. Untuk debat, mesti dibiasakan karena waktunya hanya satu-tiga menit.

Apa yang tim persiapkan untuk debat calon wakil presiden?

Masih terlalu lama. Ada isu-isu lain yang harus kami garap lebih dulu, seperti swing voters dan undecided voters.

Publik mempertanyakan ketidakhadiran Ma’ruf dalam pertemuan Jokowi dengan ketua partai pendukung, pekan lalu. Apa penjelasan Anda?

Selama ini, calon wakil presiden direpresentasikan sebagai orang pinggiran. Padahal tidak seperti itu. Pertemuan Pak Jokowi dengan ketua-ketua partai pendukung di rumah makan di Menteng, Jakarta Pusat, itu biasa dilakukan. Pak Ma’ruf tidak ikut karena dalam beberapa pertemuan memang terpisah. Biasanya Pak Jokowi bertemu dengan Pak Ma’ruf dalam sebuah pertemuan khusus yang tidak mengundang pimpinan partai. Pak Ma’ruf pun kalau bertemu dengan ketua-ketua partai konsepnya berbeda, yakni di rumah beliau. Kebiasaan ulama memang seperti itu, silaturahmi.

Menurut sejumlah survei, Jokowi-Ma’ruf kalah suara oleh Prabowo-Sandi di Sumatera, Banten, dan DKI Jakarta. Apa yang akan dilakukan?

Masih aman. Anggap saja un­decided voters yang jumlahnya sekitar 12 persen itu ke Prabowo-Sandi semua. Berarti suara mereka sekitar 45 persen, kami sekitar 55 persen. Saya rasa masih oke.

Tapi ada pemilih Jokowi-Ma’ruf yang masih ragu-ragu dan bisa berpindah pilihan….

Gabungan antara undecided voters dan swing voters kira-kira 22 persen, masak, semuanya ke sana? Kan, tidak mungkin. Mungkin kami bisa mendapat sekitar 52 persen.

Seperti hasil penghitungan suara 2014, saat Jokowi-Jusuf Kalla mendapat 53,16 persen suara?

Ya, saya rasa kemungkinannya seperti itu.

Seberapa besar kontribusi TKN jika Jokowi-Ma’ruf memenangi pemilihan presiden?

Kami hanya bagian dari manajemen. Kontribusi terbesar adalah figur Pak Jokowi sebagai presiden.

Lebih besar peran tim kampanye atau relawan?

Sama-sama. TKN, relawan, partai, individu, semua sama. Yang menggembirakan, figur-figur yang selama ini netral, seperti Mbak Yenny Wahid (putri Presiden RI 1999-2001, Abdurrahman Wahid), sudah mengambil posisi. Begitu pula Tuan Guru Bajang (Muhammad Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat 2008-2018), Pak Mahfud Md. (Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2013), dan Pak Yusril Ihza Mahendra (Ketua Umum Partai Bulan Bintang).

Apakah semua partai bekerja untuk pemenangan Jokowi-Ma’ruf?

Kerja. Tugas saya me-manage ego mereka. Kan, ada partai besar. Tapi ada juga partai yang cuma ingin lolos.

Bagaimana Anda membuat deal politik dengan para pemimpin partai?

Yang melakukan deal bukan saya, tapi Pak Jokowi. Saya me-manage saja. Seperti yang Pak Jokowi katakan saat menunjuk saya, beliau memilih karena faktor manajemen. Urusan politis menjadi tanggung jawab partai. Lagi pula, yang bekerja dengan TKN adalah para sekretaris jenderal, bukan ketua partai. Alhamdulillah, hubungan saya dengan partai-partai baik. Hari ini di koalisi tidak ada isu perpecahan dan sebagainya.

Seberapa besar peran Anda dalam penyusunan tim?

Tidak ada. Waktu saya masuk, tim sudah setengah jadi.

Anda tahu pengusaha Kalimantan Selatan, Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, masuk TKN?

Kapan dia masuk? Tidak pernah. Tidak ada namanya dalam surat keputusan.

Artinya Haji Isam hanya mengaku-aku sebagai bendahara TKN?

Saya tidak pernah menandatangani surat keputusan yang menyebut Haji Isam sebagai bendahara TKN. Yang ada dalam susunan bendahara adalah Sakti Wahyu Trenggono, Juliari Batubara, Lestari Moerdijat, dan Dudy Purwagandhi.

Bagaimana dengan pengusaha Riza Chalid, yang dikabarkan sering bertandang ke markas TKN?

Tidak ada. Bertemu juga tidak pernah. Kalau ada fotonya, kasih lihat ke saya.

Benarkah Riza mendukung Jokowi-Ma’ruf dalam pemilihan presiden 2019?

Saya belum pernah mendengar kabar itu.

Mungkin Anda tidak diberi tahu?

Saya tidak yakin. 

Berapa perkiraan biaya kampanye Jokowi-Ma’ruf untuk pemilihan presiden?

Rp 400-500 miliar.

Apakah cukup?

Cukuplah. Saat ini masa kampanye hanya tiga minggu. Jadi iklan pun hanya sebentar. Lagi pula, kampanye lewat media sosial jauh lebih murah.

Dari mana saja dana tersebut?

Sumbangan. Hari ini tercatat sebesar Rp 54 miliar, baik dari individu, korporasi, maupun kelompok.

Indonesia Corruption Watch menyoroti penyumbang terbesar Jokowi-Ma’ruf, yakni Perkumpulan Golfer TBIG dan Perkumpulan Golfer TRG….

Jangan salah, kelompok juga boleh menyumbang. Nantinya kan juga terlihat setelah diperiksa. Kami bukannya menyiasati laporan keuangan. Tidak mungkinlah. Apalagi saya sebagai Ketua TKN, amit-amit. Jadi semuanya akan dilaporkan, termasuk sumbangan kaus dan sebagainya. 

Bagaimana mengontrol uang yang masuk ke TKN dari berbagai kelompok itu?

Nantinya akan terkonsolidasi, termasuk sumbangan yang masuk ke tim kampanye daerah. Justru yang sulit itu relawan karena mereka tidak terdaftar.

Sumbangan dari relawan tidak dilaporkan?

Tidak, kecuali kami melaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum bahwa mereka adalah bagian resmi dari TKN. Jujur saja, tidak mungkin kami melaporkan 700 relawan yang ada itu. Kenapa? Kalau laporan mereka tidak nyambung, bahaya buat kami. Belum lagi kalau tiba-tiba ada penyumbang yang terkena kasus korupsi. Kan, berat.

Apakah menjadi Ketua TKN lebih berat daripada menjadi Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018?

Ya. Saya sampai harus berhenti sebagai Presiden Inter Milan. Sabtu dan Minggu pun kerja, sampai malam. Kalau saat Asian Games kan Minggu masih bisa libur, kecuali ada torch relay.

Tapi, jika Jokowi-Ma’ruf menang, Anda berpeluang mendapatkan jabatan, menteri, misalnya….

Saya tidak mau.

Yakin?

Ya.

Mengapa?

Kayaknya memang tidak mau di situ, deh. Pilihan saya di swasta. Kalau mau, sudah sejak kemarin-kemarin. Kan, saya pernah ditawari (menjadi menteri). Tapi saya tidak mau.

Siapa yang menawari?

Seseorang, he-he-he….

Bagaimana dengan jabatan yang juga manajerial seperti Kepala Staf Presiden (KSP)?

Tidaklah. KSP berat, harus bekerja 24 jam. Tapi, kalau memang mesti masuk, di Komite Ekonomi Nasional sajalah. Kan, oke, sesuai dengan bidang saya. Selain itu, tidak ada uang negara di situ dan saya tetap bisa berbisnis. Kalau tidak, ya, tidak apa-apa juga.

Apakah Anda digaji sebagai Ketua TKN?

Tidak, ini pekerjaan relawan.

Lalu apa keuntungan yang Anda terima sebagai Ketua TKN?

Prinsipnya, saya senang dengan apa yang saya kerjakan. Saya pun harus berbuat yang terbaik.

Calon presiden Joko Widodo (kedua dari kanan) bersama calon wakil presiden Ma’ruf Amin (kanan), Wakil Presiden Jusuf Kalla (kedua dari kiri), dan pengusaha Erick Thohir setelah memberikan keterangan tentang formasi Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk pemilihan presiden, di Jakarta, September 2018. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

 

Dari segi bisnis, jabatan ini menguntungkan karena harga saham perusahaan Anda, Mahaka Media, terus naik….

Kan, hanya Mahaka Media. Lagi pula, sekarang harga sahamnya sudah normal lagi, ha-ha-ha…. Orang berspekulasi itu wajar. Tapi, kalau saya mau mengambil kesempatan yang paling besar, bukan di sini. Anggaran Asian Games kemarin itu mencapai Rp 7,2 triliun. Kalau 10 persennya saja saya kantongi, sudah Rp 720 miliar. Kenapa tidak di situ saja? Di TKN, masak, mau memanfaatkan sumbangan?

Benarkah saat ditawari posisi sebagai Ketua TKN Anda sempat berdebat dengan Garibaldi “Boy” Thohir, kakak Anda?

Tidak pernah, kami saling dukung.

Kabarnya, Boy ingin Anda membantu Sandiaga.…

Tidaklah, ha-ha-ha…. Saat itu memang sempat berdiskusi bahwa ada pilihan seperti ini. Boy bertanya, “Hati nuranimu mau ke politik atau tidak?” Saya bilang, “Tidak, tetap mau di bisnis.”

Lalu mengapa menyanggupi?

Kalau dipanggil lagi, mau bagaimana?

Yang meminta Presiden Jokowi?

Ya.

Bagaimana hubungan Anda dengan sahabat Anda, Sandiaga Uno?

Baik. Tapi jadi sulit berkomunikasi karena memang kami berdua sudah membuat keputusan masing-masing. Kami sahabat di masa lalu dan di masa datang. Sekarang masing-masing bertugas.

Kabarnya Anda menangis saat Sandiaga ditunjuk Prabowo sebagai calon wakil presiden?

Waktu itu Agustus, saat masih sama-sama mengurus Asian Games. Sandi memutuskan berhenti total dari kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Saya, sebagai sahabat, terharu. Kan, saya berteman dengan Sandi sejak SMP.

Artinya Anda mengetahui banyak kelemahan Sandi?

Banyaklah.

Kelemahan itu akan dimanfaatkan untuk memenangkan Jokowi-Ma’ruf?

Tidak. Tapi, kalau kubu mereka melakukan blunder, baru kami manfaatkan.

Selama ini Sandiaga dicitrakan sebagai orang saleh. Menurut Anda?

Saleh. Waktu SMA, kami sering main basket di Lapangan ABC (kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta). Sehabis main, kami biasanya kumpul-kumpul. Dia langsung pulang untuk mengaji. Dari dulu dia rajin puasa Senin-Kamis.

 


 

ERICK THOHIR

Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 30 Mei 1970

Pendidikan:  Sarjana periklanan dari Glendale College, California, Amerika Serikat; Master administrasi bisnis dari National University, California, Amerika Serikat

Karier: Pendiri Mahaka Group, Presiden Direktur PT Andalas Horizon Television (2013-sekarang), Presiden FC Internazionale Milano (2013-2018), Direktur PT Visi Media Asia (2011-2013)

Organisasi: Ketua Komite Olimpiade Indonesia (2015-2019), Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (2018), Presiden Asosiasi Basket Asia Tenggara (2006-2019), Ketua Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (2004-2006)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus