Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pecatur putri Laysa Latifah memenangi turnamen catur standar kategori putri usia 18 tahun ke bawah di Asian Youth Chess Championships di Al Ain, Uni Emirat Arab.
Meraih medali emas di kejuaraan tersebut, Laysa otomatis mendapatkan titel Woman International Master.
Laysa akan memperbanyak keikutsertaan di turnamen untuk menaikkan Elo rating agar mendapatkan norma Woman Grandmaster.
MEMEGANG buah catur hitam, Laysa Latifah menggunakan pertahanan Skandinavia untuk mengecoh Woman International Master (WIM) Nguyễn Thiên-Ngân dari Vietnam. Sayangnya, strategi manuver kuda Laysa dimanfaatkan lawan untuk mengarahkan ancaman taktis ke sayap raja. Walhasil, Laysa kalah satu bidak di langkah ke-52. Meski kalah, Laysa menjuarai nomor catur standar kategori putri usia 18 tahun ke bawah (G-18) Asian Youth Chess Championships ke-25 pada 21 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Asian Youth Chess Championships (AYCC) di Uni Emirat Arab (UEA) ini paling berkesan, karena di situ aku dapat gelar WIM dan pertama kalinya dapat gelar internasional," kata Laysa melalui pesan tertulis, 8 Januari 2024. Berdasarkan regulasi AYCC yang berlangsung di Al Ain, 12-22 Desember 2023, peraih medali emas otomatis mendapatkan titel WIM. Sedangkan peraih medali perak dan perunggu beroleh gelar Woman FIDE Master.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laysa menduduki peringkat pertama setelah mengumpulkan 7 poin dalam sembilan babak sebagai hasil enam kali menang, dua kali seri, dan sekali kalah. Poin itu sama dengan raihan atlet catur India, G. Tejaswini, sehingga pemenang ditentukan melalui tie-break pertama atau direct encounter. Laysa mengungguli Tejaswini karena mengalahkannya di babak ke-5, 17 Desember 2023. Laysa hanya kalah oleh Thiên-Ngân yang memiliki Elo rating 2015 dan meraih medali emas AYCC 2022 di Bali.
Sebelum berangkat ke UEA, Laysa, yang berulang tahun ke-18 pada 11 Januari 2024, membekali diri dengan memperbanyak latihan strategi pembukaan. Dibimbing pelatih Grandmaster Susanto Megaranto dan International Master Tirta Chandra, ia berlatih sejak Senin sampai Jumat di pemusatan latihan nasional milik Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia. "Materinya ada puzzle, pemahaman posisi, ending, dan analisis opening,” tuturnya.
Ketika bertanding di AYCC 2023, Laysa mengaku menghadapi kendala karena lokasi penginapan, Danat Al Ain Resort, yang cukup jauh dari tempat pertandingan di Al Ain Convention Centre. Ia pun memanfaatkan waktu tempuh yang lebih dari satu jam itu untuk mempelajari teori lewat telepon selulernya. "Sampai di tempat pertandingan, baru ponsel dititipkan ke ofisial," ucapnya.
Laysa juga mengaku sempat terhambat masalah adaptasi waktu pada hari pertama pertandingan, Selasa, 12 Desember 2023. Ia menjalani pertandingan catur cepat yang baru rampung pada pukul 01.00. "Udah ngantuk, suntuk, dan sebagainya. Untuk mengatasinya, aku sesekali ke luar ruangan, mencari angin segar dan juga cuci muka biar tetap fresh," kata mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta itu.
Laysa Latifah di Asian Youth Chess Championship di Al Ain, Uni Emirat Arab/Dok PB Percasi
Setelah meraih gelar WIM, Laysa lebih optimistis mengikuti kejuaraan catur pada 2024. Ia pun menargetkan raihan medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024. Adapun target berikutnya adalah norma Woman Grandmaster. "Persiapannya latihan lebih rajin dan mempersiapkan antisipasi pembukaan lawan karena sudah tahu siapa saja lawan di PON," tutur Laysa, yang kini memiliki Elo rating 2007 (Standard).
Ia juga berharap pemerintah lebih memperhatikan atlet catur sehingga para atlet bisa lebih banyak mengukir prestasi di kejuaraan internasional. "Semoga pemerintah lebih memperhatikan cabang olahraga catur agar bisa dikenal lebih baik oleh masyarakat. Bisa dibilang catur kurang terkenal di Indonesia, ya, tidak seperti sepak bola dan bulu tangkis," ujar putri pasangan Edward Lie dan Mulyati ini.
Prestasi yang diraih Laysa di dunia catur ini tidak terlepas dari dukungan keluarga. Laysa mengenal catur karena melihat kakaknya yang juga atlet catur, Woman International Master Ummi Fisabilillah, 23 tahun. Ia makin tertarik bermain catur ketika melihat sang kakak sering membawa piala dari turnamen internasional. "Jadi kenal catur itu sejak taman kanak-kanak, tapi baru mempelajari lebih dalam saat di sekolah dasar," katanya.
Laysa pun mulai mengikuti jejak kakaknya mengikuti perlombaan. Ia pertama kali mengikuti Kejuaraan Nasional Catur pada 2016 yang berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan. "Di situ aku memperoleh 2 medali emas dan 1 medali perak," ucapnya. Laysa mengikuti kejuaraan internasional pertamanya saat bermain di ASEAN Age Group 2017 di Malaysia. "Di situ aku mendapatkan 1 medali emas, 1 medali perak, dan 1 medali perunggu."
Sejak 2017 itu pun Laysa menjadi atlet pemusatan latihan daerah DKI Jakarta. Ia mendapat bimbingan dari Hendry Jamals. Laysa menembus pemusatan latihan nasional (pelatnas) pada Februari 2023. "Sejak di pelatnas, aku pernah juga dilatih oleh pelatih luar negeri, yaitu Grandmaster (GM) Ruslan Shcherbakov dari Rusia dan GM Andrei Kovalev dari Belarus," ujar Laysa, bangga.
Pelatih tim nasional catur putri, Lisa Lumongdong, mengatakan keberhasilan Laysa di AYCC 2023 merupakan sebuah kejutan. Menurut dia, Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) hanya menjadikan kejuaraan internasional tersebut sebagai tempat menambah jam terbang atlet. "AYCC sangat besar kalau mengukur peta kekuatan pecatur kita. Karena ada negara-negara kuat, seperti Rusia, India, Cina, Iran, Kazakstan, Uzbekistan, dan Vietnam," kata Lisa melalui sambungan telepon, 9 Januari 2024.
Setelah berhasil memberi kejutan, Laysa dinilai Lisa memiliki dua modal utama untuk menjadi pecatur elite, yakni bakat dan mental juara. Menurut dia, dari sisi teknik, Laysa masih memerlukan banyak pembenahan. "Untuk pembukaan dia masih sangat harus ditambah. Dari teori pembukaan itu, dia enggak pernah jadikan variasi utama ketika bertanding karena belum menguasai," ucapnya.
Lisa mengatakan kelemahan itu terus diperbaiki sejak Laysa bergabung dengan pelatnas junior milik Percasi. Ia mengatakan tim kepelatihan telah menyusun program terbaik bagi Laysa. "Saya kira Bidang Pembinaan Percasi sudah menyiapkan program untuk mendongkrak Laysa,” tuturnya. “Dia bukan pelapis lagi di SEA Games lalu, melainkan sudah masuk timnas putri. Tapi, karena ada pengurangan pemain dari tujuh menjadi lima, Laysa terkena seleksi," katanya.
Pelatih pelatnas junior lain, International Master Tirta Chandra, mengatakan jalan Laysa masih panjang untuk menjadi atlet elite dunia mengikuti seniornya, Medina Warda Aulia dan Irene Kharisma Sukandar. Menurut Tirta, masih dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk mematangkan kemampuan Laysa. "Kami mau lihat dulu di usia 20-an dia bisa berprestasi seperti apa. Dalam dua-tiga tahun ini kami ingin meningkatkan prestasi dia," ujar Tirta melalui sambungan telepon, 9 Januari 2024.
Tirta berupaya mencarikan banyak turnamen agar Laysa bisa mengumpulkan Elo rating yang tinggi. Menurut dia, Percasi bakal memberikan penghargaan kepada Laysa yang telah menyumbangkan medali. "Kami mencoba cari turnamen agar Laysa menghasilkan norma Woman Grandmaster. Nanti saya akan bilang ke pengurus Percasi langsung," katanya. Dia mengatakan belum ada turnamen yang pasti bakal diikuti Laysa pada 2024. ”Dia sudah berprestasi, sekarang dia lagi tumbuh. Biasanya kalau sekali juara akan juara terus."
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Langkah Laysa Memburu Grandmaster"