PERKAMPUNGAN atlet Senayan, Jakarta, makin semarak. Kompleks megah yang biasanya lengang itu kini seolah hidup kembali. Tawa ceria atlet yang berlatih terdengar di mana-mana. September narrti, Senayan sekali lagi akan menjadi tuan rumah Pekan Olah Raa Asia Tenggara (SEA Games) XIV. Bagi Jakarta, inilah penyelenggaraan kedua kali setelah SEA Games 1979 lalu. Ketika itu gelar juara umum direbut tuan rumah setelah mengumpulkan 92 medali emas jumlah emas terbanyak sejak ikut SEA Games 1977 di Kuala Lumpur. Sejak itu, perolehan medali emas Indonesia terus melorot. Paling parah pada SEA Games 1985 di Bangkok. Indonesia harus menyerahkan gelar juara umum ke tangan tuan rumah Muangthai. Maka, kali ini, tampaknya Indonesia mengerahkan segala daya untuk merebut kembali gelar paling terhormat di Asia Tengara ini. Caranya cukup taktis: memasukkan cabang dan beberapa nomor baru yang diperkirakan bisa menjadi tambang emas. Misalnya pencak silat, taekwondo, beberapa nomor gulat, anggar, dan atletik. Dengan tambahan itu, jumlah medali (emas, perak, dan perunggu) sebanyak 250 buah, yang diperebutkan di SEA Games Bangkok, bertambah jadi 387 buah di SEA Games Jakarta nanti. Cabang pencak silat saja akan memperebutkan 15 medali emas. Bagi Indonesia, olah raga yang tumbuh dan subur di Nusantara ini tentu saja jadi prioritas. Sebab, peluang merebut medali emas dari cabang tradisional Indonesia itu pasti besar. Sekitar 46 pesilat sekarang sedang digodok di Graha Wisata Pramuka. Dlbagi dalam tiga tlm, nantinya hanya akan ada 15 pesilat yang masuk Pelatnas di Senayan. KONI Pusat menargetkan delapan medali emas. "Mungkin bisa lebih. Tapi kita tak berburu medali dalam SEA Games nanti. Sebagai panutan, kita harus menampilkan teknik bersilat yang baik," ujar Pudji Handoko, juara Nasional 1975-76, pelatih tim A. Pudji mungkin sekadar berbasa-basi. Sebab, di Asia Tenggara, tampaknya Indonesia belum menemui lawan yang berarti. Muangthai, misalnya, baru mengenal pencak silat sejakJanuari silam, setelah Indonesia mengirimkan pelatih ke sana. Bukan mustahil medali emas akan disapu bersih tuan rumah karena, "Di Asia, Indonesia mempunyai kekuatan yang lebih di kelas bawah. Untuk kelas berat, tidak terlalu bersainglah," tutur Pudji, optimistis. Emas itu, antara lain, akan diperoleh lewat Triwahyuni di kelas B putri dan Joko Widodo di kelas B putra. Yang juga diperkirakan akan banyak menyumbang medali adalah taekwondo. Setelah sukses merebut tiga medali perak Asian Games Seoul 1986 lalu, harapan banyak diletakkan pada cabang olah raga bela diri asal Korea yang berkembang pesat di Indonesia. KONI menargetkan 5-6 medali emas dari 15 yang diperebutkan. "Tugas yang berat, karena baru pertama kali ikut," ujar Anton Kamajaya, kepala pelatnas taekwondo. Dipersiapkan sejak Maret lalu, 28 atlet itu dilatih enam orang pelatih Indonesia, seorang dari Korea dan - ini yang baru - seorang tenaga dari Hilton Executive Club Fitness Centre. Anton, pemegang Dan IV ini, sudah sekitar lima bulan mempersiapkan anak buahnya. Ia perlu melatih keras karena lawan memang bukan anak kemarin sore. Fillplna, misalnya, mempunyai pemain yang menyandang gelar Juara III Dunia di kelas 64-70 kg pada Kejuaraan Dunia di Korea pada 1985. Muangthai, menurut Anton, juga mendatangkan pelatih dari Korea. Menyadari tangguhnya lawan, atlet taekwondo Indonesia menerapkan disiplin ketat. Tiap hari mereka berlatih tiga kali masing-masing dua jam di Senayan dan Hilton dengan peralatan fitness yang lengkap. Menjelang pertandingan nanti, akan ada seleksi untuk memilih 16 terbaik dari 28 atlet itu, delapan putra dan enam putri. Peluang paling besar, agaknya, ada di kelas welter (70-76 kg). Di sini akan turun pemegang medali perak AG Seoul, Lam Ting. Juga Abdul Rojak di kelas bantam (54-58 kg). Cabang lain yang didukung dengan dana cukup umumnya mempersiapkan diri di mancanegara. Senam, misalnya, baru saja mengirim atletnya ke Rumania. Atletik sudah pula mengirim 22 atlet, termasuk Purnomo untuk nomor spnnt 100 dan 200 meter, ke Jerman Barat sejak bulan lalu. Bisa dimengerti, karena atletik dan senam diketuai oleh pengusaha kayu lapis Bob Hasan dan istrinya, Ny. Pertiwi Hasan. Dari 42 medali emas yang dipertandingkan di cabang atletik, PASI dibebani target 10 medali emas. Sedang Persani ditargetkan memperoleh empat medali emas dari 16 nomor pertandingan. Sekjen KONI Pusat, M. Sarengat, pada TEMPO pernah memperkirakan ancer-ancer perolehan medali emas Indonesia. Dengan perhitungan yang dinilainya minimal, "Indonesia akan merebut 131 atau 132 medali emas," kata Sarengat yakin. Ia. juga memperkirakan Indonesia akan mampu mengungguli juara umum SEA Games lalu, Muangthai, dengan selisih medali emas yang tipis. Agaknya, ia melihat Muangthai juga akan memborong medali di cabang menembak, senam, dan tinju. KONI Pusat sendiri pernah menargetkan dana Rp 9 milyar untuk meraih kembali gelar juara umum itu. Namun, usulan dana sebesar itu hanya disetujui Rp 4,5 milyar oleh Menpora. Dengan dana sebesar itu, menurut pihak KONI, beberapa cabang terpaksa tak mengadakan uji coba. Pada TEMPO, Ketua Satgas Hendarsin, dengan nada keras mengatakan, "Kalau tak ada anggaran try-out, lebih baik buang saja semua latihan selama ini." Diharapkan, menjelang saat pertandingan nanti, semua masalah ini sudah akan beres. Sebagai tuan rumah, Indonesia tampaknya memiliki kesempatan besar merebut gelar juara umum kali Ini, karena, ya, prioritas dalam memilih cabang baru tadi. Dan ini sah saja. Waktu Bangkok jadi tuan rumah, ada juga cabang baru yang sekarang tak dipertandingkan. "Untuk cabang yang tidak dipertandingkan di Bangkok dan sekarang ada, kita lebih enak, bisa ambil semuanya," tutur Hendarsin. Indonesia tampaknya amat ingin menghapus arang yang tercoret di kening pada SEA Games lalu. Untuk itu, Menpora Abdul Gafur sekali lagi menegaskan pada TEMPO, Jumat pekan lalu, akan tetap memberikan bonus Rp 1 juta pada peraih medali emas SEA Games, 9-20 September nanti. "Mengapa orang harus ribut kalau saya memberikan hadiah pada atlet?" ujar Gafur tegas. Pos dana itu adalah Porkas. Laporan Biro Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini