Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Kejutan Tim Debutan

Empat dari lima tim yang baru pertama kali tampil di Piala Eropa berhasil melaju ke babak 16 besar. Mengandalkan permainan super-bertahan?

27 Juni 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CHRIS Coleman, 46 tahun, terus bergulat dengan hasrat yang bertolak belakang di Piala Eropa 2016 ini. Keinginan untuk terus bertahan dan segera pulang sama kuatnya. Di Prancis, ia tengah membawa tim nasional sepak bola Wales mengukir sejarah dalam kiprah pertamanya di turnamen antarnegara Eropa itu. Tapi, di Wales, istrinya, Charlotte Jackson, saat ini tengah hamil besar dan dijadwalkan melahirkan anak kedua mereka pada awal Juli.

Istrinya sudah berkali-kali berpesan bahwa ia tak akan kecewa bila harus melahirkan tanpa ditunggui. Tapi Coleman juga tak bisa meredam keinginan untuk mendampingi sang istri dan menyaksikan kelahiran buah hatinya. Karena itu, sebelum turnamen dimulai, Coleman berjanji, seperti dikutip OK! Magazine, "Begitu langkah kami berakhir, saya akan langsung memesan tiket dan terbang dengan pesawat pertama."

Nyatanya, tiket itu tak kunjung dipesan. Wales tampil menggebrak dan berhasil lolos ke babak 16 besar. Tim berjulukan Si Naga ini menjadi juara Grup B dan membuat Inggris harus puas sebagai runner-up. Kejutan itu, tentu saja, disambut dengan gegap-gempita. Setelah Si Naga mengalahkan Rusia 3-0 di laga pamungkas babak penyisihan grup, Selasa pekan lalu, kegembiraan pecah di seantero Wales. Dalam salah satu tayangan televisi, Ken Skates, Sekretaris Kabinet Wales, tampak melonjak-lonjak girang sambil mengepalkan kedua tangannya. "Luar biasa. Ini malam terindah dalam hidup kami," katanya.

Coleman sendiri tak kalah emosional seusai laga di Stadion Toulouse itu. Ia takjub melihat semangat timnya dan dukungan suporter di tribun penonton. "Sebagai negara, secara geografis kami kecil. Tapi, bila dinilai dari hasrat dan semangat, kami bisa disebut sebagai sebuah benua," ujarnya.

Sebagai negara kecil-hanya berpenduduk 3,06 juta-peruntungan Wales tidaklah kecil. Meski baru pertama kali tampil, sejak awal tim itu sudah disegani lawan karena memiliki pemain hebat. Di tim itu ada Gareth Bale, punggawa Real Madrid yang berstatus sebagai pemain termahal dunia. Selain itu, ada sederet pemain yang jadi andalan klub-klub Liga Primer Inggris, termasuk Joe Allen (Liverpool), Andy King (Leicester City), dan Aaron Ramsey (Arsenal).

Coleman tinggal mengerahkan daya untuk menemukan formula terbaik dalam meramu mereka. Dan ia terbilang berhasil. Wales menjadi salah satu dari empat tim debutan-dari total lima-yang lolos ke babak 16 besar. Prestasinya pun paling kinclong karena bisa menjadi juara grup, berkat dua kemenangan yang diraihnya. Tim debutan lain, Islandia, lolos sebagai runner-up grup. Sedangkan Slovakia dan Irlandia Utara menjadi satu dari empat tim urutan tiga terbaik. Satu-satunya tim muka baru yang gagal lolos adalah Albania.

Jamie Collins, suporter Wales asal Wrexham, tak kuasa menahan air mata melihat pencapaian timnya. "Ini semua melampaui semua harapan," katanya setelah keluar dari Stadion Toulouse. Guru berusia 32 tahun itu bahkan sempat tertangkap kamera menangis di tribun penonton pada akhir pertandingan melawan Rusia. Selain terkesan oleh prestasi timnya, ia mengaku terharu karena tiba-tiba teringat pada Gary Speed.

Speed adalah pelatih sebelum Coleman. Pada 2011, ia meninggal di usia 41 tahun-karena gantung diri-di tengah-tengah tugasnya melatih Wales. Mantan pemain Everton dan Newcastle United itu hampir tak pernah lupa disinggung ketika membahas prestasi Wales lolos ke Piala Eropa. Ia dianggap orang kedua yang berjasa meletakkan fondasi timnas Wales setelah John Toshack, yang pertama kali memupuk generasi hebat yang ada di tim Wales saat ini.

Speed sempat membawa Wales meraih hasil bagus di kualifikasi Euro 2012 dengan memenangi tiga dari empat laga. Tapi kepergiannya membuat para pemain patah hati sehingga terus menuai hasil buruk dan membuat Wales gagal lolos ke putaran final. Coleman pelan-pelan membangkitkan semangat mereka. Ia meneruskan semua sistem dan filosofi bermain yang diterapkan Speed, yang menekankan pada permainan indah. Satu perubahan besar yang ia lakukan adalah memindahkan ban kapten dari Ramsey kepada Ashley Williams.

Coleman juga berhasil membangun tim berpusat pada Bale. Hal itu mau tak mau dilakukan mengingat peran penting pemain 26 tahun ini. Bale menjadi kunci kesuksesan Wales di babak kualifikasi dengan menyumbangkan 7 dari 11 gol. Di putaran final, sepanjang babak penyisihan grup, Bale sudah mencetak 3 gol. Toh, sang manajer menegaskan bahwa timnya bukan semata Bale. "Saat ini ia bermain bagus, memenangi pertandingan dengan luar biasa. Tapi siapa pun yang tahu sepak bola paham bahwa untuk berhasil membutuhkan semangat tim."

Coleman senang karena, dengan keberhasilan timnya, ia juga bisa melakukan penebusan. Sebagai pemain, ia tampil 32 kali untuk Wales dan pensiun pada 2002, di usia 32 tahun. "Ini yang terbaik yang bisa dilakukan. Saya beruntung mengalami apa yang tak pernah diraih sebagai pemain."

Penebusan yang sama dilakukan Michael O'Neill, 46 tahun. Pada 1988-1996, sebagai pemain, ia gagal membawa Irlandia Utara lolos ke putaran final Piala Eropa. Kini, sebagai pelatih, ia berhasil menjejak putaran final, bahkan mampu terus membawa timnya melaju ke babak berikutnya. "Rasanya seperti tak nyata. Ini sungguh momen yang luar biasa," ujar O'Neill saat menerima kabar timnya lolos ke babak 16 besar.

Jim Shaw, Presiden Asosiasi Sepak Bola Irlandia Utara (IFA), menyebut keberhasilan itu sebagai bukti kerja fantastis O'Neill. "Ia membawa kami ke level baru," katanya. Ia bersyukur tak menuruti tuntutan suporter untuk memecat O'Neill ketika hanya bisa mempersembahkan satu kemenangan dalam 18 laga pertamanya. Sejak awal, ia selalu yakin pada kualitas pelatih ini. "Selain pandai mengatur tim, ia punya rencana permainan di kepalanya, dan Anda bisa melihat rencana itu terlaksana di lapangan."

Keberanian O'Neill-mantan pemain klub Inggris, Newcastle dan Wigan Athletic, yang sempat memilih bekerja di sektor keuangan sebelum jadi pelatih-terlihat saat melawan Ukraina di laga kedua. Ia mencadangkan lima pemain yang jadi starter saat dikalahkan Polandia 1-0, termasuk striker Kyle Lafferty. Perjudian itu berbuah manis karena gol Gareth McAuley dan Niall McGinn memastikan Irlandia Utara menang 2-0. Kemenangan satu-satunya ini sukses meloloskan tim itu ke babak berikutnya.

Joachim Loew, pelatih tim nasional Jerman, kesal melihat tim yang hanya menang sekali bisa lolos ke babak berikutnya. Baginya, itu adalah dampak negatif dari perubahan format dari 16 peserta menjadi 24 peserta, yang ia anggap membuat turnamen kehilangan geregetnya. Tim-tim kecil itu bisa lolos dengan mengandalkan permainan super-bertahan. "Karena gaya bertahan seperti itulah di turnamen ini rata-rata hanya ada dua gol per laga," ujarnya.

Loew benar. Kecuali Wales yang mampu tampil agresif, tim debutan lain umumnya tampil mengandalkan pertahanan yang susah ditembus lawan. Islandia, misalnya, disebut Cristiano Ronaldo, bintang Portugal, seperti memarkir bus sepanjang pertandingan saat menahan timnya 1-1. Bola tembakan Ronaldo di laga itu juga berkali-kali mentah karena aksi kiper Hannes Halldorsson, yang jadi penjaga gawang dengan penyelamatan terbanyak sepanjang babak penyisihan grup: 19 kali.

Dalam arahan duet pelatih Lars Lagerback dan Heimir Hallgrimsson, Islandia tak terkalahkan di babak penyisihan grup. Selain membendung Portugal, tim itu menahan Hungaria 1-1 dan menang 2-1 atas Austria. Hasil itu membuat negara terkecil di Piala Eropa ini-luasnya hanya 102.775 meter persegi dengan penduduk 329 ribu orang-lolos sebagai runner-up grup, setingkat di atas Portugal.

Untuk urusan bertahan, Slovakia juga cukup yahud. Tim asuhan Jan Kozak, 62 tahun, ini mampu membuat para pemain Inggris frustrasi saat bertemu di Grup B pada Senin pekan lalu. Martin Skrtel, bek 31 tahun yang diberitakan akan dilepas Liverpool ke klub Turki, betul-betul tampil solid menggalang lini belakang timnya. Hasil seri 0-0 dengan Inggris dan kemenangan atas Rusia membuat Marek Hamsik cs lolos. "Kekuatan terbesar tim kami, tak diragukan lagi, semangat tim," kata Kozak.

Semangat tim itu pula yang jadi bekal Slovakia dalam mengarungi babak 16 besar, yang lebih berat. Slovakia melawan Jerman. Islandia berjibaku menghadapi Inggris. Namun, yang menarik, laga 16 besar lain mempertemukan Wales dan Irlandia Utara. Maka kisah kejutan tim debutan pun tak akan berhenti di babak 16 besar, karena setidaknya ada satu tim yang akan lolos ke babak perempat final.

Nurdin Saleh (UEFA, The Guardian, Daily Mail, Irish Times)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus