Klub Sao Paulo memboyong Piala Toyota. Kekuatan sepak bola Amerika Latin memang luput dari pers. Apa imbas kejuaraan ini buat Jepang? KLUB Sao Paulo dari Brazil mengembalikan kiblat sepak bola dunia ke Amerika Latin. Setelah tiga tahun berturut-turut klub-klub Eropa unggul dari klub Amerika Latin di Piala Toyota, kini Sao Paulo menggondol kembali Piala Toyota itu Ahad siang lalu. Di Tokyo, Jepang, klub yang dilatih Tele Santana, 60 tahun, ini unggul 2-1 melawan klub Barcelona, Spanyol, asuhan Johan Cruyff. Ini pertandingan yang menarik dan disiarkan ke lebih dari 100 negara. Sao Paulo, yang tiba di Jepang seminggu sebelum bertanding, sudah bertekad untuk menang. "Kami beruntung bisa membawa pemain-pemain terbaik," kata Santana. Klub ini pernah juara nasional tiga kali di Brazil, dan sekali menggondol Piala Libertadores, juara antar-klub di Amerika Latin. Sao Paulo kali ini diperkuat 7 pemain nasional Brazil dengan motor penggerak Rai Oliveira, 27 tahun. Rata-rata usia pemainnya 24-27 tahun, meski ada seorang pemain "gaek" yang masih dipasang Santana, yaitu Toninho Cerezo, 37 tahun. Tampilnya Cerezo bukan tanpa alasan. Ia diharapkan mampu meredam laju pemain agresif Barcelona, Hristo Stoitchkov. Selain itu, Cerezo adalah bekas pemain Sampdoria, Italia, yang dikalahkan Barcelona di final Piala Champions Mei lalu. Jadi ia menyimpan semangat balas dendam. Yang hebat, wakil Brasil tak pernah kalah di Piala Toyota. Sebelumnya Flamengo dan Gremio menjegal Liverpool, Inggris (1981) dan SV Hamburg, Jerman (1983). Jika diskor, dari 12 kali Piala Toyota sebelum ini, klub Amerika Latin sudah unggul 7-5, walau tiga tahun belakangan ini didominasi klub Eropa: AC Milan pada 1989 & 1990, Red Star Belgrade (tahun lalu). Barcelona yang juga bukan klub enteng (mengalahkan Sampdoria 1-0 di final Piala Champions 1991/1992, Mei lalu) unggul lebih dulu. Klub ini dikawal lima pemain nasional Spanyol dan empat pemain asing: Michael Laudrup, Ronald Koeman, Richard Witschge, dan Hristo Stoichkov. Stoichkov, pemain berusia 26 tahun dari Bulgaria, memperdaya Zetti, penjaga gawang Sao Paulo. Menit ke-12, dengan kaki kirinya dari jarak tiga meter luar daerah penalti, ia menjaringkan bola ke pojok kiri tanpa bisa terjangkau, 1-0 buat Barcelona. Kekalahan sementara ini membuat Sao Paulo bangkit. Ditunjang permainan individu yang tajam, penyerang Sao Paulo menggempur cepat dan menusuk. Pada menit ke-27 penyerang Sao Paulo, Muller, yang tampil agresif dan eksplosif, menyodorkan bola sebatas dada ke mulut gawang. Rai dengan gerakan yang cepat dan tak terduga mengeksekusi lewat badannya, 1-1. Di babak kedua, Barcelona kecolongan lagi. Rai memanfaatkan kesempatan tendangan bebas. Kiper Barcelona, Andoni Zubizarreta, tak bisa menangkap tendangan pisang khas Amerika Latin milik Rai. Skor menjadi 2-1. Rai melompat kegirangan. Piala Toyota pun diboyong ke Brazil dan Rai terpilih sebagai pemain terbaik dengan menerima hadiah mobil. Sekali lagi terbukti, klub-klub Amerika Latin menyimpan kekuatan yang luput dari publikasi. Sedangkan klub-klub Eropa, yang gemerlapan dan menguasai jaringan televisi, bagus dalam kemasan saja dibandingkan dengan Amerika Latin. WY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini