Bekas ketua Mahkamah Agung RI (1968-1974), Prof R. Subekti, Rabu pekan lalu meninggal dunia di kediamannya, Jalan Gunung Batu 10, Bandung. Almarhum mengembuskan napas terakhir setelah batuk-batuk. Malam sebelum meninggal, almarhum masih menulis kartu Natal untuk kolega-koleganya. Prof R. Subekti lahir di Solo 14 Mei 1914. Hasil perkawinannya dengan Ny. Koesdarmilah -- kini 80 tahun -- almarhum dikaruniai 5 anak dan 7 cucu. Sampai akhir hayatnya, ia masih aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi. Almarhum yang dimakamkan di Solo itu adalah pemegang bintang Mahaputra Adipradhana Kelas II. Tercatat pula sebagai pendiri dan menjadi Ketua Badan Arbitrase Nasional (1977), guru besar hukum perdata di FHUI, serta rektor Universitas Krisnadwipayana Jakarta. Karya monumentalnya, terjemahan Burgelijk Wetboek (BW), menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang dibuat bersama R. Tjitrosudiro. Bekas Menteri Transmigrasi Martono, 67 tahun, Ahad lalu meninggal dunia juga di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Setelah dibaringkan di rumah duka, kompleks perumahan Pondok Indah, Jakarta, jenazah almarhum diterbangkan ke Yogyakarta, untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara. Almarhum yang dilahirkan di Karanganyar, Kebumen, 17 Mei 1925, meninggalkan seorang istri dan empat anak. Semasa hidupnya, selain sebagai pejabat pemerintah, Martono juga aktif di organisasi Kosgoro. Hingga akhir hayatnya, bekas anggota Tentara Pelajar itu masih menjabat Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini