BAGAIKAN bola yang mental ke belakang, Yustejo Tarik, juara tunggal Asia Games 1982, batal berangkat ke kejuaraan Singha Beer di Bangkok yang memperebutkan hadiah US$ 16.500. Semua dokumen sudah siap, termasuk pembayaran fiskal. Tetapi begitu ia akan berangkat, tiba-tiba petugas imigrasi memberitahukan adanya larangan buat dia meninggalkan Indonesia, 12 Februari lalu. Demikian juga empat pemain terkenal yang lain, Hadiman, Atet Wiyono, Yolanda Sumarno, dan Conny Maramis. Yustejo, pemain kelas satu yang temperamental itu, mengaku diperlakukan dengan baik oleh petugas imigrasi. Tapi dia tidak mendapat penjelasan yang tuntas mengapa dilarang berangkat. Dia hanya bisa menduga bahwa "hukuman" itu ada sangkut-pautnya dengan penolakannya terhadap seleksi nasional ke babak penyisihan Piala Davis, yang dijadwalkan berlangsung awal Maret mendatang, antara Indonesia dan Pakistan. Berbagai kalangan juga menghubungkan larangan berangkat ke luar negeri itu akibat pembangkangan Yustejo terhadap seleksi nasional yang diselenggarakan pada 10 Februari, untuk memilih empat pemaim ke babak penyisihan Piala Davis tingkat Asia. "Saya sudah ikut semua sirkuit nasional tahun ini. Kelima-limanya. Kalau saya hanya sampai perempat final pada pertandingan yang saya jalani itu, bolehlah saya ikut seleksi," ujar Yustejo. Dari seluruh sirkuit itu, dia tampil sebagai juara satu kali, selebihnya runner-up. Yustejo memperkuat tim Piala Davis sejak 1974. Dan selama ini dia tak pernah menjalani seleksi nasional. Memang, pada tahun-tahun sebelumnya, sebagaimana diutarakan Sudjono, ketua I PB Pelti, seleksi hanya dilakukan terhadap sebagian pemain. "Tapi tahun ini pengurus besar mengeluarkan peraturan yang mengharuskan semua pemain ikut seleksi. Hal ini timbul karena protes dari pemain-pemain yang kena keharusan seleksi," katanya menjelaskan. Menurut Sudjono, Hadiman dan Atet Wiyono sudah menyatakan tidak ikut seleksi sebelum seleksi nasional itu dimulai. Sedangkan Yustejo baru menyatakan menolak setelah pertandingan dimulai. Tetapi apakah karena itu dia ditahan di Halim?. Sudjono hanya bisa mengelak dengan mengatakan, "Semua berada di tangan Pak Jonosewojo, ketua umum," katanya kalem. Sang Ketua Umum, yang dihubungi wartavan TEMPO Chairul Anam di Surabaya, menyatakan tidak tahu mengenai berita dicegatnya Yustejo di Halim. "Apa, ya, begitu?" Jonosewojo balik bertanya. "Saya belum tahu," katanya lagi. Menurut dia, Yustejo memang sangat diperlukan untuk memperkuat regu Indonesia. Dia pribadi, katanya, sudah meminta pemain jangkung itu untuk ambil bagian dalam seleksi nasional. Tapi ketika itu, menurut Jonosewojo, dia menolak dengan alasan kondisi fisiknya kurang fit. "Tetapi kalau dia beralasan fisiknya kurang baik, mengapa bisa bertanding ke luar negeri?" ujar Jonosewojo lagi. Dia tidak dengan tegas mengatakan melarang Yustejo main ke Bangkok. Tapi dia tidak bisa membenarkan Yustejo ambil bagian dalam kejuaran di luar negeri. "Kita ini Pancasilais. Apa benar orang yang menolak kepentingan nasional, tapi seenaknya mencari uang ke luar negeri?" tanyanya pula. "Lha, kalau ke luar negeri memang berobat, tentu saja boleh," tuturnya lebih lanjut. Tetapi yang menjadi tanda tanya: Mengapa Atet Wiyono dan Hadiman, yang sejak semula menyatakan menolak, turut dilarang berangkat ke luar negeri? Begitu pula Yolanda Sumarno dan Conny Maramis. Mereka semua, menurut Yustejo, "dilarang ke luar negeri" juga. Menghadapi nasib buruk begini, Yustejo telah mengirimkan surat kepada Pelti, yang tembusannya dikirimkan kepada KONI Pusat dan Menpora. Dalam surat itu dia menjelaskan alasan penolakannya terhadap seleksi nasional. Menurut Yustejo, dalam surat itu dia juga menyatakan keberatannya terhadap Mien Gondowijoyo yang melatih pemain putra. "Masak pemain putra dilatih putri. 'Kan masih ada pelatih putra yang bermutu, umpamanya Sugiarto Sutaryo dan Samudra Sangitan. Masak dari dulu Mbak Mien Gondo terus. Gantian, dong," katanya sengit. Mien sendiri ketika dihubungi menangkis untuk menjawab. "Segala sesuatu berada di tangan Pelti. Saya sendiri ingin menanamkan disiplin agar pemain jangan banyak tingkah," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini