Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Magnet-Magnet Olimpiad e Sydney

Ribuan atlet berlaga di Sydney. Beberapa nama diperkirakan akan bersinar bintangnya.

3 September 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATLET mana yang tak tergiur untuk bertanding di ajang sebesar Olimpiade? Namun, terkadang karena kebesaran-nya itulah nama atlet yang berprestasi pun bisa "terkubur". Maklumlah, mereka yang berlaga berjumlah ibuan dan datang dari ratusan negara pula. Satu atlet yang begitu perkasa di satu cabang bisa tetap "anonim" karena cabangnya kurang populer. Atlet yang dianggap sebagai pahlawan besar untuk negaranya pun sangat boleh jadi tidak membawakan gema apa-apa bagi warga dunia lainnya.

Namun, selalu ada perkecualian. Mereka adalah bintang yang popularitasnya menembus batas cabang olahraga dan negara. Mereka membuat penonton berbondong ke stadion ataupun getol menunggu di depan layar televisi. Tak semua nama bisa dirangkum di sini, memang.

Berikut ini beberapa nama yang diperkirakan akan menjadi magnet dan membuat catatan emas dalam Olimpiade Sydney 2000.

  • Aleksandr Popov (Rusia, Renang)
    Julukan bagi perenang ini cukup maut: "Russian Rocket". Gelar bagi Popov yang lahir pada 16 November di Sverdlovsk ini tak berlebihan. Ia adalah manusia tercepat di air. Sampai saat ini, rekor dunia 50 meter (21,91 detik) dan 100 meter gaya bebas (48,21 detik) masih dipegangnya. Namun, untuk tiba pada kemasyhuran ini, jalan yang ditempuhnya cukup berliku.

    Popov ingusan, yang besar di kota berpenghuni 60 ribu jiwa di kawasan Pegunungan Ural itu, takut air. Tak aneh jika ia menjadi bahan ejekan teman-teman bermainnya. Akhirnya, pada usia 8 tahun, ia mulai berani mencebur ke kolam. Dasar bakatnya besar, tiga tahun kemudian ia sudah dipanggil ke pemusatan latihan. Pada saat usianya 14 tahun, gelar juara junior Rusia sudah direbutnya. Uniknya, saat itu, ia lebih dikenal sebagai spesialis gaya punggung. Ia baru beralih ke gaya bebas pada 1990.

    Nama Popov mulai mendunia ketika pada Olimpiade Barcelona 1992 ia berhasil merebut emas nomor 50 meter dan 100 meter gaya bebas. Ini bukan main-main karena ia menyisihkan dua nama besar, Tom Jager dan Matt Biondi, dari Amerika Serikat. Bersama rekan setimnya, ia juga berhasil merebut dua perak dalam nomor estafet. Sejak saat itu, keperkasaannya hampir tak terbendung.

    Latihan keras adalah kunci sukses Popov. Ia berlatih enam jam tiap hari, dengan jarak 80-90 kilometer per minggu. Ketika pada 1993 Gennadi Touretski, pelatih yang mengantarkannya ke pintu sukses, pindah ke Australia, ia pun ikut pindah ke benua bumerang itu. Karena ia bukan warga asli, ia harus membayar 100 dolar Australia tiap kali berlatih. Tak sia-sia, dua medali emas dalam nomor andalannya direbutnya pada Olimpiade Atlanta 1996.

    Kesuksesannya nyaris terhenti oleh sebuah tragedi. Ketika pulang untuk berlibur di Rusia, di Moskow ia ditusuk penjual semangka. Gara-garanya sepele. Rekan Popov beradu mulut dengan si penjual, yang berujung pada perkelahian. Akibatnya, ini yang gawat, ginjalnya robek, sementara paru-parunya tergores. Untunglah operasi tiga jam berhasil menyelamatkan nyawanya.

    Ia lalu balik lagi ke Austalia untuk menjalani perawatan dan kembali berlatih. Pada 1996 itu pula ia beroleh penghargaan dari UNESCO atas kontribusinya dalam memajukan dunia olahraga. Namun, peristiwa paling berkesan adalah ketika pacarnya, Daria, bersedia dinikahinya pada 1997. Pasangan yang tinggal di Canberra ini punya satu anak—kini berusia dua tahun—bernama Vladimir.

    Popov juga figur yang unik. Sekalipun ia atlet, lelaki yang punya nama kecil Sasha ini tak segan menenggak vodka dan merokok sebagai menu harian. Namun, apalah artinya kegemaran jeleknya itu? Pengagum atlet lompat galah Sergei Bubka dan novelis Leo Tolstoy ini bisa menempuh 50 meter hanya dalam waktu 28 detik tanpa harus mengayuhkan tangan. Popov, yang dijuluki "Big Dog" oleh para perenang Amerika, juga pernah dipilih majalah Who sebagai salah satu pria tertampan di dunia. Saat ini, ia tengah menyelesaikan studi Ph.D.-nya di bidang sport science.

    Di Sydney, saingan terberatnya adalah perenang tuan rumah, Michael Klim. Ia pernah kalah oleh Klim dalam kejuaraan renang dunia tahun 1998—kekalahan pertamanya sejak 1991. Apa komentarnya setelah kalah? "Aku sudah cukup banyak mengumpulkan emas. Mungkin kini saatnya untuk mengoleksi perak," kata Popov. Tentu saja ia bercanda. Buktinya, setelah itu, kekalahan tak lagi menyapanya.

  • Maurice Greene (Amerika Serikat, Atletik)
    Dalam tiap pertunjukan, selalu ada primadona. Untuk Olimpiade, nomor puncak adalah 100 meter putra. Lombanya begitu singkat, tapi artinya sungguh luar biasa. Di nomor itu, batas keperkasaan manusia seakan menjadi pertaruhannya. Di Sydney, yang menjadi tumpuan harapan agar batas alias rekor pecah adalah sprinter Maurice Greene asal Amerika Serikat. Greene, yang berjulukan "Kansas Cannonball", adalah pemegang rekor dunia dengan catatan waktu 9,79 detik. Rekor yang sangat tajam ini dibuatnya tahun lalu.

    Nama Greene memang tak serta-merta menenggelamkan sprinter dunia lainnya macam Donovan Bailey dan Ato Boldon. Greene, pemuda kelahiran Kansas 26 tahun lalu, tak mengira bisa menuai sukses besar. Maklum, ketika ia pindah dari kota kelahirannya ke Los Angeles untuk kuliah sekaligus berlatih di Universitas California, hidupnya jauh dari kemanisan. Tiap hari ia harus bekerja serabutan: pembersih sampah di pacuan anjing, pengemudi truk toko swalayan, penyobek tiket bioskop, dan pekerjaan lain yang punya kesamaan pada tipisnya lembaran dolar yang masuk ke kantongnya. Tentu saja latihannya sangat terganggu. Tak mengherankan bila ia pernah frustrasi karena merasa mentok.

    Untunglah ia tetap meneruskan karir atletiknya. Pada 1997, ia berhasil meraih emas 100 meter dalam kejuaraan atletik dunia. Catatan waktunya saat itu 9,86 detik—cukup dekat dengan rekor milik Bailey, 9,84 detik.

    Walaupun ia menang, sejak saat itu, pemecahan rekor menjadi obsesinya. Ia lantas berulang-ulang menonton video Ben Johnson dalam Olimpiade Seoul 1988. Johnson memang dicabut emasnya karena terbukti memakai steroid, tapi catatan waktu 9,79 detik yang ditorehkannya membuat ngiler sprinter lain, termasuk Greene. Maka, ia pun mempelajari teknik start Johnson dengan saksama.

    Hasil memelototi ini tak sia-sia. Ia berhasil menyamai rekor fantastis itu, tanpa steroid pula. "Catatan waktu itu hanya awal," kata Greene yakin.

  • Mia Hamm (Amerika Serikat, Sepak Bola)
    Sebut nama Luis Figo atau Hernan Crespo kepada warga Amerika Serikat. Boleh jadi dua pemain sepak bola termahal di dunia itu tak menimbulkan kesan apa-apa. Tapi coba sodorkan nama Mia Hamm. Besar kemungkinan mereka akan antusias menyatakan mengenalnya. Nama striker tim nasional Amerika untuk sepak bola putri ini memang sangat harum di sana. Menilik aksi Hamm di lapangan hijau, kita bisa benar-benar takjub. Ia begitu lentur dan pintar membaca permainan.

    Bakat dan skill Hamm, yang lahir pada 17 Maret 1972, sudah sangat menonjol sejak dini. Tak mengherankan bila pada usia 15 tahun ia sudah dipanggil ke tim nasional. Sejak saat itu, tepatnya tahun 1987, Hamm, yang bermain sebagai penyerang, tak pernah absen membela negaranya. Wajar bila catatan pemain berjulukan "America's Deadly Weapon" ini sangat mengesankan: 160 kali main dengan 114 gol dan 93 assist—umpan matang yang menghasilkan gol. Ini rekor yang belum bisa disamai oleh pemain mana pun, termasuk pesepak bola putra.

    Deretan prestasi besar telah ia raih bersama rekan satu timnya, yaitu juara dunia tahun 1991 dan 1999, urutan ketiga kejuaraan dunia 1995, serta medali emas Olimpiade Atlanta 1996. Berkat prestasinya, beragam penghargaan mampir padanya, mulai atlet terbaik sampai satu dari 50 wanita tercantik pilihan majalah People pada 1997. Rezeki lain, ia laris dikontrak menjadi bintang iklan. Paling tidak, dalam satu tahun ia bisa meraih penghasilan sekitar US$ 1 juta.

  • Svetlana Khorkina (Rusia, Senam Artistik)
    Tinggi Svetlana Khorkina yang 164 sentimeter membuatnya seperti raksasa di antara pesenam dunia lainnya. Maklum, rata-rata tinggi pesenam putri memang tak sampai 160 sentimeter. Namun, bukan karena menang tinggi saja pesenam Rusia yang lahir 21 tahun lalu di Belgorod ini menjadi unggulan utama di Sydney nanti.

    Khorkina selalu bisa meraih simpati juri karena ia bisa menggabungkan teknik tinggi dengan gaya elegan. Belasan medali emas telah diraihnya. Nomor yang paling dikuasainya adalah palang bertingkat. Ia merebut emas Olimpiade Atlanta empat tahun lalu untuk nomor ini. Namun, untuk ukuran kecakapannya sebagi pesenam yang komplet, sukses terbesarnya terjadi pada 1997, tepatnya dalam kejuaraan dunia, ketika ia merebut emas untuk nomor semua alat. Pada tahun 2000 ini, ia berhasil di nomor yang sama dalam kejuaraan Eropa. Di Sydney, saingan terberatnya adalah dua pesenam Rumania, Simona Amanar dan Corina Ungueanu.

    Svetlana Khorkina kini bukan sekadar ikon dunia senam. Gadis cantik yang bercita-cita menjadi pengusaha seusai pensiun ini juga dikenal sebagai model. Hebatnya, ia bahkan tak ragu untuk berpose dalam majalah Playboy edisi Rusia pada 1997 untuk memamerkan keindahan tubuhnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus