Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Masih unggul di tengah raksasa

Kejuaraan dunia terjun payung VI di Jakarta berakhir. Juara tahun lalu, Branko Mirt, asal Yugoslavia menempati urutan tujuh. Posisi pertama direbut Sergei Lanskov dari Uni Soviet.

14 September 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kejuaraan Dunia Terjun Payung VI berakhir. Jago dunia Branko Mirt menangis karena kesal. Sergei Lanskov dari Uni Soviet juara pertama. Tim kita masih unggul untuk kategori Asia. KEKHAWATIRAN Branko Mirt terbukti di Senayan. Saat ia berada 20 meter dari titik sasaran, angin tiba-tiba berembus kencang. Ia terlambat mengantisipasi. "Dalam kondisi seperti itu, saya sulit mengontrol payung," kata juara dunia terjun payung putra untuk nomor ketepatan mendarat tahun lalu ini. Ia mendarat di luar titik sasaran 0,16 meter. Melihat hasil buruk itu, Mirt, pegawai fire protection asal Yugoslavia, menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangan. Ia menangis. "Saya merasa tidak beruntung karena cuaca tidak menentu," katanya. Dengan hasil yang dicapai Rabu pekan lalu itu, Mirt mental dari posisi pertama ke posisi ketujuh. Pada akhir Kejuaraan Dunia Terjun Payung VI di Jakarta itu, ia hanya menduduki peringkat kelima. "Di Senayan bukan hanya kemampuan si penerjun dan pengalaman yang menentukan, tapi juga keberuntungan," kata Mirt. Berbeda dengan kejuaraan dunia sebelumnya, yang dilakukan di alam terbuka, kali ini panitia menyelenggarakan di tengah kota. Maksudnya, biar penonton senang, penerjun senang, dan sponsor puas. "Penyelenggaraan ini baik, lancar," kata Sugiantoro, Ketua Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI). Memang, menurut Branko Mirt, gedung bertingkat dan udara panas dari pantulan beton dan aspal sering menimbulkan angin berputar. "Kita bisa kena down wind (arus angin bawah)," katanya. Kekhawatiran itu terbukti menimpanya selagi ia bertanding. Korban angin Senayan ternyata bukan hanya Mirt. Nasib penerjun Swiss, Christian Frei, tak kalah tragis. Frei sempat menggantikan posisi utama Mirt sampai babak sembilan. Namun pada penerjunan akhir, angin Senayan mengempaskan Frei sebelum ia mencapai titik nol. Posisi Frei pun melorot ke urutan kedelapan. "Bad luck," komentarnya. Pada akhir kejuaraan pada Sabtu pekan lalu, posisi pertama ditempati penerjun Uni Soviet, Sergei Lanskov (0,08), disusul Michel Bizot (0,10) dari Belanda, dan Eric Laurer (0,12) dari Prancis. Dalam nomor senam udara putra senior juaranya adalah Eric Lauer dan putri Denise Baer dari Jerman. Penerjun putri asal AS, Cheryl Stearns, memuji keberanian panitia menyelenggarakan kejuaraan di tengah kota. "Ini ide yang bagus. Baru pertama kali kejuaraan terjun dunia ditonton orang banyak," kata Stearns. Jumlah penonton memang membludak. Pada nomor ketepatan mendarat, Stearns hanya mengukir nilai 0,06. Selain apes pada nomor ini, Stearns juga keok pada nomor style, yang selama ini jadi andalannya. Di kejuaraan dunia tahun lalu, Stearns mencatat 6,3 detik, tapi di sini nilai total dari empat kali penerjunan adalah 31,71 detik. Gelar juara nomor ketepatan mendarat akhirnya diraih penerjun asal Prancis, Isabelle Carjuzaa, 25 tahun, dengan nilai 0,01. "Kondisi Senayan sangat sulit. Banyak pohon di sekitar dropping zone. Sering angin memutar ke segala arah. Jadi, kami tak hanya harus tahu bagaimana melakukan manuver, tapi juga berharap pada keberuntungan," kata Sylvette, panggilan akrab Carjuzaa. Sylvette, yang telah dikaruniai seorang anak umur dua tahun, memang sedang mujur. Skor yang diukir di Senayan adalah nilai terbaiknya selama ini. Prestasi terbaik sebelumnya adalah 0,03 yang dibuat di Jerman Juli lalu. "Saya tetap ingin jadi juara dunia berikutnya," katanya. Dengan hasil itu, kejuaraan yang diikuti 21 negara ini hanya jadi ajang pertarungan jago Eropa dan Amerika. Di nomor ketepatan mendarat, penerjun Asia tak banyak bicara. Satu-satunya penerjun Asia yang masuk final nomor senam udara adalah Hei Jihuai dari Cina. Penerjun putra senior Indonesia untuk ketepatan mendarat, M. Halik, harus puas pada urutan ke-10 (dari 21 peserta) dengan skor 0,42. Putri senior kita, Endang Sulistyani, malah jadi juru kunci di urutan ke-12 dengan catatan 1,04. Prestasi putri junior kita, Tutik Lestari, yang turun pada nomor ketepatan mendarat, mencatat skor 0,86, paling buncit di antara lima peserta. Andri Tedjakusuma (junior putra) -- yang empat kali mencapai titik nol dalam ketepatan mendarat menduduki peringkat ke-7 dengan skor 0,36 (sampai babak kedelapan). Andri, pelajar kelas II Fisika SMA 39 Cijantung, Jakarta, adalah anak penerjun Kopassus, Kapten Syamsuri. "Skor terbaik saya sebelumnya adalah 0,72 untuk enam kali loncat," kata Andri, 17 tahun. Menurut pelatih tim Indonesia Dusan Papez asal Slovakia, prestasi penerjun Indonesia menggembirakan. "Persis seperti yang saya perkirakan sebelumnya," kata Papez. Coba bandingkan: atlet junior dunia yang mengikuti kejuaraan ini paling tidak sudah terjun 2-3 ribu kali. Padahal, atlet junior Indonesia baru 200-300 kali. "Jika pembinaannya berlangsung terus, saya yakin Andri bisa jadi penerjun yang baik," kata Papez. Namun, secara umum ia menyebut Tutik, Endang, dan Andri sebagai atlet pemula yang prestasinya sudah memuaskan. "Memang mereka lebih menyerap ilmu karena dilatih dari dasar," katanya. Selain Kejuaraan Dunia ini, panitia juga menyelenggarakan kejuaraan Asia. Kejuaraan yang tak masuk kalender organisasi olahraga dirgantara sedunia (FAI) itu dilakukan sekadar sebagai pelipur lara. Pesertanya tim Cina, Malaysia, Brunei, Filipina, Korea, India, Persatuan Emirat Arab, Singapura, Jepang, dan Indonesia. Dalam nomor ketepatan mendarat, Theo Mandagi menyabet gelar juara ketiga dengan prestasi 0,24. Artinya, kita memang masih bisa bicara walau hanya di tingkat Asia. Widi Yarmanto dan Ivan Haris

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus