Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menang tipis sesudah kram

Regu piala davis indonesia menang tipis 3-2 atas tim filipina. perlu latihan lebih keras untuk melawan korea selatan agar lolos ke babak 16 besar dunia.

3 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA Suwandi jugalah yang menjadi penyelamat. Petenis yang miskin pengalaman internasional ini mampu menjawab keraguan para pengamat tenis tentang penampilannya di tim Piala Davis Indonesia melawan Filipina, yang berakhir Senin pekan ini. Di babak kelima babak penentuan setelah kedudukan sama kuat 2-2 Suwandi menundukkan tunggal kedua Filipina, Joseph Lizardo, dalam perta- rungan empat set: 6-7, 6-2, 7-5, dan 6-2. Kemenangannya itu meloloskan tim Piala Davis Indonesia ke babak semifinal zone Asia/Oceania, menghadapi tim tangguh Asia lainnya, Korea Selatan. Keuletannya di lapangan membuat sekitar 3.000 penonton yang memadati Stadion Tenis Senayan, Jakarta, terharu. Suwandi memang pantas memperoleh acungan jempol. Di set keempat pada kedudukan 2-1 kakinya sempat kram. Namun ia terus berusaha untuk bisa tampil. ''Tak ada kata menyerah, saya berusaha untuk bisa jalan. Apalagi Lizardo mengalami hal yang sama,'' ujar Suwandi ketika sedang memperoleh perawatan dari tim medis, di ruang ganti pakaian, seusai pertandingan. Kehadiran Suwandi memperkuat tim Piala Davis Indonesia kali ini sempat menjadi pembicaraan di kalangan pengamat tenis. Apalagi ia merupakan pemain termuda dalam sejarah tim Piala Davis Indonesia ditambah dengan minimnya pengalaman dia bertanding di nomor beregu. Usianya baru 17 tahun pada bulan Agustus nanti. Rekor pemain termuda sebelumnya dipegang Tintus Arianto Wibowo sekarang pelatih kepala tim Piala Davis Indonesia yang memperkuat tim Indonesia pada usia 18 tahun. Keputusan memasukkan Suwandi dalam tim dianggap terlalu berani dan sangat riskan. Karena, jika kalah, Indonesia harus merangkak dari bawah lagi. Suwandi, kelahiran Bandung yang masih duduk di kelas satu SMA Ragunan itu, sempat juga tak bisa tidur karena cemas begitu ia dipilih. ''Saya kira tak salah Suwandi dipilih masuk tim Piala Davis. Apalagi dia memang memiliki kemampuan, di samping posisinya sebagai pemain lapisan kedua setelah Benny Wijaya,'' ujar Tintus Arianto Wibowo, yang juga pelatih Suwandi di klub Super Nugra milik Martina Wijaya. Prestasi Suwandi di tingkat junior cukup bagus. Ia menjuarai Piala Coca-Cola 1992, sebuah turnamen junior setaraf dengan grand slam junior. Di tingkat junior, peringkatnya masuk dalam kelompok 20 besar, sedangkan di tingkat senior, ia menempati peringkat ATP 1083. Dalam turnamen tenis profesional Indonesia Terbuka, Januari lalu, ia tampil mengesankan, walaupun langkahnya terhenti di babak pertama oleh unggulan kelima, Jeff Tarango, peringkat ATP 61. Pada hari pertama, Jumat pekan lalu, Suwandi memang sempat membuat suporter Indonesia deg-degan. Ia harus mengakui ke unggulan pemain nomor satu Filipina, Felix Barrientos, dengan 3- 6, 6-3, 1-6, dan 2-6. Untungnya, Benny Wijaya, yang menjadi tulang punggung tim Indonesia, menang atas Joseph Lizardo dengan telak: 6-0, 6-0, dan 6-1. Pada hari kedua, ganda Suharyadi/Bonit Wiryawan mampu menyumbangkan satu angka, meskipun harus bermain lima set, 7-6, 6-1, 6-7, 4-6, dan 6-3. Pada hari ketiga, Benny Wijaya, yang diharapkan kembali menang, ternyata harus mengakui keunggulan Felix Barrientos dalam pertarungan lima set: 3-6, 6-1, 6-4, 5-7, dan 3-6. Padahal di set keempat ia sempat memimpin 5-4 dan memegang servis dalam keduduk- an match point 40-15. ''Saya tidak tahu kenapa tiba-tiba saya kehilangan konsentrasi,'' ujar Benny. Target Tim Indonesia adalah menang 5-0 atas Filipina mengingat dalam pertandingan babak penyisihan Piala Davis tahun lalu di Manila, Indonesia menang 4-1. Apalagi dari segi peringkat ATP, Benny (peringkat 292) masih di atas semua pemain Filipina Barrientos (394) dan Lizardo (932). Namun target yang berlebihan itu menjadi bumerang bagi para pemain karena menjadi beban mental. Adanya beban mental ini diakui oleh Moerdiono, yang selalu hadir di lapangan memberi semangat kepada para pemain. Menurut ketua kehormatan PB Pelti ini, seharusnya pemain hanya diberi target bermain bagus dan menang, bukan target harus menang 5-0. ''Akibatnya mereka stres dan tegang sehingga fisiknya juga ikut cepat habis,'' ujarnya. Sebenarnya, kondisi fisik yang pas-pasan itu juga sempat menjadi sorotan. Menurut pelatih fisik, Alex Taufik, kalau hanya untuk bermain dalam kejuaraan perorangan, fisik mereka cukup. Tapi, untuk kejuaraan Piala Davis, kondisi fisik mereka perlu ditingkatkan. Apalagi ditambah dengan stres dan tegang karena beban mental harus menang. ''Perasaan itulah yang lebih menguras tenaga,'' ujar Alex. Alex juga menyayangkan mepetnya waktu persiapan, yang hanya tiga minggu. Menurut Alex, diperlukan waktu sedikitnya enam minggu untuk meningkatkan kondisi fisik mereka. Para pemain pun sempat mengeluh tentang latihan fisik yang terlalu berat. ''Jadi, selama ini program yang diberikan hanya sekadar menjaga kondisi fisik mereka,'' kata Alex. Jadi, masih ada waktu untuk mempersiapkan mereka menghadapi Korea Selatan awal Mei nanti. Apakah Suwandi dan kawan-kawannya nanti mampu mengulangi sukses lolos ke babak 16 besar dunia, tempat bercokolnya tim-tim elite dunia, seperti yang pernah diukir Tintus dan kawan-kawan tahun 1982 lalu? Memang sulit melewati tim Korea Selatan yang bermain di kandangnya. Tapi siapa tahu? Rudy Novrianto dan Andy Reza Rohadian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus