PERATURAN untuk pemain asing di Indonesia, pekan ini, diteken pengurus PSSI. Jadi, secara resmi mereka boleh main di klub Galatama mulai musim Kompetisi XIV pada November nanti. "Jika ada klub yang sulit mencari pemain asing, kami akan membantu," kata Ismet D. Tahir, Administrator Liga. Mencari pemain asing memang ada ketentuannya. Misalnya, antara pemain dan klub tidak boleh berunding langsung (lisan atau tertulis) sebelum ada pemberitahuan kepada klub asal pemain asing tersebut. Pelanggaran atas aturan ini dapat dikenai sanksi FIFA, misalnya didenda. Jika ada pemain berminat ke Galatama, mereka harus punya sertifikat pindah internasional (ITC) dari federasi nasionalnya. Dengan bekal ITC, ia akan melengkapi surat izin tinggal dari Imigrasi, izin kerja dari Departemen Tenaga Kerja, ikatan kontrak dengan klub, dan surat keputusan Galatama yang mengesahkan pemakaian pemain tadi. Bila beres, sehari setelah pemain itu didaftarkan ke Liga, klub Galatama itu diizinkan main. Jumlah di tiap klub maksimal tiga pemain, dan sekaligus boleh dimainkan. Agar pemain asing tak "liar", ia diikat aturan bahwa yang sudah bergabung dengan satu klub Galatama tidak diperkenankan pindah ke klub Galatama lain lebih dari satu kali - selama satu musim kompetisi. Selain itu, pemain asing dilarang pindah selama kontraknya berjalan, kecuali disepakati tiga pihak: pemain tersebut dan kedua klub. Di tahap awal, tiap pemain digaji maksimal US$ 5.000 per bulan. Soal fasilitas dan bonus diserahkan pada kesepakatan klub dan pemain. Tentang pajak penghasilan, siapa yang menanggung? Menurut Ismet, itu terserah negosiasi pemain atau klub yang mengontraknya. Pemain juga boleh berstatus dipinjam dan dikontrak. Jika dipinjam, selesai dikaryakan, ia langsung dipulangkan ke klub asalnya. Dengan demikian, nilai kompensasi atas jasa latihan pada klub asal memang tidak besar, yakni US$ 20.000 - US$ 50.000. Beda dengan pemain kontrak, yang transfernya mencapai ratusan ribu dolar. Keran yang dibuka untuk pemain asing ini diharapkan menggairahkan sepak bola di sini. Promotor olah raga dari Hong Kong, Spectrum, juga optimistis. Spectrum telah meneken kontrak dengan Liga senilai Rp 12,5 miliar -- untuk hak sponsor utama selama lima tahun - dan bakal menyuntik dana tambahan US$ 960.000 per tahun. "Berkat lobi Pak Nirwan," kata Ismet. Yang dimaksud adalah Nirwan D. Bakrie, Direktur Badan Tim Nasional PSSI. Dana itu dipakai menggaji 16 pemain (gaji per orang US$ 5.000) asing yang akan didistribusikan pada 8 klub yang dinilai lemah, di wilayah timur dan barat. Tiap klub disubsidi dua pemain asing, sehingga kekuatannya diharapkan merata. Enam belas pemain itu akan dicari dari Brasil dan Afrika. Alasannya, Brasil adalah gudang pemain dengan kemampuan teknik individu kuat, dan atraktif di lapangan. Sedangkan pemain asal Afrika, selain murah, staminanya bagus dan punya ciri tersendiri. Pilihan lain adalah membeli pemain dari Eropa Timur. Harganya masih terjangkau. Sejalan dengan program menggairahkan penonton sepak bola di sini, Spectrum juga akan mencari 2-3 klub untuk dibina menjaring penonton. Pihak Liga juga akan meminta klub-klub Galatama memunculkan fans club, seperti pernah dilakukan Pelita Jaya. Cara Arema Malang menjual karcis ke kampung-kampung juga dinilai efektif menggaet penonton. Untuk menumbuhkan kecintaan pada klub, Liga juga merencanakan membuka toko yang menjual kaus, bendera, badge, jaket, dan atribut lain yang memperlihatkan kekhasan tiap-tiap klub Galatama. "Kayak di klub basket NBA," kata Nirwan. Promosi juga digalakkan. Dananya ditambah Rp 1 miliar -- di luar Rp 2,5 miliar dari Spectrum. Gairah untuk menyemarakkan sepak bola ini disambut Klub Pelita Jaya. Anggota Fans Club Pelita yang 4.000 orang akan digiatkan lagi. "Kalau perlu, ya, membeli karcis separuh harga," kata Rahim Soekasah, Direktur POR Pelita Jaya. Pelita Jaya akan menyediakan kaus, jaket, badge, dan atribut khas lain demi menumbuhkan fanatisme fans. Bagaimana Klub Bandung Raya menyambut pemain asing? Tri Goestoro, yang baru dua bulan menjabat manajer Bandung Raya, lebih berminat memacu pemain lokal. Alasannya, belum tentu pemain asing bisa menyatu. "Saya lihat dulu. Saya tidak bisa asal terima," katanya. Di tangan Tri, Bandung Raya sedang dibenahi. Prestasinya tak mungkin dibiarkan makin terpuruk. "Sudah tujuh pemain dikeluarkan," kata pengusaha ini kepada Asikin dari TEMPO. Mereka dinilai sudah tidak mungkin lagi berkembang. Dan gantinya, tujuh pemain asal PON tempo hari diajak bergabung. Tri ingin mengembalikan kejayaan Bandung Raya seperti pada putaran kompetisi IX beberapa tahun lalu. Seorang pemainnya, Dody Kurnia, menjadi pencetak gol terbanyak. Penampilan Bandung Raya berhasil mengeruk Rp 60 juta dari karcis. Dengan biaya operasional Rp 600 juta per musim kompetisi, kini meraup Rp 1 juta saja susah. Program Bandung Raya yakni menumbuhkan fanatisme, seperti pada penonton Persib. Untuk tahap awal, jika perlu menyunat harga tiket sampai 50%, atau digratiskan. "Saya malu menjual karcis jika tak mampu memuaskan penonton," kata Tri.Widi Yarmanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini