SEJAK diperkenalkan alat ultrasonografi (USG), dunia kedokteran bagaikan menerima kotak ajaib. Dengan mengoperasikan alat ini, jenis kelamin sebuah janin yang ada di dalam perut seorang ibu, misalnya, bisa ketahuan sebelum lahir. Ingin mengetahui kondisi bayi sehat atau cacat juga bisa diteropong lewat monitor alat itu. Toh keunggulan alat yang sudah diakui di dunia kedokteran ini masih terbatas. Terutama soal objek benda yang terlihat di layar monitor masih dua dimensi. Sehingga, untuk melihat gambar secara total menemui hambatan. Jangan heran kalau sekali waktu USG meleset mendeteksi jenis kelamin janin maupun penyakit yang diidap bayi di kandungan itu. Rupanya, inilah yang ingin diatasi Dokter Robert S. Ledley. Guru besar Georgetown University Medical School, Amerika Serikat, itu belum lama ini berhasil merancang generasi terbaru USG, yang mampu menghadirkan gambar secara tiga dimensi. Gambar yang ditampilkan seolah-olah ada di dekat kita. Sehingga pendeteksian bisa dilakukan lebih jitu. "Alat ini memungkinkan dokter memeriksa kondisi bayi secara menyeluruh. Karena janin yang tampak di layar komputer kira-kira sama dengan kalau kita nonton film tiga dimensi," kata Robert Ledley kepada TEMPO. Alat baru itu secara mendasar tak mengubah cara kerja USG konvensional. Selama ini USG bekerja dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik berfrekuensi tinggi, yaitu antara 2 Mega-Hz dan 10 Mega-Hz. Gelombang tersebut dikirim ke dalam rahim, lalu dipantulkan dan terpantau lewat layar monitor. Sedangkan untuk menghadirkan gambar tiga dimensi, USG model lama ditambah dengan perangkat yang disebut stereoultrasonography. Bentuk fisiknya terdiri dari sebuah perangkat untuk merefleksi gambar tiga dimensi, layar untuk memancarkan gambar, dan sebuah komputer lengkap dengan mouse dan papan pencetnya. "Dengan menggunakan mouse kita bisa menelusuri tubuh bayi dari segala penjuru," tutur Ketua National Biomedical Research Foundation yang bermarkas di Washington, D.C. itu. Tentu saja, alat tambahan ini menambah akurasi dan kepekaan USG yang selama ini digunakan dokter ahli kandungan. Sementara USG konvensional hanya memantulkan gambar yang agak kabur dan berbentuk bayangan, dengan tambahan stereoultrasonography dapat menampilkan gambar secara utuh dan lebih jelas. Penggunaan perangkat PC plus mouse itulah yang memungkinkan dokter dan orang tua si bayi mendapatkan informasi yang lebih akurat. "Kesalahan mendeteksi jenis kelamin nantinya akan dapat dihindari," kata Dr. Ledley sedikit berpromosi. Menurut dia, usia kandungan yang baik untuk dideteksi adalah 18 sampai 20 minggu. Pada saat itu biasanya sudah dapat terlihat bentuk dan jenis kelaminnya. Persoalannya, seberapa besar dokter dan rumah sakit harus merogoh kocek untuk membeli peranti canggih ini. "Itu tergantung berapa banyak kami dapat memproduksinya. Semakin banyak pesanan, biaya produksi satuan akan makin murah," tutur Ledley. Tetapi ia memperkirakan harga jual alat ini pada tahap pengembangan adalah US$ 50.000 sampai US$ 100.000. Sejak temuan ini dipublikasikan, beberapa calon investor mulai antre. "Tapi belum ada kejelasan siapa yang benar-benar serius," tambah dokter itu. Untuk memproduksi alat ini secara masal tak diperlukan waktu lama. "Dalam enam bulan sesudah penandatanganan kontrak, alat itu sudah dapat diperoleh di pasaran," kata pengajar fisiologi dan radiologi itu. Mengometari penemuan USG tiga dimensi, Dokter Daniel Makes menyambut gembira. Menurut Ketua Persatuan Ultrasound Kedokteran Indonesia ini, hadirnya USG tiga dimensi tentunya akan membuat pemeriksaan lebih akurat dan lebih cepat. Karena bentuk atau volume dari objek gambar yang diteropong akan terlihat jelas. "Yang konvesional pun sebenarnya sudah cukup akurat. Hanya kalau yang tiga dimensi ini tentunya akan lebih cepat dan mudah terlihat," katanya. Apakah alat ini perlu dipunyai oleh setiap rumah sakit di sini? "Barangkali perlu bagi rumah sakit besar, rumah sakit pendidikan, dan rumah sakit untuk rujukan, untuk menegakkan diagnosa," kata dokter ahli radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Sebenarnya untuk apa memeriksakan janin dengan USG? Penggunaan USG selama ini tampaknya ada kesalahan persepsi. Banyak pasangan muda minta jasa USG hanya untuk mengetahui jenis kelamin anaknya lebih dini. Padahal, fungsi USG lebih penting dari sekadar mengintip jenis kelamin. Apalagi sekarang ini semakin banyak ibu-ibu yang berpendidikan maju malah manja menggunakan USG. Sebentar-sebentar kandungannya di-USG. Bisa jadi, kebiasaan ini dimanfaatkan dokter yang nakal supaya alatnya laku. Padahal, pemeriksaan lewat USG tidak murah. Sekali intip biayanya Rp 50.000 hingga Rp 70.000. Menurut Dokter Daniel Makes, pemeriksaan USG bagi kandungan normal cukup dua kali. Terutama untuk memantau kondisi janin dan kesehatan ibu. Dengan USG bisa diketahui jumlah janin serta posisi ari-ari di dalam perut. Kalau ari-ari terletak di muka janin, dan kemudian keluar lebih dulu, misalnya, si ibu bisa meninggal akibat kehabisan darah ketika melahirkan. Namun, dengan USG, kejadian fatal itu bisa dicegah. Lewat USG juga bisa dipantau cacat janin. Spina bifida, satu cacat keturunan yang mengakibatkan kelainan pada tulang belakang, misalnya, bisa terdeteksi ketika janin berusia 10 atau 12 minggu. Jadi, upaya pengobatan bisa dilakukan lebih awal. Walaupun USG banyak manfaatnya, para ahli kebidanan menganjurkan agar berhati-hati meneropong janin berusia lebih dari 18 minggu karena tulang-tulangnya sudah terbentuk dan peka terhadap efek USG.Gatot Triyanto (Jakarta) dan Sudirman Said (Washington, D.C.)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini