Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Film porno buat kemandulan

Seorang dokter ahli reproduksi pria berhasil membuktikan manfaat menonton film porno buat pria loyo. jumlah sperma meningkat dan lebih gesit. pria mandul dapat disembuhkan.

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI beberapa negara maju yang bebas, tampak banyak orang setengah tua suka menonton tayangan film atau video porno. Mungkin di Eropa belum ada penelitian mengapa sebagian penggemarnya adalah pria berusia lebih dari 40 tahun. Baru di Jepang rupanya manfaat tayangan gambar porno itu diteliti. Adalah Dokter Nikolaos Sofikitis, ahli urologi yang mendalami sistem reproduksi pria (andrologi) dari Universitas Tottori, Jepang, yang menelitinya. Kesimpulannya, tayangan gambar porno itu ternyata dapat menolong kaum pria yang loyo spermanya. Nah, apa hubungan antara film porno dan mutu sperma? Inilah yang dapat dibuktikan Dokter Nikolaos. Sejak dua tahun lalu, dokter muda lulusan Universitas Athinai, Yunani, ini mengamati secara cermat pengaruh menonton film porno terhadap jumlah dan gerak sperma pada kaum pria. Metode stimulasi seks ditempuh dengan memanfaatkan adegan porno pada tayangan film. Untuk melakukan percobaannya, selama Mei-November 1992, Nikolaos memutar video porno sebagai "menu" bagi 19 orang pria mandul yang dijadikan sampel. Mereka sebagian besar berusia 25-30 tahun dan sudah beristri. Sebanyak 15 orang sampel adalah warga Amerika. Untuk itu, percobaan dilakukan di Central Baptist Hospital, bekerja sama dengan Institut Andrologi Universitas Kentucky, Amerika. Adapun empat pria lainnya adalah warga Jepang yang diambil dari Rumah Sakit Universitas Tottori. Ke-19 pria itu masing-masing disuruh memancarkan mani secara masturbasi sebanyak 12 kali dalam tempo dua bulan. Hasil semprotan mani secara otomatis tertampung dalam kondom istimewa yang disebut silastic condom. Pada enam semprotan pertama, mereka belum menonton tayangan gambar porno. Baru pada tahap berikutnya, film syur itu ditayangkan. Pada percobaan yang dilakukan di Amerika, film yang diputar jenis soft porno, yang ceritanya romantis. Lain halnya film untuk empat warga Jepang. Mereka disuguhi film full porno. Baik pria Amerika maupun Jepang disuruh menikmati film itu secara santai. Maksudnya, agar secara perlahan mereka mencapai puncak kepuasan stimulasi seksualnya. Hasilnya? Orang Amerika yang 15 orang itu rata-rata mencapai puncak alias menyemprotkan sperma setelah 20-40 menit, sedangkan empat orang sukarelawan dari Jepang membutuhkan waktu 8-15 menit. Adanya perbedaan waktu itu, kata Nikolaos, barangkali akibat jenis adegan film yang ditonton. Yang membuat ahli andrologi ini heran adalah peningkatan kualitas dan jumlah sperma setelah mereka menonton film porno. "Jumlah dan kualitas sperma pria yang menonton video porno jauh lebih baik daripada sperma yang dipancarkan mereka tanpa menonton film adegan syur. Jumlah sperma di dalam mani dua kali lebih banyak, dan persentase geraknya meningkat 1,6 kali lipat," kata Nikolaos kepada TEMPO. Menurut data yang diperoleh Nikolaos, dari 228 kali masturbasi yang dilakukan 19 orang itu, tercatat jumlah spermanya rata-rata 48,5 juta setelah mereka menonton tayangan film porno -- sebelumnya hanya 22,8 juta. Begitu pula persentase gerakan spermanya. Sperma yang semula malas bergerak tiba-tiba bergairah, naik menjadi 39,1% - sebelumnya hanya 24,4%. "Hasil eksperimen ini menunjukkan, stimulasi seksual lewat tayangan film porno mampu meningkatkan mutu sperma," ujar Nikolaos. Hubungan antara mutu sperma dan film porno, menurut Nikolaos, berkaitan dengan kepuasan nafsu seks yang terjadi dalam tubuh pria. Khususnya akibat kontraksi otot di sekitar gelembung mani, prostat, dan bagian atas buah pelir. "Dengan stimulasi dari film porno, terjadi kontraksi otot sehingga cairan dari gelembung mani, prostat, dan bagian atas buah pelir mengalir lebih banyak. Cairan dari prostat memegang kunci yang paling penting dalam hal peningkatan persentase gerakan sperma," kata Nikolaos. Hasil penelitian ini merupakan kabar gembira buat para pria yang spermanya sedikit dan loyo. Kaum Adam yang menderita kekurangan sperma jumlahnya tak sedikit. Di Amerika, misalnya, diperkirakan 18% kaum pria puyeng karena "paceklik" sperma. Di Jepang, pria yang begitu konon sekitar 13% - di antaranya berusia 20-40 tahun. Kelainan sperma itu punya andil 50% sebagai penyebab kemandulan pria. Bila fungsi alat kelamin seorang pria normal, biasanya mani yang dipancarkan setiap kali sekitar 3 ml, mengandung 60-70 juta -- dengan tingkat kelincahan yang tinggi tentunya. Bagi yang normal, persentase gerakan sperma (motile spermatozoa atau MS) lebih dari 50%. Jika jumlah sperma dan yang bergerak kurang dari angka itu, peluang "kencan" dengan sel telur sangat kecil. Namun, Nikolaos mengingatkan, terlalu sering menonton film porno tidaklah berarti lantas melimpah spermanya -- dan gesit. "Saya sarankan, bagi pasangan yang susah punya anak karena suami menderita kekurangan sperma, sang istri bersedia melakukan apa saja yang disukai suami sehingga suaminya meraih puncak rangsangan seksual. Ini penting supaya mani yang dipancarkan mengandung lebih banyak sperma dan tidak loyo," kata dokter yang masih bujangan ini. Bagaimana pengaruhnya buat wanita? "Tampak tak ada pengaruh apa-apa buat sel telur. Yang sering terjadi, stimulasi seksual film porno itu menambah keluarnya cairan dari bagian vagina," kata Nikolaos.Gatot Triyanto (Jakarta) dan Seiichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum