Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Aksi pawang hujan Rara Isti Wulandari pada perhelatan balap MotoGP Mandalika, Lombok Timur viral di media sosial.
Perempuan yang lebih akrab disapa Mbak Rara itu terlihat melakukan ritual untuk meredakan hujan saat acara berlangsung.
Kehadiran pawang hujan di acara besar sekelas MotoGP melahirkan pro dan kontra di masyarakat. Beberapa warganet memberikan pujian, namun beberapa yang lain khawatir hal tersebut dapat mempermalukan nama Indonesia. Sebetulnya apa itu pawang hujan?
Mengenal Pawang Hujan
Mengutip KBBI Daring, yang dimaksud dengan pawang hujan yakni orang yang pandai menolak hujan. Di Indonesia, pawang hujan banyak dipercaya dapat menghentikan hujan atau memindahkan hujan ke tempat lain.
Jasa pawang hujan biasanya dipakai dalam acara-acara khusus di musim hujan, seperti pernikahan, ritual kematian, hingga acara nasional. Tidak hanya di Mandalika, jenis pekerjaan ini juga umum dijumpai di daerah-daerah lain.
Melansir postingan Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI pada akun Instagram @budayasaya, beberapa kebudayaan di Indonesia memiliki sebutan yang berbeda bagi pawang hujan, seperti dukun pangkeng bagi masyarakat Betawi, Nerang Hujan bagi masyarakat Bali, dan Bomoh bagi masyarakat Melayu di Riau.
Apakah Tradisi Pawang Hanya Ada di Indonesia?
Tidak hanya di Indonesia, tradisi pawang hujan telah ada di banyak budaya di dunia sejak berabad-abad yang lalu. Salah satu situs “pengendalian hujan”.yang digunakan para dukun di zaman dahulu ditemukan di Afrika Selatan. Melansir LiveScience, situs itu dinamakan situs Ratho Kroonkop (RKK).
RKK terletak di daerah semi kering dekat Boswana dan Zimbabwe, tepatnya di atas bukit setinggi 1.000 kaki (300 meter). Pada situs tersebut, terdapat dua tangki batu yang terbentuk secara alami.
Ketika para ilmuwan menggali salah satu tangki, mereka menemukan lebih dari 30.000 spesimen hewan, termasuk sisa-sisa badak, zebra, dan jerapah.
“Apa yang membuat RKK istimewa yakni setiap bagian dari materi fauna yang ditemukan di situs ini dapat dikaitkan dengan pengendalian hujan,"kata salah satu peneliti, Simone Brunton.
Dukun atau pemimpin hujan naik ke puncak RKK melalui terowongan alam lalu menyalakan api di atas bukit untuk membakar sisa-sisa hewan sebagai bagian dari ritual hujan. Orang-orang yang melakukan ritual ini berasal dari San, sebuah kelompok probumi di Afrika bagian selatan yang hidup sebagai pemburu-pengumpul.
“Mereka adalah pengendali hujan San yang dipekerjakan oleh para petani untuk mengendalikan hujan," ujar Brunton.
Sementara di Cina, orang yang memiliki kemampuan serupa seperti pawang hujan di Indonesia disebut ‘wu’. Menurut tulisan-tulisan sastra Tiongkok awal, sebagaimana dilansir dari Journal of the American Academy of Religion oleh Thomas Michael, wu biasanya memiliki posisi penting di istana kerajaan.
Wu mengendalikan hujan melalui tarian ritual dan komunikasi dengan roh dan nenek moyang. Penggambaran lainnya menyebutkan jika wu hidup di pegunungan. Selain menjadi pawang hujan, wu juga mengumpulkan ramuan obat ajaib untuk mengobati penyakit.
Demikianlah profesi pawang hujan, salah satunya beraksi di gelaran rangkaian MotoGP Mandalika yang kemudian viral.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca: Yang Tercecer dari MotoGP Mandalika: Cara Menyalakan Mesin Motor Spek Balap
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini