MIA Ismangun bukannya mencari parfum ke Paris. Ibu beranak 5 itu
melintasi Champs-Elysees yang antik dengan bersimbah keringat
bersama lebih dari 10.000 pelari yang meramaikan Marathon de
Paris, 14 Mei lalu. "Rasanya seperti berada dalam mimpi lari
maraton di Paris dalam musim semi," tulisnya kepada TEMPO sehari
setelah perlombaan.
Dia memang mimpi baik. Tak pernah dia seberhasil seperti
sekarang. Paling tidak untuk rekor dirinya sendiri. Lintasan
sepanjang 42.195 m itu ditempuh wanita berusia 45 itu dalam 3
jam 44 menit 20 detik. Sepuluh menit lebih baik dari rekor
pribadi yang diciptakannya di Jakarta Marathon, Maret lalu.
Barangkali pemandangan di tepi Sungai Seine dengan pepohonan
yang segar dan berbagai menumen yang bisa dilirik dari lintasan
maraton itu, membuat napasnya lebih tahan.
"Saya tidak merasa capek ketika sampai di finish," ceritanya
setelah sampai di Jakarta 10 hari kemudian. Sebenarnya, menurut
Mia, dia bisa lari lebih cepat lagi. Sayang, sekitar 10 km
menjelang finish (dekat Arc de Triomhe) perutnya kram. Dia
berlari sambil memegangi perut.
Celakanya, beberapa puluh meter menjelang finish polisi malahan
membentaknya supaya larl lebih cepat. Keamanan memang bertindak
agak keras. Termasuk melarang penonton dan pelari berbaur di
daerah finish. Polisi berbuat begitu untuk berjaga-jaga jangan
sampai timbul insiden. Karena Paris lagi panas oleh demonstrasi
petani dan mahasiswa.
Perlombaan dimulai pukul 6 sore. Sekitar 2.000 pelari luar
Prancis ambil bagian. Dalam perlombaan lari jarak jauh ini
pelari Prancis, Jacky Boxberger, keluar sebagai pemenang dengan
catatan waktu 2 jam 12 menit 38 detik.
Mia sendiri belum tahu posisinya. Cuma dia sudah pulang membawa
medali sebagai peserta maraton Paris yang berhasil mencapai
finish. Kedudukannya di antara 10.000 pelari itu baru akan
diketahuinya melalui penerbitan khusus yang akan dikirimkan
kepadanya bulan depan.
Ini untuk kedua kali nyonya rumah tangga yang suka lalap kacang
panjang asal Solok, Sumatera Barat, itu ambil bagian dalam lomba
internasional. Oktober 1982 dia lari di New York City Marathon.
Menempati posisi ke-906 dari sekitar 2.000 wanita. Dan nomor
9686 dari 16.000 pelari. Catatan waktunya dalam lomba itu, 4 jam
1 menit 03 detik.
Dengan catatan terbaik yang dibuatnya di Paris, Mia mau mencoba
mendaftar ke Boston Marathon, yang akan berlangsung April 1984.
"Tiga setengah jam merupakan batas waktu peserta wanita, tapi
saya akan coba. Siapa tahu . . ." katanya.
Kalau dia memang diterima turut di Boston, tantangan lain
menantinya. Sebab untuk ke Paris dia menghabiskan sekitar Rp 1,5
juta yang sebagian besar datang dari sokongan teman-temannya.
"Untuk meringankan beban, saya mau melamar pekerjaan di
perusahaan penerbangan. Paling tidak saya mengharapkan dapat
tiket gratis," katanya tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini