Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pancing baru bank pemerintah

Bank pemerintah (bbd, bdn) menaikkan tingkat suku bunga deposito berjangka, dari 6 persen menjadi 16 persen setahun. merupakan saingan baru obligasi & upaya menarik rupiah dari luar negeri. (eb)

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEPOSITO berjangka bank pemerintah kini tampil kembali sebagai instrumen investasi menarik. Pekan lalu Bank Dagang Negara (BDN) dan Bank Bumi Daya (BBD) telah mengumumkan kenaikan luar biasa tingkat suku bunga deposito berjangka pendek mereka. Untuk deposito berjangka 6 bulan, misalnya, kedua bank pemerintah terkemuka itu menawarkan bunga 16% per tahun, naik dari 6% sebelumnya. Kenaikan tingkat bunga hampir tiga kali lipat itu juga berlaku untuk deposito berjangka 1 bulan, dan 3 bulan. Dengan terus terang, I Nyoman Moena, ketua Perhimpunan Bank-bank Nasional Swasta, menyebut tingkat suku bunga deposito itu kini "sangat kompetitif." Bahkan untuk deposito berjangka 3 bulan, kedua bank pemerintah itu berani memberikan bunga sampai 15,5%. Sementara sejumlah bank asing terkemuka, seperti Citibank sampai pekan ini hanya berani memberikan bunga 13% per tahun. Kedua bank pemerintah tadi juga memberikan kemudahan lain bagi nasabah: tak dipungut pajak atas bunga, dividen, dan royalty. "Kalau Anda mau mendepositokan uang di atas Rp 100 juta telepon saja kami, nanti kami datang pada Anda merundingkan tingkat bunga yang akan kami berikan," ujar I Nyoman Andipa, wakil kepala Urusan Dalam Negeri BBD Pusat. "Untuk simpanan di atas Rp 100 juta, bisa kami berikan 0,5% di atas tingkat bunga yang ditawarkan." Sekalipun terlambat, sudah saatnya memang bank pemerintah berani memberikan tingkat bunga deposito menarik, dan pelbagai kemudahan lain kepada nasabah. "Sudah waktunya kita bersaing," kata Omar Abdalla, Dirut BBD kepada TEMPO. Bunga deposito 6 bulan, misalnya, sejak Januari 1978 tetap saja 6%, sementara pelbagai bank swasta nasional, dan asing sudah menaikkannya beberapa kali mengikuti kecenderungan perkembangan moneter. Karena mendaDat pinjaman dana likuiditas cukup besar dari Bank Indonesia (BI) dengan bunga rendah, bank pemerintah sebenarnya memang tak perlu kerja keras menyedot rupiah lewat deposito. Pihak BI rupanya menyadari bahwa kebijaksanaan semacam itu pada akhirnya hanya akan menyebabkan bank-bank di lingkungannya jadi manja. Maka secara berangsur otoritas moneter itu mulai tahun lalu mencabuti satu per satu pelbagai fasilitas yang diberikannya: mencabut subsidi bunga atas kredit eksploitasi, dan yang terakhir dikabarkan mengurangi pinjaman likuiditas. Sebagai konsekuensinya pihak otoritas moneter kemudian melepaskan kendalanya: memberikan kebebasan pada bank pemerintah untuk menentukan tingkat bunga deposito berjangka pendek mereka. Seorang bankir pemerintah bahkan menyebut pula bahwa untuk deposito berjangka 1 tahun pun tingkat bunganya akan diserahkan pada kebijaksanaan masing-masing bank. Beleid semacam itu memang mendesak dilakukan mengingat di pasar mulai bermunculan pelbagai instrumen investasi, yang lebih kompetitif. Obligasi PT Jasa Marga, dan Bapindo, misalnya, memberikan bunga 15,5% per tahun selama jangka waktu 5 tahun. Tapi sesudah tingkat bunga deposito bank pemerintah naik hampir tiga kali lipat, kata Nyoman Moena, obligasi bisa jadi kurang menarik lagi. Bahkan, menurut Sutadi Sukarya, ketua Badan Pelaksana Pasar Modal deposito bank pemerintah itu kini bisa dianggap sebagai saingan baru obligasi. "Bagi pemilik uang, itu berarti bertambahnya pilihan untuk menanamkan dananya," ujar Sutadi. Toh menurut J.A. Sereh, Dirut PT Danareksa, lembaga keuangan yang menjamin emisi saham pelbagai perusahaan, deposito itu hanya kompetitif untuk jangka pendek 1-2 tahun saja. Kenaikan bultga deposito secara menyolok itu, yang ditujukan untuk menyedot rupiah kembali, katanya, sifatnya hanya temporer. Jika uang yang di parkir di luar negeri sudah kembali, dia memperkirakan tingkat bunga itu akan berubah. Karena itulah dia beranggapan untuk investasi jangka panjang "obligasi dengan bunga tetap 15,5%, lebih menarik." Sutadi menyarankan agar pelbagai perusahaan memikirkan pula untuk menerbitkan obligasi dengan kondisi lebih menarik. Mungkin, katanya, diperlukan jenis oblieasi lain, seperti convertible bonds -- jenis obligasi yang bisa ditukarkan dengan saham. Atau mungkin pula perlu diterbitkan profit sharing bonds -- yang memberikan dividen dan bunga kepada pemegang obligasi. Akan naikkah bunga deposito bank swasta dan asing? Panin Bank, lembaga keuangan yang bulan ini menerbitkan saham tahap kedua lewat Pasar Modal, merasa belum perlu menaikkan bunga depositonya. Untuk deposito 6 bulan, misalnya, Panin masih memasang bunga 13,5%. Ketika rupiah mulai membanjir bulan lalu, bank swasta terkemuka ini baru saja menurunkan tingkat bunga deposito berjangka pendeknya. Langkah mengendalikan pengumpulan dana itu terpaksa dilakukannya mengingat volume kredit Panin, karena pembatasan dari BI, tidak akan sebesar tahun sebelumnya. "Jadi buat apa mengumpulkan dana banyak kalau pemasaran dananya (memberikan kredit kepada nasabah) dibatasi pemerintah," kata Fuady Mourad, direktur Panin Bank. Sikap serupa juga dikemukakan seorang bankir asing. Selama ini, katanya, di bank yang dipimpinnya lebih banyak uang masuk (deposito) dari pada uang yang keluar (kredit). "Perpindahan deposito dari bank kami ke bank pemerintah tentu saja akan terjadi," ujarnya. "Kalau ternyata banyak sekali uang yang pindah ke bank pemerintah, kami akan menaikkan suku bunga deposito lagi." Tampaknya, siasat menaikkan bunga deposito bank pemerintah itu, memang bertujuan untuk memancing lebih banyak rupiah yang masih bermukim di luar negeri. Turunnya bunga deposito di kebanyakan bank swasta, baik asing maupun nasional, sedikit banyak bisa menghambat para pemilik uang untuk menarik uangnya yang disimpan di bank-bank asing di Singapura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus