SETIAP hari Mingg mas Ali Sibolangit jalan di seputar Taman
Monas. Dia tak tahu berapa kilo itu. Pokoknya, dia mau "cari
keringat", mau sehat, tampak langsing dan tak punya rasa
menyesal setelah makan banyak. Tapi cukupkah olahraga yang
dilakukannya itu?
Cukup atau tak cukup, itulah memang soalnya. Untunglah seorang
dokter Amerika pada suatu hari menentukan suatu cara untuk
menentukan cukup atau masih kurangnya olahraga yang kita lakukan
itu. Dokter itu. Kenneth H. Cooper, kemudian termashur dengan
bukunya, Aerobics (1968) dan The New Aerobics (1970). Buku itu
mmberikan dorongan yang hebat kepada para pembacanya agar
berolahraga untuk mencapai dan menjaga "kesegaran jasmani". Tapi
lebih dari itu. Cooper memperkenalkan apa yang disebutnya "nilai
aerobik". Ia memberi daftar, berapa banyak nilai yang didapat
seseorang bila ia berlari dalam jarak tertentu dalam waktu
tertentu. Menurut risetnya setiap satu minggu (7 hari) seseorang
harus memperoleh nilai 30.
Jadi, kita harus berlari, berenang atau naik sepeda dalam 7 hari
itu (tak usah terus menerus atau setiap hari) sampai mencapai
"target" jumlah tersebut. Kalau tak berhasil, wah, reyot -
begitu kurang-lebih menurut Cooper. Kalau berhasil, anda boleh
pongah, meskipun bagi yang sudah biasa lari 4 x seminggu, angka
30 itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Yang sulit: disiplin
diri, bagaimana bisa lari 4 x seminggu. Dan lewat bukunya
Cooper cukup pintar menakut-nakuti siapa saja yang tak bisa
berdisiplin. Anehnya, (atau tak aneh?) kedua huku Cooper laris
sekali. Dan pekan lalu di Indonesia mulailah beredar terjemahan
lengkap atas Aerobics, diterbitkan oleh Gramedia dengan harga
Rp 1.200. * )
Bukan Yang Pertama
Sebenarnya inilah usaha kedua di Indonesia untuk memperkenalkan
cara Cooper - dalam bentuk buku. Yang pertama, ringkasan,
diusahakan oleh Departemen P&K. Buku tipis yang diterbitkan
Balai Pustaka tahun lalu itu sayang sekali kurang dapat
memberikan motivasi: bahasanya -- seperti lazimnya bahasa
"dinas" zaman sekarang kurang menarik. Padahal untuk urusan yang
memerlukan dorongan hati ini, orang banyak perlu digugah. Adakah
usaha Gramedia dengan terjemahan Antonius Adiwiyoto ini
berhasil lebih baik?
Ini memang terjemahan yang lebih lengkap. Tapi justru di sinilah
letaknya: perlukah Aerobics Cooper diterjemahkan secara
lengkap" Mungkin tidak.
Bab ke-10 buku ini, "Sasaran Yang Dituju", semacam pidato Cooper
untuk para pembaca Amerika, sebetulnya bisa didrop. Sehingga
kita tak usah membaca kata-kata Cooper seperti ini: " Ya, saya
ingin melihat suatu hari kelak Amerika membuat comeback,
membalikkan kosekuensi utama dari masyarakat berkelimpahan
yang menyuburkan ketidakaktifan ".
Kalimat semacam itu juga menunjukkan, bahwa penterjemah
memberikan kesan lebih memilih terjemahan yang harfiah dengan
risiko kurang luwes (dan bisa jadi kurang jelas). Menterjemahkan
treadmill dengan "jentera genjot" misalnya tak memberikan
gambaran apa-apa tentang bendanya: lebih baik agaknya bila
diterjemahkan jadi "alat untuk lari di tempat". Running track
agaknya kurang baik bila disalin jadi "jalur lintasan". Lebih
jelas dengan "jalur lari". Tapi pada umumnya terjemahan
Adiwiyoto masih bisa "ditelan". Kecuali bahwa buku ini terasa
jadi tebal sekali, mungkin karena kaku gayanya, mungkin pula
karena banyak bagian yang sebenarnya tak teramlt perlu untuk
permbaca di sini.
Yang paling mengganggu ialah bahwa ukuran-ukura tidak
di-indonesia-kan. Satu mil adalah 1.6 km. Seorang Indonesia yang
diberitahu bahwa ia harus mencapai 1,75 mil misalnya, terpaksa
harus menghitung berapa 1,6 x 1,75 x I km. Dan orang mungkin
bisa juga sedikit "kagok": apakah 1.75 dalam terjemahan itu
berarti satu tiga perempat atau itu berarti seratus tujuhpuluh
lima. Sebab biasanya di Indonesia kita menggunakan tanda koma
(1,75) untuk pecahan desimal, bukannya tanda titik (1.75)
seperti di negerinya Cooper.
Ngos-Ngosan
Bagi pembaca buku ini juga perlu dicatat, bahwa daftar nilai
yang dibikin Cooper untuk buku Aerobics (yang diterjemahkan
ini) ternyata tidak semuanya sama dengan dattar dalam The New
Aerobics-nya. Tegasnya untuk lari 2 mil ke atas. Dalam Aerobics,
misalnya, untuk lari 2,5 mil dengan waktu 19:59 - 16:15 menit
kita dapat nilai 12,5. Sedang dalam The New Aerobics nilai kita
untuk jarak yang sama dengan kecepatan seperti itu adalah 14.
Selisih itu cukup lumayan, kalau anda sudah merasakan bagaimana
kita harus ngosngosan untuk jumlah nilai yang tampaknya "tak
seberapa".
Betapapun, paling tidak buku ini bisa membantu sedikit para
penggemar aerobik yang nampaknya sudah mulai banyak di
Indonesia. Sabtu pekan lalu misalnya di Aula Departemen
Perdagangan para karyawan dapat ceramah tentang "Erobika" oleh
Dr. Hasnan Said, Kepala Pusat Kesegaian Jasmani dan Rekreasi
Departemen P&K. Di Garuda Direktur Utamanya, Wiweko, disertai
stafnya juga penganut aerobik sejak lana. Di kantor TEMPO ada
pula klub "Aerobik Itu Sehat" (AIS). Dan kalau anda tinggal di
Jakarta, datanglah ke Senayam Di dalam, di sekitar dan di
sekeliling Stadion Utama akan anda lihat begitu banyak orang
berjalan atau berlari. Belum lagi mereka yang "aktif" di wilayah
dekat rumah sendiri, juga di jalanjalan protokol. Mungkin di
antara mereka itu ada yang mengejar nilai yang dibagi-bagi
Cooper secara gratis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini