WAKIL Gubernur DKI Jaya membuka Turnamen Bridge Piala Gaakindo
ke II di Hotel Hilton tanggal 18 Juni 1977. Kemudian dimulailah
pertandingan empat kawan dengan memperebutkan piala berikut
sejumlah uang, yang bagi juara pertama bernilai setengah juta
rupiah.
Dari jumlah peserta yang hadir, turnamen ini belum termasuk yang
terbesar pernah terjadi. Akan tetapi dilihat dari materi dan
asal peserta, maka turnamen ini sungguh-sungguh luar biasa. Di
sana hadir tiga regu dari Sulut, untuk wilayah yang terjauh,
dua regu dari Surabaya, dari Semarang, Bandung dan wilayah pulau
Jawa lainnya. Juga hadir regu PON Kalimantan Barat, yang di
dalam sejarah turnarmen, mereka ini belun pernah memperlihatkan
belangnya. Dan yang tidak dinyana ternyata muncul juga regu
dari Dumai, yang pada sesion pertama bertemu dengan Regu
Sunawar, Ketua Umum PB Gabsi, yang tentunya bagi Dumai merupakan
kehormatan besar. Regu dari Palembang lengkap juga muncul dalam
turnamen ini. Walaupun di sesion akhir diganjel oleh Regu
Sunawar, sehingga tidak berhasil muncul sebagai finalis.
Turnamen ini telah menghasilkan dana yang besar. Mereka telah
berhasil menyumbang untuk dana sosial, BPKKS, sebesar 1 juta
rupiah dan 250 ribu rupiah masing-masing untuk Kontingen Jambore
DKI Jaya, PB Gabsi dan Pengda Gabsi Jaya. Dan ini dimungkinkan
berkat sponsor-sponsor yang memang terpuji, antara lain para
anggota dari Gaakindo, misalnya Astra, Imora, Krama Yudha
sedangkan sponsor lainnya ialah Hotel Hilton Jakarta. Ini semua
berkat kerja keras panitia yang dipimpin oleh Amran Zamzani SE,
yang oleh kalangan bridge Indonesia dikenal sebagai tokoh yang
paling berhasil di dalam soal dana.
Turnamen yang berlangsung selama dua hari penuh ini,
memperlihatkan kondisi objektif materi pemain Indonesia pada
dewasa ini. Pemain favorit Manoppo Bersaudara masih merupakan
tontonan yang menarik bagi kibitzer ibukota. Tapi akhirnya semua
mengakui, bahwa Regu yang terbaik jugalah yang muncul sebagai
pemenang, yaitu Regu Krama Yudha Motor, dengan inti pemain
terdiri dari pemain PON DKI Jaya, Waluyan/Sakul, Yasin/Suryadi,
dibantu oleh llatta Suroso dan Amran Zamzami yang juga bertindak
sebagai kapten-bermain. Sedangkan pemenaulg kedua direbut oleh
Regu Purbiantoro dari Surabaya dan juara ketiga oleh Regu Sulut
yang disponsori oleh Hilton dengan inti pemain Manoppo
Bersaudara.
Di luar regu finalis, maka di antara yang kalah-kalah itu
diteruskan juga perandingan, di mana Regu Volta Manado dengan
kapten bermain Hengki Lasut keluar sebagai pemenang, disusul
oleh Regu Jakarta Lloyd dan Santai. Sedangkan di bagian puteri
yang cuma diikuti oleh tiga regu, yaitu Regu PON DKI Jaya, Jabar
dan Regu Puncak, di mana Regu DKI Jaya keluar sebagai pemenang.
Di bagian VIP, ternyata Regu Kejaksaan Agung yang dipimpin oleh
kapten-bermain BTP Siregar SH, diperkuat oleh anggota pengurus
PB Gabsi, telah berhasil mengungguli Regu PB Gabsi sendiri dan
keluar sebagai pemenang.
Menuju Invitasi Nasional
Regu-regu yang dianggap kuat dan yang ternyata tidak memperoleh
nomor, ialah regu PON Jatim, yang walaupun muncul sebagai
finalis, ternyata kurang mantap di ronde-ronde akhir. Regu PON
Jateng pun tidak beruntung, termasuk regu kuat lainnya.
Turnamen perebutan Piala Gaakindo ke II ini merupakan bingkisan
yang berharga bagi perkembangan bridge Indonesia. Dari sini
sudah dapat diinventarisasi materi pemain, kemampuannya dan
teknik pengarahan ke pembentukan sebuah regu nasional.
Kemenangan Waluyan/Sakul/Yassin/Suryadi semata-mata karena
ketekunan dan memang merupakan empat-kawan yang sudah lama
dipersiapkan. Inilah beda pokok dengan Regu Sulut, di mana
Manoppo Bersaudara tidak dengan pasangan secara rutin bagi
mereka. Hengki Lasut yang diharapkan satu kopel dengan mereka
pada Invitasi Nasional Agustus mendatang, ternyata bermain dalam
Regu Volta. Max Aguw yang ternyata masih sakit, konon kabarnya
akan diganti oleh Polii. Dengan komposisi ini, Regu DKI yang
menang kali ini, akan menemukan lawan tangguh dalam invitasi
nanti.
Bicara soal materi pemain wanita pemain dari DKI memang masih
saja unggul. Seperti yang dikatakan oleh Rimbuan, terhadap
pemain wanita ini masih sangat dibutuhkan suatu pengarahan yang
khusus, setidak-tidaknya bisa hermain lebih sungguh-sungguh.
Tanpa pengarahan, suprcmasi nlercka di Timur Jauh masih tetap
akan suram.
Turnamen di bulan Juni ini telah memberikan banyak sekali
problim kcpada pembina-peITlbina bridge. Banyak hal yang perlu
segera diselesaikan, baik soal teknis bermain, pembinaan dan
pengarahan serta juga masalah amatirisme yang formil masih
dianut oleh atlit Indonesia. Kulminasi ini akan dapat kita lihat
pada acara PON IX, akhir Juli yang akan datang.
Dan sebagai akhir bingkisan dari turnamen ini, setelah pasangan
Anda berani menutup kontrak 3NT, dengan distribusi begini:
S-void, H-S, D-542, C-AKJ 1098765, apkah Anda pas, 5C, 6C atau
7C? Atau 6NT/7NT? Setelah pasangan Anda memberitahukan punya 2
As?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini