ADA satu lagu daerah yang seperti biasanya, sangat dibanggakan
oleh penduduk daerah itu. Bunyinya: "lemba tana Poso, tana
kupobangke kojo" Artinya, lembah tanah Poso, tanah yang sangat
kuagungkan. Kabupaten Poso (yang juga menlpunyai danau Poso,
kota Poso, sungai Poso dan tentu pula orang Poso) terletak di
Sulawesi Tengah. Ibukota kabupaten nIempullyai penduduk 24.512
jiwa. Untuk Indonesia yang mempunyai penduduk padat, jumlah ini
tidak termasuk dalam bilangan kota ramai.
Sedang istilah "poso" yang menjadi nama kota, tempat danau dan
suku itu dalam bahasa daerah artinya "pecah". Apa sebab sehingga
kota iu dinamai "pecah", ihwal dan latar belakangnya tidak
jelas. Tapi kenyataan yang bisa dilihat oleh setiap orang yang
ke sana, kota itu memang terpecah dua oleh sebuah sungai yang
mengalir di tengalmya dan langsung bermuara di teluk Tomini,
sungai Poso.
Bingku Lora
Kurang lebih sepuluh suku terdapat di sana dengan bahasa dan
adat istiadat berbeda-beda. Tapi untuk upacara penerimaan tamu,
mereka mempunyai satu persamaan yang disebut pekasiwia. Upacara
pekasiwia sifatnya sederhana. Tapi makna yang terkandung di
dalamnya, besar sekali. Setiap ada tamu pemerintah, selain aeara
penyambutan yang biasa menurut protokoler, selalu disertai pula
upacara pekasiwia. Upacara ini memegang peranan penting karena
sifatnya bukan sekedar basa-basi untuk penghormatan melulu.
Melalui pekasiwia ini rakyat Poso menggambarkan kepribadiannya
kepada setiap tamu yang datang ke daerahnya.
Biasanya, sang tamu dijemput di batas kota oleh suatu barisan
gadis-gadis cantik yang dikepalai oleh seorang pria yang
berfungsi sebagai Ketua Adat dengan mengenakan pakaian daerah
dari berbagai suku yang terdapat di daerah itu. Para gadis
berpakaian sejenis dengan yang kini lazim disebut longdress.
Rok panjang menjuntai ke bawah menyapu tanah, dilengkapi blus
tanpa kerah leher dan tutup kepala. Warna yang disenangi:
merah, hitam dan hijau.
Barisan gadis-gadis cantik ini membawa beberapa jenis
persembahan untuk tamu yang dijemputnya. Persembahan ini
terdiri dari berai putih dalam bingku Lora artinya bakul kecil.
Beras melambangkan kesuburan daerah Poso. Seekor ayam jantan
berwarna putih dengan paruh dan kaki kuning melambangkan
kepahlawanan rakyat. Sajian dilengkapi dengan saguer manis (tuak
manis) dalam bambu kuning satu setengah ruas. Ini melambangkan
kemanisan dan keramahan hati. Kemudian tujuh butir telur ayam
yang berarti rasa persatuan serta bermakna bahwa selama berada
di daerah itu, setiap tamu akan dijaga keselamatannya seperti
orang menjaga telur agar tidak pecah.
Secara keseluruhan, warna kuning dan putih dalam persembahan
tersebut melambangkan kesuburan tanah dan kesucian hati rakyat
Poso. Seorang tamu, apabila selama berada di daerah itu
benar-benar dapat memikat hati rakyat (misalnya tampak kecintaan
dan perhatiannya pada daerah Poso), akan mendapat elu-eluan yang
lebih tinggi lagi. Rasa terimakasihnya akan mereka wujudkan
dalam satu upacara adat lagi. Yaitu dinobatkan sebagai warga
Poso atau sekaligus jadi tadulako rakyat Poso. Tadulako artinya
pemimpin. Yang terakhir ini biasanya diberikan pada penggede
yang datang dari Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini