HARAPAN Indonesia untuk dapat mempertahankan Piala Uber,
lambang supremasi bulutangkis puteri yang diraih bulan Juni
1975, tampak menipis. Kecemasan membias dari penampilan para
pemain puteri Indonesia yang dipersiapkan untuk Tim Piala Uber
di turnamen bulutangkis terbuka Denmark, pekan silam. Empat
pemain tunggal (Verawaty, Tjan So Gwan, Ivana dan Tati Sumirah),
semuanya tersisih sebelum mencapai babak perempat final.
Juara tunggal puteri nasional, Verawaty, yang diunggulkan dalam
kelompok 5 s/d 8 dan diharapkan membikin kejutan di sana,
ternyata gebrakannya cuma memukau di kandang sendiri. Vera, yang
mendapat kemujuran undian tanpa harus bertanding di babak
pertama itu, segera dihadang pemain Denmark, Pia Nielsen, dalam
ronde lanjutan --dan kalah. Angka akhir tercatat 11-3, 8-11 dan
7-11.
Disikat Habis
Kekalahan berikutnya berturut-turut menimpa Tjan So Gwan dan
Ivana. Keduanya di ronde yang sama. So Gwan menyerah di tangan
"nyonya rumah" Kristen Meier. Ivana di tangan pemain Jepang,
Mikiko Takada.
Dari ketidakberuntungan itu, hanya Ivana yang menampilkan
permainan terpuji ketimbang lainnya. Di babak pertama ia
menundukkan pemain unggul Denmark, Inge Borgstroem, dengan angka
meyakinkan: 11-4 dan 11-3.
Akan Tati Sumirah, satu-satunya pemain tunggal Indonesia yang
lolos ke babak ketiga, pemunculannya di sana pun bukan dengan
prestasi teruji. Ia mencapai putaran tersebut cuma tertolong
oleh kemujuran semata. Di babak pertama, ia menang undian.
Setelah itu menang WO -- lawamya mengundurkan diri.
Ketika pertarungan mulai menuntut keterampilan, Tati ternyata
tak mampu berbuat banyak. Ia disikat habis oleh Lene Koppen,
pemain utama Denmark, dengan angka kekalahan yang telak 0-11 dan
2-11.
Setelah kekalahan beruntun itu, harapan yang tersisa bari regu
puteri Indonesia cuma tinggal dalam partai ganda. Untunglah baik
pasangan Widyastuti/Regina Masli maupun Verawaty/Imelda Wiguna
tidak mengecewakan keduanya berhasil menempatkan diri di babak
semi final.
Tetapi dalam pertandingan lanjutan, ketimpangan segera terlihat
pada pasangan Widyastuti/Regina Masli. Gebrakan mereka segera
menurun pada saat pertarungan menuntut keterampilan dalam nafas
panjang. Keduanya menyerah di tangan pasangan Jepang, Emiko
Ueno/Yoshiko Yonekura, setelah mereka unggul di set pertama.
Kedudukan akhir 15-9, 5-15 dan 14-18.
Kegagalan itu untunglah dibayar kontan oleh pasangan finalis
Verawaty/ Imelda Wiguna, sekalipun harus melalui maraton set
15-8, 8-15 dan 15-5. Di sini pula kelihatan bahwa
Verawaty/Imelda Wiguna menunjukkan kemampuan yang cukup baik
dalam mengocok Emiko Ueno/Yoshiko Yonekura, dibanding
Widyastuti/Regina Masli.
Adakah kejutan akan terulang lagi di All England? Dalam partai
tunggal, peruntungan pemain puteri Indonesia sudah bisa ditebak.
Paling banter tak lebih dari apa yang mereka perlihatkan di
Denmark. Akan partai ganda, peluangnya bisa disebut fifty-fifty.
Jadi mungkinkah Piala Uber dipertahankan lewat materi pemain
seperti ini? Tampaknya agak berat, bila diukur dengan penampilan
di Denmark. Lihat saja tim puteri Jepang yang menjadi calon
serius untuk merebut kembali Piala Uber, mengantar 3 pemain
tunggal dan 2 pasangan ganda di semi final. Ini merupakan bukti
bahwa mereka saat ini memiliki sejumlah pemain dengan
keterampilan yang merata. Sebaliknya Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini