Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tim "Misi Diplomat"

Pengiriman tim tinju indonesia ke turnamen king's cup di bangkok yang merupakan "misi diplomat" untuk menarik kembali simpati muangthai sesudah insiden sepak bola di kuala lumpur.(or)

18 Maret 1978 | 00.00 WIB

Tim "Misi Diplomat"
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
"PENGIRIMAN tim tinju Indonesia ke Turnamen King's Cup di Bangkok pekan lalu, hendaknya jangan dinilai dari medali yang mereka bawa pulang." Permintaan itu disampaikan oleh Kenla Umum Pertina, Saleh Basarah, dalam jumpa pers dengan wartawan olahraga di Pusat Pers (Press (entre) Senayan, Jakarta minggu kemarin, sehubungan dengan 'kegagalan' petinju-petinju terpilih: Herry Maitimu, Syamsuddin Fias, Rachman Boga, Charles Yerisetouw, Koko Pangaribuan, Rosidi, dan Seppy Karubaba. "Mereka diherangkatkan adalah untuk menguji sejauh mana keterampilan mereka sebagai calon pengganti petinju-petinju utama kita," lanjut Basarah. Turnamen Piala Raja yang diikuti 15 negara itu ternyata betul-betul tempat ujian yang tidak ringan, bagi petinju Indonesia. Dari 7 nama yang herangkat, hanya Koko Pangaribuan yang lolos ke babak perempat final dan membawa pulang medali perunggu. Sisanya tersisih di babak penyisihan. "Kekurangan mereka hanya dalam soal stamina dan kecepatan," kata Pelatih Teddy van Room yang mendampingi Tim Indonesia. "Dalam segi lain kita tidak ketinggalan dibandingkan lawan." Tidak Murah Kenyataan pahit yang dihadapi itu tampak sudah diperkirakan Pertina sejak semula. Hal itu tercermin dari ucapan Saleh Basarah selepas menerima laporan Arie Pariella, manajer tim. "Pengalaman itu harganya tidak murah," tuturnya. "Kalau mau mengejar prestasi, sudah barang tentu kita harus berani membayar mahal." Dan kemahalan itu jelas bukan dari segi ongkos pengiriman tim yang 5 juta rupiah semata. Juga mahalnya kekalahan yang disandang. Kan tidak jarang ada atlit yang menjadi kecil nyalinya setelah berhasil diplonco. Bagaimana pun, pengalaman bertanding mutlak perlu. Saleh Basarah juga mengungkapkan bahwa untuk melahirkan seorang Syamsul Anwar dengan prestasi seperti sekarang, Pertina memerlukan waktu 7 tahun. Syamsul adalah pemegang gelar juara kelas welter Asia 1977. "Jadi, kalau tidak dimulai sejak sekarang, kapan lagi." Tambahan lagi, yang dirintis tim tinju Indonesia ke Turnamen Piala Raja bukan hanya pengalaman bertanding. Menurut Saleh Basarah, tim ini sekaligus merupakan "misi diplomat" untuk menarik kembali simpati masyarakat Muangthai selepas insiden sepakhola di Kuala Lumpur. Anda tahu, dalam semi final sepakbola di SEA Games IX Nopember lalu, pertandingan antara kesebelasan Indonesia dan Muangthai berakhir dengan kericuhan. "Setelah King's Cup luka-luka di Kuala Lumpur itu sembuh sudah," kata Dubes Indonesia untuk Muangthai, Charis Suhud, seperti dituturkan kembali oleh Saleh Basarah. Syukur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus