KETIKA berada di Brazil mengantar rombongan pemain dan pelatih,
Ketua Umum PSSI Ali Sadikin sudah mendengar tentang kasus suap
yang menimpa Warna Agung, suatu klub Galatama. Kebetulan dalam
rombongan itu terdapat Endang Tirtana, pemain WA yang dituduh
terkena suap. Lantas PSSI-mau bikin apa? PSSI akan toleran lagi
seperti ia pernah mengampuni kiper Ronny Pasla yang semula
dihukum skors seumur hidup? Bukankah toleransi PSSI itu
mengundang kembali peristiwa suap?
Ali Sadikin yang tiba kembali di Jakarta pekan lalu menjawab
pertanyaan di atas, pada wartawan TEMPO Lukman Setiawan dalam
suatu interpiu. Sarinya:
Karena mendidik
Saya mencabut skorsing seumur hidup terhadap kiper Ronny Pasla
karena pertimbangan mendidik dan menggugah kesadaran para
pemain. Inilah yang terakhir kali. Jika terulang lagi, akan saya
tindak tegas. Jika Endang Tirtana ternyata bersalah, ya saya
tindak.
Langkah PSSI
Dengan ramainya kasus suap, PSSI ke dalam akan melakukan
introspeksi. Di sini pelatih, misalnya, harus mengetahui keadaan
pemain. Seorang pelatih Ibarat seorang komandan peleton. Ia
harus menyelami kondisi pemain secara fisik dan mental. Seorang
seperti Jeffry (tokoh yang dituduh menyuap pemain WA -- red.),
yang leluasa memasuki asrama dan bergaul intim dengan pemain,
perlu dicurigainya. Orang luar suka bikin investasi
kecil-kecilan pada para pemain, seperti mengajak makan-minum dan
menonton bioskop. Iktikad baiknya ini patut dicurigai dan
diberitahu kepada pelatih dan pimpinan klub. Saya tak percaya
ada orang memberi uang kepada pemain supaya bermain untuk
menang.
Sebagai tindakan ke luar, saya tetap akan menuntut perlindungan
hukum. Saya berprinsip bahwa semua warga negara dari tukang sapu
sampai dengan presiden adalah sama di mata hukum. Kenapa pegawai
negeri yang bersalah bisa ditindak, sedang warganegara yang
penyuap tapi bukan pegawai negeri tidak bisa diapa-apakan? Saya
menyesalkan pihak kejaksaan dan kepolisian kurang mengambil
inisiatif untuk memberantas hal penyuapan ini dengan menyeret
mereka yang bersangkutan ke meja hijau.
Tim yang bersih
Lebih baik kita memiliki tim yang kurang prestasinya tapi bersih
daripada yang berprestasi tapi kotor. Itulah sebabnya kita
mengirim tim ke Brazil supaya di samping belajar main bola, juga
belajar falsafah hidup sebagai pemain. Saya yakin pemain yang
baik tak mungkin disuap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini