Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Menuju tim anti suap

Ketua umum pssi, ali sadikin, mencabut skorsing ronny pasla dengan tujuan mendidik. ia menyesalkan pihak kejaksaan dan kepolisian, kurang berinisiatif memberantas penyuapan. (or)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA berada di Brazil mengantar rombongan pemain dan pelatih, Ketua Umum PSSI Ali Sadikin sudah mendengar tentang kasus suap yang menimpa Warna Agung, suatu klub Galatama. Kebetulan dalam rombongan itu terdapat Endang Tirtana, pemain WA yang dituduh terkena suap. Lantas PSSI-mau bikin apa? PSSI akan toleran lagi seperti ia pernah mengampuni kiper Ronny Pasla yang semula dihukum skors seumur hidup? Bukankah toleransi PSSI itu mengundang kembali peristiwa suap? Ali Sadikin yang tiba kembali di Jakarta pekan lalu menjawab pertanyaan di atas, pada wartawan TEMPO Lukman Setiawan dalam suatu interpiu. Sarinya: Karena mendidik Saya mencabut skorsing seumur hidup terhadap kiper Ronny Pasla karena pertimbangan mendidik dan menggugah kesadaran para pemain. Inilah yang terakhir kali. Jika terulang lagi, akan saya tindak tegas. Jika Endang Tirtana ternyata bersalah, ya saya tindak. Langkah PSSI Dengan ramainya kasus suap, PSSI ke dalam akan melakukan introspeksi. Di sini pelatih, misalnya, harus mengetahui keadaan pemain. Seorang pelatih Ibarat seorang komandan peleton. Ia harus menyelami kondisi pemain secara fisik dan mental. Seorang seperti Jeffry (tokoh yang dituduh menyuap pemain WA -- red.), yang leluasa memasuki asrama dan bergaul intim dengan pemain, perlu dicurigainya. Orang luar suka bikin investasi kecil-kecilan pada para pemain, seperti mengajak makan-minum dan menonton bioskop. Iktikad baiknya ini patut dicurigai dan diberitahu kepada pelatih dan pimpinan klub. Saya tak percaya ada orang memberi uang kepada pemain supaya bermain untuk menang. Sebagai tindakan ke luar, saya tetap akan menuntut perlindungan hukum. Saya berprinsip bahwa semua warga negara dari tukang sapu sampai dengan presiden adalah sama di mata hukum. Kenapa pegawai negeri yang bersalah bisa ditindak, sedang warganegara yang penyuap tapi bukan pegawai negeri tidak bisa diapa-apakan? Saya menyesalkan pihak kejaksaan dan kepolisian kurang mengambil inisiatif untuk memberantas hal penyuapan ini dengan menyeret mereka yang bersangkutan ke meja hijau. Tim yang bersih Lebih baik kita memiliki tim yang kurang prestasinya tapi bersih daripada yang berprestasi tapi kotor. Itulah sebabnya kita mengirim tim ke Brazil supaya di samping belajar main bola, juga belajar falsafah hidup sebagai pemain. Saya yakin pemain yang baik tak mungkin disuap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus