Peringkat dunia petenis wanita belum diumumkan, tetapi diduga Yayuk Basuki sudah berada di bawah peringkat 50. Ia bisa masuk Wimbledon tanpa lewat babak kualifikasi lagi. SEMUA serba pertama untuk Yayuk Basuki. Ia adalah petenis Indonesia pertama yang masuk babak 16 besar turnamen bergengsi Pilkington Glass di Eastbourne, Inggris, pekan lalu. Turnamen ini menyediakan hadiah total US$ 350 ribu. Ia orang pertama Indonesia yang bisa main di turnamen paling akbar Wimbledon tanpa lewat babak kualifikasi. Otomatis, ia bisa langsung masuk babak utama semua seri grand slam. Yang juga penting, anak Yogya berusia 20 tahun ini adalah pengumpul hadiah uang terbanyak sepanjang sejarah tenis Indonesia. Dalam catatan Asosiasi Tenis Wanita Internasional (WITA), sejak Yayuk Basuki terjun ke dunia tenis profesional pada Oktober 1990, ia sudah mengumpulkan US$ 59.872 atau sekitar Rp 118 juta. Ini belum termasuk hadiah US$ 7 ribu dari turnamen Pilkington Glass dan hadiah dari turnamen Dow Classic yang diikutinya awal bulan ini. Total hadiah yang dikumpulkan Yayuk ditaksir mendekati US$ 70 ribu. Kalau ada petenis Indonesia yang paling banyak punya mobil, dia juga bernama Yayuk Basuki. Sekarang ini ia sudah punya dua mobil, satu di Jakarta, satu lagi di Yogya. Dalam waktu dekat, koleksi mobil Yayuk akan bertambah dengan sebuah mobil balap. Aburizal Bakrie, bos klub Pelita Jaya tempat Yayuk bernaung, sudah berjanji akan memberikan mobil balapnya kalau Yayuk menembus peringkat 50 dunia. Dan itu hampir pasti dicapai Yayuk. "Kalau betul Yayuk bisa masuk 50 dunia, saya pasti memenuhi janji itu," kata Aburizal pada Susilawati Suryana dari TEMPO di Jakarta, Sabtu lalu. Selain punya mobil, kini Yayuk juga memiliki dua rumah di Jakarta. Ketua Bidang Pembinaan PB Pelti Ponco Sutowo punya hadiah lain untuk prestasi Yayuk yang melangit belakangan ini. Tepatnya bukan hadiah, tapi pertaruhan antara Ponco dan Yayuk. "Waktu itu saya taruhan, kalau Yayuk bisa melewati 150 dunia, saya bayar dia. Kalau dia gagal, dia yang bayar saya," ujar bos Hotel Hilton Jakarta ini Sabtu lalu, sehabis berlatih di lapangan tenis hotelnya. Taruhan itu dimulai sejak awal tahun ini, ketika peringkat dunia Yayuk masih di bawah 200. Untuk setiap kenaikan satu peringkat dunia, Ponco akan membayar US$ 100. Sekarang, peringkat Yayuk disebut-sebut menembus 50 dunia. Jadi, Ponco kalah besar. "Oh, pasti saya bayar, tapi batas taruhan akhir tahun ini. Kan belum selesai," ujar pemilik klub Nugra Santana ini. Yayuk Basuki belum setahun terjun ke dunia profesional. Tapi belakangan ini prestasinya melesat dan mencengangkan publik tenis dunia. Bayangkan saja, dalam waktu kurang dari setahun itu, ia sudah naik lebih dari 150 peringkat. Ketika memutuskan pindah ke profesional, setelah meraih dua emas di Asian Games Beijing 1990, peringkat Yayuk masih 239 dunia. Lalu, ia menjuarai Garuda Satellite di Jakarta, masuk delapan besar turnamen Suntory Jepang, dan juara di Volvo Women's Open di Pattaya, Bangkok. Dari hasil itu saja, ia sudah masuk ke peringkat 83 dunia. Antara lain, lewat bonus angka yang didapatnya dengan membabat petenis yang peringkatnya jauh di atas seperti petenis Swedia Catarina Lindqvist dan Naoko Sawamatsu dari Jepang. Yayuk kemudian menjelajah Eropa. Ia gugur di babak pertama Prancis Terbuka. Namun, kejutan besar dibuatnya di turnamen Dow Classic, Inggris. Juara Inggris Jo Durie dihantamnya straight set. Akhirnya ia ketemu petenis kondang Martina Navratilova di babak kedua. Yayuk kalah dua set langsung. Martina, ratu lapangan rumput dan juara Wimbledon sembilan kali itu, memuji, "Ini anak akan berbahaya di masa mendatang." Ramalan Martina seperti jadi kenyataan. Beberapa hari setelah itu, di turnamen Pilkington Glass, pekan lalu, giliran pemain Jerman Claudia Kohde-Kilsch dan jago Prancis Julie Halard ditaklukkan Yayuk. Padahal, keduanya punya peringkat jauh di atas. Dan Yayuk pun mendapat kehormatan main di centre court, lapangan yang selalu dipakai untuk pertandingan final melawan Mary Joe Fernandez, peringkat enam dunia asal Amerika Serikat. Dan memang belum ada keajaiban lagi dari Yayuk, ia kalah. Kini, diduga Yayuk akan menembus 50 besar dunia, mungkin saja di bawah 45 dunia- peringkat WITA terbaru belum keluar. Dan bukan mustahil akan melonjak lagi kalau ia mengejutkan di Wimbledon, yang dimulai Senin ini. Yang jelas, dengan peringkatnya sekarang, ia tak perlu susah payah main dulu di babak kualifikasi Wimbledon- seperti Suzanna Wibowo, misalnya. Jadi, akankah Yayuk Basuki mendapat bonus khusus dari Pelita Jaya? Menurut Ade Wicaksono, Ketua Divisi Tenis Pelita Jaya, bonus itu mungkin tak ada. Karena sejak awal, dari mengikuti turnamen, Yayuk sudah dibiayai Pelita Jaya. Biaya itu, menurut Ade, sekitar US$ 100.000. Sedangkan anggaran untuk Yayuk plus pelatihnya per tahun- di luar biaya turnamen- adalah 25 persen dari anggaran seluruh divisi tenis Pelita Jaya, yakni Rp 800 juta. "Kalau pemain pro luar negeri kan harus membiayai sendiri," kata Ade. Sedang hadiah mobil dari Aburizal plus "menang taruhan" dari Ponco sifatnya hanyalah mendorong semangat. Dan semua hadiah itu nampaknya wajar-wajar saja, karena Yayuk sudah pemain pro, yang tak cocok lagi dimotivasi dengan sekadar tepukan di punggung. Atau membangkit-bangkitkan rasa nasionalisme seperti banyak dilakukan pembina olahraga amatir di sini. Toriq Hadad (Jakarta) dan Rudy Novrianto (London)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini