TAK ada kata terlambat untuk Yayuk Basuki. Kendati usianya sudah 20 tahun- usia rawan untuk meraih prestasi puncak bagi petenis Yayuk ternyata terus melonjak. Ia kini berdiri di barisan elite tenis dunia. Ia bahkan tak perlu lagi ikut babak kualifikasi turnamen grand slam. Di Pilkington Glass, Eastbourne, wartawan TEMPO Rudy Novrianto menemui Yayuk. Berikut petikan wawancaranya: Saat ini, prestasi Anda meningkat pesat. Kenapa harus menunggu sampai di usia 20 tahun? Masalahnya, saya memutuskan untuk sekolah dulu dan tamat pada 1989 (dari SMA Ragunan). Setelah itu, sebenarnya saya sempat putus asa melihat prestasi saya yang menurun terus sejak 1989 sampai menjelang Asian Games Beijing 1990. Ingin rasanya saya melupakan tenis. Tapi saya pikir lagi, mengapa harus macam-macam. Nikmati saja tenis, mengapa harus putus asa. Sampai men- jelang Asian Games, saya masih down. Itu salah satu faktor yang membuat saya tak turun di single. Rasa percaya diri saya hilang. Sehingga, orang bilang prestasi saya angin-anginan. Sekarang ini, saya hanya ingin membuktikan bahwa saya bisa berprestasi di tingkat dunia. Bukan omong besar, tapi jalan kan sudah mulai terbuka. Apa hambatan yang Anda alami dulu? Banyak masalah. Terutama masalah pribadi yang tidak bisa saya ceritakan. Secara teknis, apa yang Anda rasakan meningkat? Teknis tak banyak berubah. Kemajuan yang saya alami sekarang bukan hasil latihan saja. Tapi dari pengalaman bertanding di arena internasional. Potensi ada tapi saya merasa pengalaman bertanding sangat kurang. Yang lebih penting, rasa percaya diri saya semakin kuat sejak memenangkan turnamen di Jakarta, Jepang, dan Pattaya. Sebelumnya, saya sering merasa down dan biasanya susah untuk pulih. Yakin bisa menembus 50 besar dunia? Agak sulit untuk mengatakannya, nanti dikira saya omong besar. Saya tidak tahu. Yang penting, saya akan mencoba terus semampu saya. Untuk itu, saya harus terus mengikuti turnamen tingkat dunia. Apalagi yang harus Anda perbaiki untuk bersaing di tingkat elite dunia? Wah, saya tak bisa mengemukakannya. Mungkin George (panggilan Yayuk untuk pelatihnya, Jiri Waters) bisa ditanya soal itu. (Lalu Jiri menjelaskan, "Sekarang ini tinggal membangkitkan rasa percaya dirinya. Di samping juga mematangkan servisnya.") Bagaimana perasaan Anda ketika menghadapi Martina Navratilova? Biasa-biasa saja. Kan nggak ada beban, yang penting main sebaik mungkin. Sudah sering saya main dengan pemain yang peringkat dunianya di atas saya. Antara lain, Martina ( peringkat tiga dunia), Marie Joe Fernandez (peringkat enam), Katarina Lindqvist (peringkat 33), Jo Durie (71), Naoko Sawamatsu (27), Claudia Kohde Kilsch (45), dan Julie Halard (peringkat 29). Bagaimana trend gaya bermain di bagian putri sekarang? Sebagian besar pemain dunia sekarang ini adalah pemain baseliner, pemain belakang. Hanya sebagian kecil yang menganut servis dan voli (servis dan lalu menyerhu ke jaring). Kalau saya sih dua-duanya, tergantung lawan. Persaingan tenis profesional ketat sekali, Anda yakin bisa lebih menanjak? Persaingan memang ketat, hasilnya tak bisa diduga. Siapa yang lebih siap dan tahan mental, dialah yang paling berpeluang menang. Contohnya, di lapangan rumput (Pilkington Glass, Eastbourne) ini, saya bisa mengalahkan pemain unggulan yang pering- katnya jauh di atas saya. Di lapangan lain, belum tentu saya bisa mengalahkan mereka. Bermain di lapangan rumput ini untung-untungan. Hanya mereka yang mempunyai servis bagus serta tahan dengan pantulan bola jelek yang bisa memenangkan pertandingan.