MASYARAKAT sepatutnya berhak menyaksikan penampilan saya yang terbaik," demikian Monica Seles mengumumkan melalui agennya, International Management Group (IMG) di Cleveland, AS, Kamis pekan lalu. Pernyataan ini menuntaskan penantian sejak bulan lalu: Seles tidak jadi tampil di turnamen Ford Australia Terbuka yang dimulai 17 Januari mendatang. Padahal, dua bulan lalu terbetik kabar, petenis kelahiran Vojvodina (bagian Yugoslavia yang dikuasai Serbia) pada 2 Desember 1973 itu tengah berlatih secara spartan di "kandangnya", Alabama, Amerika Serikat. Di bawah pengawasan ayahnya sendiri, Karolj Seles, ia digembleng fisik dan mental. Terutama untuk mempercepat pemulihan kondisi setelah insiden penikaman di Hamburg, Jerman Barat, bulan April tahun lalu. Saat itu seorang pengagum berat Steffi Graf -- dan yang terganggu jiwanya -- menusukkan pisau pemotong daging ke punggung Seles yang sedang istirahat di tengah pertandingannya melawan Magdalena Maleeva. Gunther, demikian nama pria asal Thuringia (Jerman Timur) itu, sudah lama mengincar Monica Seles yang dianggapnya selalu menghalangi pujaannya untuk kembali menjadi petenis putri nomor satu dunia. Kesempatan terbuka sewaktu Seles yang tak mempunyai pengawal pribadi itu turun minum di set kedua dalam skor 4-3 untuk keunggulannya. Serangan ini tak hanya mencederai Seles, petenis putri nomor satu dunia tahun 1992, secara fisik. Tapi juga membuatnya dicekam ketakutan. Sehingga selama latihan penyembuhan dan pemulihan di Alabama itu Seles dikabarkan juga melakukan terapi psikis khusus. Enam bulan setelah peristiwa, Seles mulai tampak sehat lagi. Bahkan, ia sempat turun dalam pertandingan eksibisi di tengah turnamen AS Terbuka. Namun, kondisi ini tampaknya sampai taraf betul-betul siap untuk turnamen Australia Terbuka yang terbukti sangat berat, bahkan buat pemain yang tak cedera sebelumnya sekalipun. Di selenggarakan di Flinders Park, Melbourne, pada pertengahan Januari, suhu udara bisa sangat menyiksa. Di lapangan stadion, pada pukul 9 pagi, di bagian yang terlindung dari terik matahari saja, temperatur dapat mencapai 35 derajat Celsius. Gerahnya kurang lebih sama dengan berdiri di jalanan Jakarta pada tengah hari bolong di musim kemarau. Selain itu, lapisan hard-court-nya yang terbuat dari karet khusus sering memakan korban. Salah satunya, Gabriela Sabatini yang sampai terpaksa pakai kursi roda akibat keseleo saat bertanding di sana. Jadi, putusan Seles untuk tidak ikut serta kali ini bisa dibilang tepat. Meskipun, di lain pihak, cukup mengecewakan bagi Steffi Graf. Bagi Graf, yang lebih tua empat tahun, menundukkan Seles adalah salah satu targetnya. Selama ini Graf memang sering kesulitan menghadapi Seles. Pukulan forehand dua tangan dan pengembalian bolanya yang sangat akurat sering membuat Graf mati langkah. Dan, tampaknya, tahun ini Graf berada dalam kondisi puncaknya. Menjelang Australia Terbuka, Graf langsung terlihat melaju mulus. Agaknya, cedera otot punggung dan kakinya sudah tak mengganggu lagi. Dalam pertandingan eksibisi di Hong Kong, pekan lalu, dengan mudah Graf menyikat Iva Majoli, andalan Kroasia, 6-1 dan 6-1. Beberapa hari kemudian, di tempat yang sama, Graf kembali berjaya. Pujaan Spanyol, Arantxa Sanchez, digebuknya dengan skor 3-1 (7-5, 6-7, 5-7, dan 7-5). Kemenangan ini secara psikologis sangat berarti bagi Graf. Apalagi, pada Australia Terbuka dua tahun lalu, petenis kelahiran Barcelona 18 Desember 1971 inilah yang menghadangnya dari semifinal. Sehingga yang menghadapi Seles di final adalah Mary Joe Fernandez, petenis AS asal Dominika. Mulusnya penampilan Steffi Graf dalam pertandingan-pertandingan pemanasan menjelang turnamen Australia Terbuka yang berhadiah total lebih dari 8 juta dolar Australia (Rp 11,4 miliar) ini tampaknya tidak bakal lebih berarti baginya bila tak sempat menghadapi Monica Seles. Apalagi, sejak Seles merebutnya pada tahun 1991. Selama tiga tahun berturut-turut kemudian, Monica Seles tak pernah terkalahkan di turnamen ini. Namun, agaknya, Graf tidak putus asa. Ia masih menginginkan pertemuan dengan Seles. "Saya sangat berharap dia (Seles) bisa ikut rangkaian turnamen tahun ini," katanya seperti dikutip Reuters. Graf sendiri tahun ini menyatakan tak mau bermain di Hamburg, tempat kejadian penikaman Seles. Takut? "Saya ingin menyempatkan diri melatih fisik," elaknya. Ivan Haris dan Dewi Anggraeni (Melbourne)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini