PON prestasi tampaknya tak sekadar slogan. Beberapa rekor mulai bertumbangan, baik itu rekor PON, rekor nasional, dan yang paling membanggakan adalah tumbangnya rekor Asia. Namun, di beberapa cabang, prestasi boleh dikatakan jalan di tempat alias mandek. Hampir semua peraih medali emas adalah atlet Pelatnas. DKI Jakarta memang bagai induk ayam kehilangan anak pada PON kali ini. Atlet nasional yang tiap hari berdiam dan digembleng di Jakarta pada turun ke daerah. Itu membuat kesal Imam Suyudi, Ketua KONI DKI Jaya, dan Basofi Sudirman, Ketua Kontingen DKI yang juga wakil gubernur. Soalnya, di antara atlet itu ada yang ber-KTP DKI. Basofi akan mempertimbangkan pencabutan KTP DKI mereka. Banyak kejutan kali ini. Di cabang judo, misalnya. Dl kelas bebas, Perry Pantouw (Ja-Tim), pemegang dua medali emas SEA Games Kuala Lumpur, tersungkur di tangan Untung Putro Setiono (Ja-Teng) di kelas 81 kg. Untung meraih emas. Di cabang atletik, sodok-menyodok lebih ketat. Cinthya Maleni (Sul-Sel) menyabet emas lompat jauh dengan 5,99 meter. Sebenarnya, ia melampaui rekor PON sejauh 5,81 meter atas nama Ira Soselisa (Ja-Tim), yang diciptakan di PON XI 1985. Namun, embusan angin kelewat deras rekor Cinthya tak diakui. Atlet kawakan Esther Sumah (Ja-Tim) mencatat waktu 2 menit 12,41 detik untuk lari 800 meter, menumbangkan rekor PON dan rekor nasional atas nama Jeanny Sumampouw (Ja-Tim). Nirman K. Rampai, atlet lompat tinggi galah Kal-Teng yang mencatat 4,70 meter, memperbaiki rekor PON atas nama Hadi Wacono (Ja-Tim) dengan 4,25 meter. Kemudian Sarmiati (Lampung) yang mencatat rekor baru PON dengan 36 menit 48,39 detik untuk lari 10.000 meter, melewati rekor PON yang dipegang Dorcas Benuf. Masih ada Hasiati Lawole (Sul-Teng) yang mencatat rekor baru PON dan nasional dengan 24 menit 16,66 detik untuk jalan cepat 5 km. Atlet nasional yang baru berlaga di SEA Games Kuala Lumpur rata-rata menurun, kecuali Mardi Lestari. Eduardus Nobunome (NTT) hanya mencatat waktu 31 menit 51,07 detik pada lari 10.000 meter. Ia gagal memecahkan rekor PON yang sudah berusia 20 tahun atas nama Kasmo, yang diciptakan di PON 1969 di Surabaya. Catatan terbaik Edu, 29 menit 50,59 detik diciptakannya di Asian Games Seoul 1986. Di nomor 5.000 meter, Edu, yang mencatat 14 menit 45,04 detik, gagal memecahkan rekor PON, 14 menit 53,06 detik, atas namanya sendiri. Henny Maspaitella (Ja-Tim) masih mampu merebut emas lari 100 dan 200 meter dengan 12,03 detik dan 24,58 detik. Padahal, rekor PON untuk 100 dan 200 meter itu adalah 11,76 detik dan 24,40 detik. Penyabet emas lari 400 meter, I Wayan Budi Astra (Ja-Tim), yang berlari 48,25 detik gagal mendekati rekor PON-nya sendiri yang diciptakan di Jakarta pada 1985 setajam 47,74 detik. Sampai Senin malam, bintang PON XII adalah Mardi Lestari. Mardi, 22 tahun, yang mewakili Sum-Ut, memecahkan rekor nasional sekaligus rekor Asia di nomor spesialisasinya jarak 100 m Jumat pekan lalu, dengan catatan waktu 10,20 detik. Itu berarti enam perseratus detik lebih cepat ketimbang waktu yang diciptakan pelari Cina, Li Tao, pada Kejuaraan Yunior Asia 1986. Rekornas atas namanya yang diciptakan pada Olimpiade Seoul 1988 adalah 10,32 detik. "Kondisi saya sedang baik-baiknya kali ini, jika dibandingkan denan penampilan di SEA Games lalu," ujar Mardi. Sebenarnya, pada Sirkuit Atletik Internasional di Medan, akhir tahun lalu, ia sudah mampu menembus batas waktu itu. Hanya tidak bisa diakui karena tidak ada alat pengukur angin sebagai salah satu syarat. Di nomor 200 meter, Mardi kembali menyumbangkan emas untuk Sum-Ut. Namun, ia gagal menciptakan rekornas maupun rekor PON, karena catatan waktunya hanya 21,06 detik. Rekor PON 20,98 detik dan rekornas 20,93 detik, keduanya atas nama Purnomo. "Kelebihan Mardi, ia memiliki frekuensi langkah yang bagus dan cepat," kata J.E.W. Gosal, Koordinator Komisi Teknik PB PASI. Bahkan, menurut Gosal, catatan waktu Mardi masih bisa ditingkatkan. Prestasi lain di lintasan atletik diciptakan pelari asal Sul-Sel yang hijrah ke Jambi, Samuel Elia Huwae. Ia memecahkan rekornas nomor lari 3.000 m halang rintang (steple chase) dengan waktu 9 menit 08,91 detik. Rekornas dan rekor PON lama atas nama Abdul Salam, 9 menit 15,70 detik. Di nomor 1.500 m, Semi juga mampu menyumbangkan medali emas dengan mengalahkan pelari Eduardus Nabunome. Pregtasi di kolam renang dibuat Richard Sam Bera, 17 tahun, perenang nasional andalan DKI Jakarta. Ia menumbangkan rekornas nomor 400 m gaya ganti perorangan yang telah bertahan selama 11 tahun, atas nama Gerald H.P. Item. Ia mencatat waktu 4 menit 44,26 detik, sedangkan rekor lama 4 menit 46,56 detik. Prestasinya ini sekaligus memecahkan rekor PON, atas nama M. Iqbal Tawakal, 4 menit 52,66 detik. Pelajar kelas III SMA 4 Jakarta ini diharapkan masih mampu menyumbang 7 medali emas lagi, karena ia turun di 12 nomor dari 16 nomor yang dipertandingkan di kolam renang. Pemanah Hendra Setijawan dari Ja-Tim tergolong pendatang baru yang langsung bikin kejutan. Ia pertama kali ikut PON dan langsung memecahkan rekornas ronde tunggal FITA jarak 90 m. Dari 36 anak panah yang dilepaskannya, Hendra mengumpulkan nilai 311, berarti 9 angka lebih baik ketimbang rekornas atas nama Syafrudin Mawi (nilai 302) dan rekor PON (282) atas nama Adang Adjidji. Rekor itu juga melampaui rekor SEA Games (298) yang dibuat Suradi Rukimin di Singapura, 1983. Juga melampaui rekor Asian Games (298) atas nama Takayoshi Matshusita (Jepang), serta menyamai rekor piala Asia atas nama Ho Jin-Su (Kor-Sel). Hendra memang berasal dari keluarga pemanah. Ayahnya, M. Amin, dan ibunya, Ninik Roesniati, pernah memperkuat kontingen Ja-Tim pada PON VII, VIII, dan IX. Pada babak prakualifikasi PON tahun lalu dia hanya menempati urutan 10. Uniknya, prestasinya ini dibuat dengan panah pinjaman dari pemanah kondang Lilies Handayani. Prestasi gemilangnya itu membuat PB Perpani memasukkan nama Hendra dalam daftar atlet yang dipersiapkan untuk Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol. "Saya akan bersedia dan siap untuk dipanggil mengikuti pelatnas," tekad mahasiswa ITS Surabaya jurusan arsitek ini. PON XII ditutup Sabtu pekan ini. Siapa tahu, masih ada kejutan lain. Toriq Hadad dn Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini