MATA ribuan penonton di stadion utama Senayan sore itu umumnya
tertuju pada pemegang medali emas Asian Games VIII (1978),
Usanee Laopinkarn dari Muangthai, serta Marina Chin dari
Malaysia. Ternyata akhirnya Henny Maspaitela, 15 tahun,
menjuarai lomba lari 200 m puteri. Dan dialah yang meraih medali
emas pertama bagi tim atletik Indonesia dalam Pekan Olahraga
Asia Tenggara pekan lalu.
Henny tiba di finish berbarengan dengan Marina--keduanya
mencatat waktu 25,23 detik. Keunggulan Henny terletak pada
tonjolan dadanya dalam mencapai garis akhir, seperti dibuktikan
photo finish. "Tuhan telah menolong saya," komentar Henny.
Lahir di Ambon, Henny mulai menekuni atletik 2 tahun silam di
Surabaya. Dalam Kejuaraan Nasional Atletik di Senayan Juni lalu,
ia bersaing ketat dengan Emma Tahapari dari Jakarta. "Target
utama saya kemarin ini sebetulnya juga untuk mengalahkan Emma,"
katanya. Kali ini Emma tak berdaya.
Sekalipun berlatih keras selama di pelatnas, ia merasa kecut
tadinya menyaingi Usanee atau Marina. "Jangankan melawan mereka,
mendengar nama Usanee dan Marina saja sudah deg-degan," ucap
Henny. Pelatih Jootje Gosal juga tak menduga atlit asuhannya ini
akan jadi juara.
Henny, kini bercita-cita untuk memecahkan rekor nasional lari
100 m (11,7 detik) dan 200 m (24,2 detik) yang masih dipegang
oleh Carolina Riewpassa. "Berilah saya tempo 2 tahun," kata
siswa kelas 3 SMP ini.
Mungkinkah? "Mengapa tidak," jawab Gosal. "Ia adalah atlit masa
depan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini